-Syifa POV-
***
Arsy duduk di sampingku.
Dia mengeluh kecil. Sepertinya dia memang marah."Kenapa kamu tak mau pindah ke rumah Abang?" tanyanya.
"Aku tak bilang aku tak mau."
"Lalu?"
"Aku hanya ingin kita tinggal di rumah orangtuaku dulu."
"Alasannya?"
Aku mengangkat wajahku memandangnya. Dia masih saja tenang. Aku tak bisa menebak apa yang dipikirkannya sekarang.
"Abang, aku sudah menganggap Intan sebagai saudaraku. Aku tak bisa meninggalkannya sendirian. Jika aku pindah, Intan pasti akan canggung tinggal di rumah orangtuaku. Meskipun Mama Papa sudah menganggapnya sebagai anak sendiri. Aku takut dia kesepian jika aku pergi. Jadi bisakah kita menunda kepindahan kita? Setidaknya sampai dia mempunyai seseorang yang mampu membuatnya tak kesepian lagi." Aku menggenggam tangan Arsy dengan tangan kiriku. Memohon pengertiannya.
"Bukan karena kamu takut berduaan dengan Abang? Bukan karena kamu takut Abang apaapakan kamu?" tanyanya.
Erk???
Aku melepaskan genggamanku.
"Abang!!! Kalau karena itu mungkin aku tak akan mau tidur sekamar sama Abang. Kalau karena itu aku pasti udah nyuruh Abang tidur di lantai eh di sofa aja, aku kan tak sejahat itu. Ish kenapa jadi malah ngomongin itu. Pokoknya bukan karena itu." Jelasku."Kita lanjut bicara besok saja. Abang ngantuk." Katanya lalu berbaring.
Ish dia ini.Bagaimana kalau Arsy tetap mau kita pindah?
Uhh sudahlah. Mau tak mau aku harus menurut juga kan. Tapi bagaimana Intan?Aku pun ikut berbaring.
Kupandang Arsy di sebelahku sudah tidur. Ngantuk banget kayaknya.
"Ish dia bahkan belum mengucapkan selamat malam padaku." Kataku sedikit kesal.
Aku pun berusaha memejamkan mata meskipun rasa kantukku sudah hilang karena memikirkan masalah pindahan ini.Tibatiba kurasakan sentuhan hangat di dahiku.
Aku membuka mata. Wajah Arsy begitu dekat denganku.
"Selamat malam!" katanya lalu membawaku ke pelukannya seperti malam kemarin.***
Kami sekeluarga akan pulang. Kakekku terlihat sangat sedih. Bukan karena akan berpisah denganku, tapi karena akan berpisah dengan Arsyad. Anak itu hebat bisa membuat Kakek jatuh sayang seperti itu. Bahkan semalam pun Arsyad tidur bersama Kakek.
Sekarang aku sedang melakukan perpisahan dengan geng baru kami, geng sengklek.
"Intan, Syifa. Seringsering main kesini ya." Ucap Aisyah.
"Ongkosnya kau yang tanggung ya." Jawab Intan.
"Perhitungan." Balas Aisyah.
"Aku kan belum merit kayak kalian. Gak ada suami yang menafkahi." Jawab Intan lagi.
"Fa, gimana kalau kita jodohin Rendy dengan Intan?" cadang Desy.
"Rendy?" tanya Intan bingung.
"Iya, mantannya Syifa."
"Oyyy sis, jaga mulut anda. Dia bukan mantan, okay. Cuma crush aja." Aku mengklarifikasi.
"Ohh yang semalam pakai baju cokelat itu ya." Timpal Zahra.
"Yang pake baju cokelat banyak oyy." Ucap Intan.
"Ahh pokoknya yang itu deh. Nanti aku send piku nya di WA ya." Kata Desy.
Kami mengobrol cukup lama sebelum akhirnya Aku dan Intan dipanggil untuk segera masuk mobil.
Bunda, Kak Arisya dan Ayah berada dalam satu mobil. Sementara itu Intan satu mobil dengan Mama Papa, Dafa dan Arsyad.