24. X

21.4K 744 5
                                    

-Syifa POV-

***

Mengetahui Rio menyukai Intan, aku jadi agak serba salah.
Sikap Dafa yang abuabu lah yang membuatku bingung. Dia suka Intan atau kak Arisya, masih belum jelas bagiku.

Rio pria baik. Padahal awalnya sulit sekali bicara dengannya yang pendiam. Tapi sekarang kami malah dekat. Meski sejak akhirakhir ini image coolnya memang berubah agak menjengkelkan tapi aku tetap menyukainya. Suka bukan dalam arti cinta sayang dan sejenisnya lho ya.

Jika Dafa memilih Kak Arisya dan Rio benarbenar menyukai Intan, apa Intan bisa membalas perasaan Rio dan melupakan Dafa?
Aku ingin Intan tak terluka lagi karena Dafa, tapi aku tak ingin memaksa Intan mencintai Rio.

"Ngeselin kan si Rio itu. Dia ngasih jaket dan payung ke si Icha tapi aku dibawa hujanhujanan. Uhh padahal sebelumnya kita ngefans ya Fa sama dia. Tapi sekarang dia kok nyebelin." Ucap Intan setelah menceritakan yang dilakukan Rio padanya.

"Hmm iyaaiyaa" Jawabku dengan ngantuk. Aku iya kan saja lah.

"Kau dengar aku enggak sih? Malah tidur ish." Katanya sambil menggoncangkan tubuhku.
Tahu ah Tan, aku ngantuk banget. Plus pusing sebenarnya. Aku tak bisa bilang padamu tentang Rio dan Dafa yang sepertinya menyukaimu.
Aku takut perasaan Rio hanya sesaat, dan aku masih tak pasti dengan perasaan Dafa.

***

"Asyifa, ada tamu untukmu!" kata Risa saat aku baru pulang ngajar.

Tamu? Arsy kah? Tapi aku tak lihat ada mobil Arsy pun.
Dan dia pasti akan bilang kalau mau datang.

Saat aku masuk kulihat ada seseorang yang memang sangat kukenal. Dia tersenyum padaku.
"Hay!" Ucapnya.

"Assalaamu'alaikum Pak Indra!" balasku.

Dia terlihat malu lalu menjawab salamku.

Dia mau apa kesini? Dia kan bukan pengawas kelompokku.

"Pacarnya Asyifa ya?" tanya Ana yang tadi pulang bersamaku.

Pacar apanya. Pacarku cuma Arsy saja!
Pak Indra malah mesemmesem, bukannya jawab ish.

"Dia dosenku." Jawabku.

"Oh dosen. Maaf ya Pak." Ucap Ana.

"Pak Indra ada apa ya kesini? Maksud saya, ini kan bukan kelompok yang bapak awasi." tanyaku.
Aku bahkan tak duduk, masih berdiri saat bicara dengannya. Tak sopan memang.

"Saya baru pulang dari tempat saya ngawas. Jadi saya sekalian mampir kesini." Jawabnya.

"Oh." Jawabku.

Bukannya dari tempat dia ngawas kesini itu jauh banget ya. Mampir apanya.
Yaa Tuhan, segitu sukanya kah dia padaku? Aissshh pede sekali aku. Dia sampai datang kesini untuk menemuiku.
Tapi bagaimana pun dia dosenku. Aku masih menghormatinya dan tak ingin mempermalukannya di depan temantemanku.

Kami ngobrol cukup lama sebelum dia akhirnya pulang. Tapi tak hanya berdua aku dan dia, ada temantemanku juga.

"Dosenmu cakep." Kata Arini setelah Pak Indra pergi.

"Dia single, tackle aja kalau mau."

"Kau tak tertarik gitu Fa? Sepertinya dia baik orangnya. Masih muda dah jadi dosen. Keren." Timpal Risa.

"Aku gak boleh tertarik pada dia."

'Karena hanya ada Arsy di hatiku.' Aku menyambung dalam hati.

"Karena dia dosenmu?" Tanya Arini. "Ayolah Fa. Gak ada salahnya dosen dan mahasiswanya menjalin hubungan. Dia single, kau single. Itu yang penting."

Nikah Muda (?) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang