-Syifa POV-
***
Aku bangun kesiangan, karena semalaman menunggu Arsy pulang.
Aku tunggu sampai larut malam, tapi Arsy tak kunjung pulang.
HP nya juga tak aktif. Dia pasti marah sekali padaku.
Apa yang harus kulakukan?
Aku telah sangat mengecewakannya.
Uhh padahal harusnya semalam kami kencan, senangsenang. Tapi malah berakhir mengesalkan seperti ini."Asyifa!" panggil Pak Indra.
Aku yang dari awal tak menumpukan perhatian pada apa yang dia terangkan langsung memandang ke arahnya."Setelah ini tolong ke ruangan saya!" pintanya. "Okeh semuanya, pertemuan kita hari ini cukup sampai disini. Jangan lupa tugas yang saya berikan kumpulkan minggu depan. Assalaamu'alaikum."
Setelah menjawab salamnya kami pun bubar.
"Aku nemuin Pak Indra dulu ya. Kita ketemu di kantin nanti." Ucapku pada Intan dan Chika.
"Tak mau kami antar?" tanya Intan.
"Tak usah tak apa. Pesenin aja makanan buatku ya."
.
."Ada apa Pak?" tanyaku setelah di ruangan Pak Indra.
"Kenapa hari ini kamu tak fokus? Dari awal saya masuk sampai keluar, kamu hanya melamun saja."
"Tak apaapa." Jawabku. "Hmm Pak, permintaan saya kemarin bagaimana?"
"Hari ini pun bisa. Kamu dan pacarmu bisanya kapan? Dia juga harus hadir kan agar orangorang tahu kamu tak menjalin hubungan dengan saya tapi dengannya."
Aisshhh benar juga. Pasti nanti Pak Indra akan bilang kalau aku pacarnya Helmi pada semua orang. Bagaimana ini. Aku tak berpikir sampai sejauh itu. Kalau Arsy tahu, dia bisa semakin marah.
"Syifa, apa dia benarbenar pacarmu?" tanya Pak Indra.
"Hah?" aku tersentak. "Ah iya tentu saja. Kenapa Bapak bertanya?"
"Saya tahu kamu. Kamu sangat menjaga batas pergaulan dengan lakilaki. Jujur saya terkejut saat kamu memperkenalkan pacar kamu. Syifa yang saya kenal tak akan pacaran. Saya mungkin akan menerima jika kamu memperkenalkan dia sebagai suami, bukan pacar. Meski kalian akan menikah, rasanya tetap aneh saja mengetahui kamu pacaran." Pak Indra bicara dengan tersenyum. Apa selama ini aku salah menilainya? Dia selalu berpikiran baik tentangku.
"Karena itu saya bertanya. Saya masih ragu tentang hubungan kalian. Apa benar dia pacarmu? Kamu tak menyuruh dia mengakungaku sebagai pacarmu agar saya mau melakukan klarifikasi kan?"
Hmm ternyata langsung ketahuan ya. Benar kata Arsy. Aku ini stupid liar.
Apa yang kau pikirkan Syifa? Kau pikir Pak Indra itu siapa? Dia dosen, dia berilmu, dia pintar. Tak semudah itu kau bisa menipunya seperti itu."Asyifa!" panggilnya membuatku terkejut. "Kamu baikbaik saja? Apa yang sedang kamu pikirkan?"
"Ah saya baikbaik saja. Pak, apa boleh kita hanya melakukan klarifikasi tentang hubungan kita saja tanpa mengatakan apapun tentang hubungan saya dan Helmi?" pintaku.
"Kenapa?"
Drrrkkkk
Terdengar pintu tertutup.
"Mungkin angin!" ucap Pak Indra.
Aku bangun untuk membuka kembali pintunya.
Terkunci!!!
Aku terus berusaha membukanya tapi tak bisa.
"Kenapa Fa?" tanya Pak Indra mendekatiku.
"Terkunci. Pintunya tak bisa dibuka, Pak. Bagaimana ini?" Kataku panik.