Chapter 40 [Berakhir]

3.8K 95 3
                                    

UPDATE NIH!!

***

Jangan pernah menyalahkan siapa-siapa perihal apa yang menimpamu, begitu isi pikiran Sandra saat ini.

Awalnya ia tidak memiliki kebiasaan untuk datang menonton konser, tidak terlalu suka dengan keramaian. Sandra hanya akan ikut jika teman-temannya mengajaknya ke tempat makan. Semua tempat makan yang mengenyangkan akan ia kunjungi dan tentu saja dengan budget yang sesuai. Kali ini Sandra menurut untuk ikut serta hanya karena ia kebetulan memiliki janji untuk keluar, dan sebisa mungkin ingin meluangkan waktu bersama sahabat-sahabatnya.

Namun, siapapun tidak akan menyangka bahwa ketidakbiasaan itu akan mengantarkannya kepada sesuatu hal yang tidak  akan pernah bisa ia percaya. Perasaan risau, kecewa, dan tak percaya merasukinya secara serentak. Jauh di dalam hatinya ada rasa hangat yang berubah menjadi beku, matanya yang sedari tadi memancarkan kebahagian seketika berkaca-kaca setelah melihat apa yang tidak ia harapkan untuk ia lihat.

"Sandra? Lo taukan kalau Arvind bakal tampil di pentas ini sama cewek itu?" tanya Nanda kesal.

"Ahh!!" desis Nanda setelah mendapat cubitan dari Fajar.

Benar, Sandra tidak tahu apa yang terjadi. Ia ikut terkejut melihat kenyataan di depan matanya, walaupun ia masih ingin terlihat berpikir positif namun hati dan pikirannya tidak dapat disatukan. Sandra memang tidak pernah melarang siapapun orang terdekatnya untuk melakukan apapun, terlebih lagi jika hal itu positif.

Namun, bukan berarti harus melakukannya tanpa pemberitahuan apalagi dengan seseorang yang tidak seharusnya ia ajak bekerja sama.

Kali ini, Sandra akan percaya pada apa yang ia lihat dan untuk kali pertama pula ia akan membenci kekasihnya yang selalu suka melakukan hal-hal semaunya. Sandra menunduk perlahan dengan tubuh bergetar, Fajar yang menyadari perubahan itu seketika langsung menopang Sandra.

"Jar? Kita pulang aja yuk." Ajak Sandra lirih.

Fajar langsung mengerti permintaan Sandra begitu pulang dengan yang lain, mau sekuat apapun seorang perempuan jika harus dihadapkan dengan pengkhianatan akan terluka juga.

"Gak usah pulang ke rumah lo dulu, kita ke rumah Gaby aja. Bakal ribet kalau mama lo sampai lihat kondisi lo yang kayak gini." Ujar Fajar menepuk bahu Sandra.

"Iya bener, kita ke rumah Gaby aja." Sahut Nanda. "Gak apa-apa kan? Gaby?"

"Iyalah. Mending kita ke rumah gue, bakal repot juga buat kita semua kalau kita bawa pulang anak orang dengan kondisi seperti ini." Ujar Gaby menyetujui permintaan yang lain.

Sementara itu, Sandra hanya terdiam dan larut dalam pikirannya sendiri. Entah orang lain akan berpikir bagaimana, namun kali ini ia merasa sulit mengendalikan dirinya sendiri. Berada dalam fase terluka hingga tidak tahu harus bertindak seperti apa. Rasa sakit di hatinya teramat sakit sampai-sampai ia sulit mendeskripsikan perasaannya.

"Apakah dikhianati sesakit ini? Kalau masih ingin bersama dia kenapa harus mampir menyentuh perasaan gue." Gumam Sandra yang bahkan tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun.

Mereka tidak butuh waktu lama untuk sampai di rumah Gaby, tidak ada percakapan dan canda tawa seperti biasa. Mereka semua enggan melucu melihat situasi Sandra yang tidak memungkinkan untuk menerima lelucon mereka. Ini pun kali pertama mereka melihat Sandra terdiam sampai seperti itu, ia sangat terkejut bukan main namun mereka pun tidak bisa melakukan apapun.

"Sandra? Lo mau makan apa? Biar gue beliin." Ujar Nanda berusaha memecah keheningan di tempat itu.

Sandra mendongak. "Apa saja, yang penting pedas."

 𝐎𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐊𝐞𝐭𝐢𝐠𝐚 (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang