-Syifa POV-
***
"Apa yang tante katakan? Saya sudah menikah." Jawab Arsy.
"Tolong bantu tante, Arsy!"
"Tapi tak harus dengan menikahinya kan? Lagi pula kenapa saya?"
"Hanya kamu yang dicintai Shara. Tante mohon bantu tante. Hanya kamu yang tak ditakutinya. Setiap kambuh, dia akan menyebut nama kamu. Cuma kamu pria yang dia percaya."
"Maaf tante. Saya gak bisa!"
tegas Arsy."Hanya sampai Shara sembuh saja. Setelah itu kamu bisa menceraikannya. Tolonglah!"
Sepertinya Ummi Kak Shara sudah buntu. Hidup anaknya akan makin hancur nanti kalau begitu."Menikah untuk bercerai? Gak akan kulakukan."
"Kalau gitu tak usah ceraikan dia."
Siyeslyyy???
"Itu lebih tak mungkin lagi." Jawab Arsy.
"Syifa, tante mohon. Bujuk Arsy agar mau menikah dengan Shara. Tante tahu tante egois. Tapi tante ini seorang ibu, suatu hari nanti kamu akan jadi ibu juga. Dan sebagai ibu pasti kamu akan melakukan apapun untuk hidup anakmu. Tolong mengerti perasaan tante, sayang. Shara anak tante satusatunya. Tante gak bisa melihatnya hancur seperti ini."
"Tante, Syifa juga anak dari seseorang. Bagaimana perasaan ibunya jika tahu anaknya diduakan? Demi menyelamatkan hidup wanita lain, saya tak akan mungkin menghancurkan hidup wanita yang saya sayangi." Balas Arsy. "Ayo sayang kita pergi! Permisi tante."
Arsy menarikku berdiri. Dan membawaku keluar.Aku hanya diam. Aku masih terkejut dengan permintaan Ummi Kak Shara.
Arsy memasangkan sabuk pengaman pada tubuhku.
Dia lalu menyalakan mobil meninggalkan tempat barusan.Aku menoleh ke arahnya. Rahangnya kelihatan mengeras.
Arsy please jangan emosi. Aku semakin takut.
Aku tak suka melihat Arsy seperti ini."Jangan pandang Abang!" ucap Arsy tanpa menoleh ke arahku.
Aku mengalihkan pandangan darinya. Menyandarkan kepalaku di jok mobil sambil memandang ke luar jendela.
***
Arsy membuka pintu mobil untukku.
Ah rupanya kami sudah sampai di rumah. Aku sama sekali gak sadar. Sepanjang jalan aku hanya melamun.
Sebenarnya awalnya kupikir kami akan ke rumah sakit lagi. Tapi baguslah pulang ke rumah, kami tak bisa menemui siapa pun dalam keadaan begini.Aku mencoba membuka sabuk pengamanku. Tapi kenapa buka sabuk pengaman saja terasa susah sekali.
Arsy menunduk di sampingku. Membantu membukakan sabuk pengamanku.Setelah terbuka Arsy langsung membawaku ke pelukannya.
"Sorry!" ucapnya.
"Abang membuatku takut."
"Iya, sorry!"
Dia mencium bahuku.
Aku mengeratkan pelukan. Menyandarkan daguku di bahunya.
"Abang tak akan menikah dengan wanita lain!" ucapnya.
Kami lalu diam lama.
"Sayang!" panggilnya. Tapi aku tak menyahut. Aku semakin menyembamkan wajahku di bahunya.
"Kita lupakan masalah ini ya. Kita pergi kencan mau?" tanyanya.
Aku mengangguk.
Entah dia lihat atau tidak aku tak tahu."Sekarang lepasin dulu pelukannya!" pintanya.
Aku menggeleng. Aku tak mau melepaskannya.
"Kita kan mau kencan sayang."