-Syifa POV-
***
"Kak Shara, tahu gak tahu gak tahu gak ... Syifa dulu suka sama suamimu." Ucap Zahra saat acara pernikahan selesai.
"Ish kau ini menyebalkan sekali. Jangan dengarkan dia Kak." Kataku kesal.
"Tak apa lah. Dulu aku juga suka Abang Arsy." Jawab Kak Shara.
"Dulu? Sekarang udah enggak ya?" tanya Intan pula.
"Masih sih." Jawab Kak Shara.
Whattt??? Dah nikah pun masih suka suamiku?
Tapi apa bedanya denganku, aku juga sempat uringuringan ragara Rendy nikah.
Uhh tapi kan aku bukannya cinta sama si Rendy pun, itu hanya gimmick(?) saja."Hey Syifa, aku becanda. Kenapa kau jadi melamun begitu?" sergah Kak Shara diikuti tawa sepupusepupuku. Aiisshhh
"Kupikir Kakak masih suka beneran pada Abang Arsy. Tapi kak soal yang tadi, jujur aku itu dulu cuma mengagumi Rendy saja, belum sampai pada tahap cinta cintun segala macam apalah. Cinta pertamaku itu adalah Arsy, okay. Tolong jangan salah paham dengan omongan wanita sengklek ini." Jelasku.
"Alah cinta pertama konon, itu calon suami tak jadimu itu apa kabar? Kau tak cinta mereka?" tanya Desy.
"No! Sama sekali enggak. Oh Yaa Tuhan ... aku cuma kenal sekilas saja dengan mereka. Tak sempat pun untuk bercintacintaan. Lagipun aku dah tekad mau mencintai setelah menikah saja. Ya meskipun aku sempat khilaf karena jatuh cinta pada Arsy sebelum menikah dengannya. Tapi itu karena Arsy terlalu menggoda sih, aku tak tahan dengan pesonanya. Untung dia yang jadi suamiku."
"Huweekkk muntah aku." Cebik Desy.
"Aku serius lah woy."
"Aku akui Fa. Pesona Abang Arsy memang sulit untuk ditolak." Timpal Kak Shara. "Aku pernah jadi bodoh karena tak dapat mengendalikan diriku. Sorry Syifa."
"Aissshhhh lupakan saja lah Kak. Jangan ungkit kisah menyebalkan di masa lalu." Kataku.
"Anak kecil, kita pulang yuk!" Dafa tibatiba datang.
Karena hari memang sudah sore jadi kami pun pamit pulang.
***
"Siapa yang telepon?" tanya Arsy.
"Akmal." Jawabku.
Aku baru saja selesai bicara pada Akmal. Dia bilang Kak Kirana pergi karena trauma dengan acara pernikahan. Kata Akmal, Kak Kirana tak cerita detailnya. Tapi dia memang takut melihat pernikahan, dan tadi dia datang pun dengan memaksakan diri karena tak enak pada Akmal.
Kasian sekali. Apa dia pernah batal menikah juga seperti aku?"Abang, menurut Abang pernikahan di usia muda itu baik atau tidak?" tanyaku tibatiba.
"Kenapa tibatiba bertanya?"
"Entahlah. Kak Kirana ... dia sepertinya trauma dengan pernikahan. Padahal dia masih muda. Dia seumuran aku Abang. Tuaan dia setahun sih. Uhh kasihan. Kayaknya dia korban nikah muda."
"Sayang, dengar sini. Setiap orang itu tak sama. Menikah bukan hanya masalah usia. Banyak juga yang rumah tangganya hancur di usia senja. Tua atau muda bukan hal, dalam menikah itu yang penting adalah kesiapan. Menikah itu bukan melulu tentang kesiapan materi saja, tapi mental dan keilmuan juga. Itu yang terpenting. Tak cukup hanya dengan uang banyak, tak cukup hanya dengan saling mencintai saja. Bekal ilmu agama itu yang utama sayang. Terlebih untuk seorang pria, dia yang akan jadi imam keluarga. Abang akui Abang ini masih jahil, ilmu agama pun masih dangkal. Tapi InsyaAllah pernikahan kita akan sampai jannah. Kita belajar samasama ya sayang." Terang Arsy panjang lebar.