-Syifa POV-
***
"Kalian dengerin Abang gak sih?" tanya Dafa yang kesal karena kami tak menanggapinya. Dari tadi kami biarkan Dafa menyetir sambil ngoceh sendiri.
Aku dan Intan sedang tak mood bicara.Sampai di rumah kami langsung ke kamar tanpa mengatakan apapun. Badmood!
Toktoktok
Kubuka pintu kamar, ternyata Intan."Bagaimana ini Fa?" kata Intan seraya membaringkan diri di sofa.
"Entahlah Tan. Kita gak bisa mengubah apaapa."
"Kau terima saja tawaran Pak Indra."
"Gila! Minta balas budi nanti dia. Lagian apa kata temanteman yang lain entar."
Aku dan Intan tak satu kelompok KKN. Selain beda desa, kami beda kecamatan juga.
Pak Indra kebetulan jadi dosen yang mengawasi kelompokku. Dia menawari bantuan untuk memindahkan Intan ke kelompokku. Aku tak setuju untuk itu. Ada udang di balik bakwan pasti."Terus kita gimana?" tanyanya.
"Ya gak gimanagimana. Sudahlah sepertinya kita memang tak ditakdirkan bersama. Sekuat apapun keinginan kita untuk bersama, sebesar apapun usaha kita untuk bersama tetap saja kita tak akan menyatu jika memang Tuhan tak menakdirkan kita menyatu."
Kataku seolah pasrah."Lebay dah." Balas Intan sambil membaling bantal kepadaku.
"Hahah"
"Eh Fa, kalau kita KKN, kau dan Arsy gimana?"
"Erk!"
Tak sekelompok dengan Intan merupakan suatu masalah. Berpisah dengan Arsy adalah masalah lain lagi. Arrgggghhh
***
Saat ini Arsy sedang memeriksa tanganku. Aku tak mendengar apa yang dia katakan. Aku hanya memperhatikan wajahnya saja. Selama sebulan aku tak akan bisa memandanginya seperti ini. Jadi aku mau puaspuasin sekarang.
Uhh tetap tak akan cukup untuk bekal sebulan.
Aku pasti akan sangat merindukannya. Boleh gak sih kalau gak pergi KKN."Kata Dafa kamu sedang ada masalah. Wanna share?" tanyanya.
"Hmm ... hanya masalah KKN saja. Tadi sempat bikin badmood." Jawabku.
"Karena tak sekelompok dengan Intan?"
Aku mengangguk.
"Abang akan hubungi pengawasmu supaya kamu bisa satu kelompok dengan Intan."
"Tak usah tak apa. Aku sudah gpp skrg."
"Serius?"
"Iya."
Gawat kalau sampai Arsy ngomong ke Pak Indra. Minta tolong ke Pak Indra sama saja dengan menyerahkan diri.
Bukannya aku geer atau apa, tapi sepertinya Pak Indra suka aku. Bahkan Intan juga berpikiran hal yang sama. Temanteman kuliahku juga sudah mulai bergosip. Aku tak mau sembarangan menerima bantuannya, takut nanti ada masalah.Sekarang yang aku khawatirkan bukan masalah kelompok, tapi Arsy.
Setelah kami menikah, kami belum pernah berpisah terlalu lama. Sekarang kami harus LDR an, apa bisa?
Katanya di daerah KKN itu selalu susah sinyal. Bagaimana kalau aku kangen dia nanti? Masa iya minta ijin pulang dulu karena kangen suami. Lagipula mereka pada gak tahu kalau aku sudah menikah."Kamu KKN di desa apa?"
"Cibatu. Kecamatan Batukarang."
"Wah lumayan jauh juga ya."
"Uhh tak mau ngomongin itu lagi. Kita tidur aja yuk. Ngantuk."
Sebisa mungkin aku tak ingin membicarakan ini dengan Arsy. Hanya membuatku teringat pada jarak yang akan memisahkan kami nanti.