-Syifa POV-
***
Tanah kubur itu masih terlihat baru. Padahal sudah seminggu. Setiap hari Chika akan datang menyirami air dan menabur bunga disana. Makanya selalu terlihat baru.
Anak itu benarbenar merasa kehilangan sekali.
Aku memandang pada gundukan tanah itu dengan sayu."Chika, aku tahu kau sedih. Aku juga. Tapi diratapi terus tak akan ada gunanya. Sudahlah."
"Baru juga bahagia Fa. Tuhan sudah mengambilnya seperti ini. Kenapa ini harus terjadi?"
"Jangan mempertanyakan takdir seperti itu."
"Padahal Intan belum mengucapkan selamat padaku." Rengek Chika lagi.
Hmm bagaimana membuatnya tak sedih lagi. Hadeuh
"Kau kawinin lagi lah si Popo biar beranak lagi." Bujukku.
"Popo tak bisa sembarangan kukawinin. Dia harus kawin dengan pejantan pilihan."
Susah nih kalau sudah terlalu sayang sama peliharaan kayak gini. Ini lagian anak si Popo kenapa mati empatempatnya pula. Si Chika yang sudah senang karena jadi ateu, harus sedih lagi kan.
"Nanti aku cariin cowok baik buat si Popo ya. Sudah ya Chik jangan sedih lagi. Mama kau sudah khawatir. Kalau keluarga Kevin tahu pasti direject jadi menantu nanti." Ucapku.
"Jangan yang terlalu baik cowoknya, si Popo gak suka. Popo itu suka badboy." Jawabnya sambil menyeka air mata.
Aisshhh ini anak, kelinci saja dipikirin sampai segitunya.
"Iyaiya. Yuk ah kita pergi, putri tidur kita dah nunggu." Ajakku.
Sepulang dari pernikahan Intan dan Dafa, anak kelinci Chika meninggal semua. Entah keracunan atau apalah aku gak ngerti. Kata Kakaknya dia histeris banget. Selama seminggu, terus saja meratapi anak kelinci itu.
Ini saja aku kesini karena disuruh emaknya. Disuruh bujuk dia.
Padahal selama Intan dirawat
aku belum pernah keluar dari rumah sakit. Aku tak mau jauh dari Intan. Aku mau menemaninya.
Karena sekarang ada Dafa yang jaga Intan, jadi aku memaksakan diri untuk datang melihat keadaan Chika.Intan dan Dafa sudah seminggu menikah. Huft tak terasa.
Saat pernikahan kemarin kupikir Intan akan benarbenar pergi.
Bukan cuma aku yang meraung saat detak jantung Intan hilang, tapi Dafa juga. Dia yang baru lafadz akad langsung panik mencoba membuat jantung Intan berdetak lagi.Setelah beberapa saat ditangani akhirnya detak jantungnya kembali lagi.
Bersyukur sekali karena ketakutanku tak menjadi nyata.
Meskipun Intan belum mau bangun dari tidurnya, setidaknya dia masih ada bersamaku. Setidaknya masih ada harapan suatu hari nanti dia akan bangun."Woy melamun! Ayo berangkat!" sergah Chika.
Dia ceria sekali, padahal barusan masih nangisnangis ratapin anak si Popo.***
Saat sampai di rumah sakit aku kaget melihat sudah ada Arsy yang berbaring di kasurku. Sepertinya dia tidur. Ish apaapaan dia.
Dafa sedang duduk di samping Intan. Membacakan cerita manga kesukaan Intan sambil tangan satunya memegang tangan Intan.
Aisshhh sudah halal jadi pegangan mulu."Assalaamu'alaikum!" ucapku dan Chika serentak.
"Wa'alaikumussalaam." Balas Dafa sambil menoleh ke arahku.
Chika langsung menghampiri Intan. Sudah seminggu gak ketemu jadi mungkin dia rindu. Lagian anak kelinci ditangisin segitunya, sampai lupa untuk datang menemani Intan.
"Hey sleeping beauty!" sapa Chika. "Abang, bisa minggir sebentar gak? Giliranku yang bercerita padanya." Pinta Chika pada Dafa.
"Gak mau!" jawab Dafa.