-Author's POV-
"Hey kembalikan anakku!" teriak Dafa.
Fatima sudah ketakutan. Dia memeluk Given erat.Arsy yang baru sampai di sekitar komplek rumah terkejut melihat yang terjadi.
Dengan cepat dia mengambil Given dari Fatima. Beruntung Fatima tak menyadari kehadirannya. Dafa langsung memegangi Fatima yang hendak lari.
Arsy menyerahkan Given pada Mama. Terlihat Intan menangis di sebelahnya. Intan juga terlihat sangat ketakutan.
Arsy menghampiri Fatima lalu Dafa menyuruhnya memegangi Fatima.
Dafa menghampiri Intan.
"Kau bisa jaga anak atau tidak hah?" bentak Dafa pada Intan.
"Maafkan aku!" ucap Intan terisak.
"Kalau sampai dia mengapaapakan Given gimana? Oh Yaa Tuhan, apa yang sebenarnya kau lakukan sampai Fatima bisa mendapatkan Given?" Dafa meraup wajahnya kesal. "Kalau tadi terjadi sesuatu pada Given, aku memang tak akan memaafkanmu!" ucap Dafa.
"Dafa, sudahlah! Bukan salah Intan. Salah Mama tadi. Intan juga panik, apa kamu tak lihat? Sekarang Given sudah aman bersama kita. Lupakan saja semuanya. Sekarang mending kamu bawa dulu Fatima ke kantor polisi." Ucap Mama.
Tadi dia dan Intan sedang jalanjalan di sekitar komplek. Tibatiba ada tukang sayur. Dia menyuruh Intan pulang mengambil uang, dan membiarkan Given bersamanya. Saat sedang memilih sayur dia tak sadar Given hilang.
Untung dia melihat Fatima yang belum jauh membawa Given. Dan saat itu juga Dafa datang.
Dafa memandang Fatima yang sudah seperti orang gila. Dia mengeluh kecil lalu memasukkan Fatima ke mobilnya dibantu Arsy.
***
Dafa mencium dahi Given yang
sedang tidur.
Kemudian dia beralih menghampiri Intan yang juga sedang tidur.Dia seka air mata Intan yang masih tersisa.
"Sorry!" ucap Dafa lalu mencium dahi Intan juga.
***
------------------
Syifa POV
------------------***
Arsy bangun duduk bersandar pada kepala ranjang.
"Abang okay?" tanyaku.
"Okay!"
"Dah minum obat?"
"Dah tadi sebelum tidur." Jawabnya. "Kamu maafin Abang gak?"
"Explain dulu yang kemarin." Pintaku.
"Hmm Abang bawa dia ke rumah kita karena dia butuh tempat tinggal sayang."
"Kenapa tak suruh dia tinggal di sini atau di rumah Bunda atau di hotel?" sampukku.
"Abang belum selesai bicara pun." Kata Arsy sambil mencubit pipiku. Aisshhh dia ini.
"Awalnya Abang memang menyuruhnya tinggal di rumah kita, tapi tak elok lah kalau ada perempuan lain di rumah kita. Apa kata orang nanti, apalagi kamu tak ada. Jadi Abang antar dia ke hotel. Abang gak bawa dia kesini soalnya Abang mau bikin kejutan untukmu. Abang tak ingin kamu tahu dulu kalau Abang sudah pulang. Harusnya hari ini Abang membawamu pergi ke suatu tempat. Abang sudah menyelipkan surat di bunga itu. Tapi kamunya keburu ngambek duluan. Gak pulang kesini malah tidur di rumah Bunda jadi gak liat bunga Abang. Dah gitu membuat Abang khawatir pula, untung Bunda ngasih tahu kamu nginep." Terang Arsy."Cowry!"
"Sokay sayang. Abang yang salah kok." Ucap Arsy sambil tersenyum manis padaku.
"Terus teman Abang itu gimana?" tanyaku.