-Author's POV-
***
"Hatihati di jalan sayang! ... Iya, wa'alaikumussalaam!"
Arsy mengeluh kecil setelah Syifa menutup teleponnya. Sebenarnya dia berat hati membiarkan Syifa menyetir sendiri. Tapi mau gimana lagi, Syifa itu mana bisa dilarang. Baru saja dia minta ijin meminjam salah satu mobil Arsy untuk pergi mencari buah naga untuk Intan. Katanya tak mau membiarkan Intan mengkonsumsi buah yang dari supermarket. Mau dari pohonnya langsung. Biar sehat. Adaada saja dia.
Tambahtambah setelah kasus keracunan, Syifa semakin berhatihati....
Arsy membuka jasnya setelah keluar dari ruang operasi.
Melelahkan sekali untuknya.Dia mengaktifkan hp yang dari tadi dimatikan.
Banyak pesan masuk dari Arisya.
Sya
-Abang? Okay tak? Kau dimana? Aku melihat mobilmu ada di pinggir jalan. Kau baru kecelakaan?
-Abang kau dimana?
-Abang.
-Kenapa no mu tak aktif. Yaa Allah. Abang jangan membuatku khawatir.
-Abang, Syifa tak ada.
-Intan memberitahu kami kalau Syifa pakai mobil Abang. Tapi kami menemukan mobilnya di pinggir jalan. Kosong. Bagian depan mobil rusak. Kami pikir Abang yang kecelakaan. Skarang kami tk tahu dimana Syifa. Dia tak ada di rumah.
Arsy tak melanjutkan lagi membaca chat Arisya. Dia langsung mengambil kunci mobilnya.
Saat dia keluar seorang perawat menghentikannya.
"Maaf dokter."
"Ada apa?" tanya Arsy
"Tadi dokter Dafa mencari anda. Dia berpesan agar anda segera pulang dan menghubunginya setelah operasi selesai." Beritahu perawat itu.
"Okeh. Thanks!" ucap Arsy lalu pergi.
Dia bergegas ke parkiran. Dalam pikirannya hanya ada Syifa saja.
Di jalan Arsy menelepon Dafa. Dafa bilang Syifa masih belum pulang.
Arsy semakin cemas saja.***
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Arsy saat sampai di rumah.
"Aku menemukan mobil Abang dalam keadaan rusak bagian depannya. Kupikir terjadi sesuatu pada Abang. Karena Abang tak bisa dihubungi, aku telepon Syifa tapi tak bisa juga. Aku telepon Intan, dia bilang mobil Abang dipakai Syifa. Tapi aku tak menemukan siapapun disana." Terang Kak Arisya.
"Dia tak ada menghubungimu Tan?"
"Tak ada." Jawab Intan.
"Aku dah cek ke klinik dan rumah sakit terdekat, tapi tak ada Syifa disana." Ucap Dafa. "Bang, janganjangan ini ada hubungannya dengan teror yang selalu diterima Syifa."
"Teror apa?" tanya Bunda yang dari tadi diam di samping Intan.
"Siallll!!!" Arsy berteriak sambil meremas rambutnya.
"Aku akan cari dia!" Arsy langsung keluar lagi untuk mencari Syifa sendiri.***
Sudah hampir maghrib, Arsy masih belum menemukan Syifa. Dia memutuskan untuk pulang dulu ke rumah.
"Belum ketemu juga?" tanya Ayah.
Arsy menggeleng.
"Assalaamu'alaikum!"