Setelah aku baca ulang part ini kok aku ngakak :v
Bagian awalnya apa banget ini. :v
Happy reading. mumimumimumi
.
.
.-Syifa POV-
***
....
Setelah Arsy mengucapkan kalimat itu kenapa aku semakin tak tenang.Arsy: 'Syifa ... Hallo, Syifa! kamu masih mendengarkan Abang kan?'
Aku: 'Iya Bang. Aku masih disini.'
Arsy: 'Abang tak bisa menjanjikan apapun sekarang. Abang cuma bisa berusaha agar Abang diterima. Tapi Abang harap hubungan kekeluargaan kita tak rusak jika kita tak berjodoh. Jika memang kamu bukan jodoh Abang, berarti Allah telah menyiapkan yang lebih baik untuk kamu dan untuk Abang juga.'
Aku: 'Iya Bang.'
Sakit sekali Yaa Allah. Hatiku kenapa ini.
Aku: 'Abang sedang apa?'
Aku mencoba mengalihkan pembicaraan.
Arsy: 'Tiduran. Di kamar kamu.'
Aku: 'Wutttssss???? Ab...abang tidur di kamarku?'
Arsy: 'Yupz.'
Aku: 'Yaa Tuhan ... Yaa Tuhan bagaimana ini.'
Arsy: 'Hey ... kenapa kamu kalut?'
Bagaimana aku tak kalut, dinding kamarku kutempeli fotofoto anehku. Banyak fotoku tanpa kerudung juga yang kutempel.
Yaa Tuhan, Arsy pasti sudah melihatnya. Aku berdosa. Kenapa aku ceroboh. Apa yang harus kulakukkan sekarang?
Tanpa terasa air mataku menetes. Aku benarbenar malu. Malu pada Allah. Malu pada Arsy.Aku: 'Bisakah Abang purapura tak melihatnya?'
Arsy: 'Mana mungkin.'
Aku: 'Kalau gitu nikahi aku. Nikahi aku. Aku gak mau tahu Abang harus nikahi aku.'
Arsy: 'Hey ... kalau kakek merestui, secepatnya pasti Abang akan nikahi kamu. Tenang saja, kenapa kamu seperti tak sabar begitu?'
Arsy malah mengekek.
Dia benarbenar tak mengerti perasaanku. Mamaaaa!Arsy: 'Kau menangis?'
Bagaimana mungkin aku tak menangis, kau sudah melihat aibku Arsy.
Aku: 'Pokoknya kita harus menikah secepatnya. Hiks Aibku ituuu. Hiks '
Arsy: 'Iyaiya. Sudah jangan menangis lagi.'
Aku: 'Janji ya. Dan lupakan apa yang Abang lihat.'
Arsy: 'Memangnya apa yang Abang lihat?'
Aku: 'Abang!!! Aku serius.'
Arsy: 'Lah katanya tadi Abang harus melupakan yang Abang liat. Abang sedang purapura tak liat ini ish.'
Aku: 'Eh iya juga. Okeh baguslah'
Arsy: 'Abang benarbenar tak lihat apaapa di kamarmu.'
Aku: 'Iya tak usah diperjelas lagi, Abang!'
Arsy: 'Tidak. Dengar! Abang serius. Abang tak melihat apapun. Abang tidur di kamar Dafa. Kamarmu di kunci kok. Tadi Arisya dan Arsyad mau tidur disana tapi gak bisa. Kata Mama, kamu sengaja mengunci kamarmu dan kuncinya kamu bawa.'
Ehh iya. Bukannya kunci kamar itu ada padaku ya. Kenapa aku tak ingat.
Apa yang kau pikirkan Syifa???Arsy: 'Apa sekarang kau sudah ingat?'
Aku: 'Kenapa Abang berbohong?'
Arsy: 'Sorry. Abang pikir kamu tak akan percaya tadi. Apalagi kuncinya ada padamu.'
Aisshhh bodoh Syifa.
Tepok jidat.
Ehh ehh ehh wait ... aku
... aku ... apa yang kulakukan tadi? Apa yang telah kukatakan padanya tadi? Aku menangis? Aku memintanya menikahiku?
Arggghhh memalukan.
Mamaaaaa!Aku: 'Abang, maukah kau melupakan hal yang tadi? Kalau tidak maka aku tak akan memaafkanmu karena telah membohongiku. Deal ya!'
Arsy: 'Erk?'
Aku: 'Hoaaamzzz ... aku sudah ngantuk. Papay Abang. Assalaamu'alaikum!'
Tutttuuttttutttt
Aku memutuskan talian.
Benarbenar memalukan.
Kututupi mukaku dengan bantal.
Arggghhh!!!***
Aku bangun dengan lemas. Tak biasanya setelah subuh tadi aku tidur lagi. Aku masih memikirkan kejadian semalam.
Untung hari ini kuliah libur."Matamu kenapa, Fa?" tanya Intan saat kami sedang sarapan. Sudah kuduga dia akan bertanya. Untung saja Dafa tak ada karena harus berangkat pagipagi sekali.
"Apa kau menangis?""Keliatan banget ya, Tan?"
"Sangat!"
"Uhh semalam aku nonton drakor. Ceritanya sedih. Aku baper." Bohongku.
"Kau pikir aku akan percaya? Bukannya laptopmu sedang kupinjam semalam? Lagipula sejak kapan kau nonton drakor tanpa ngajak aku?"
Aikkk sepertinya aku ketahuan.
Ujungujungnya aku tetap harus menceritakan kejadian memalukan semalam."Hahahahahaha jadi kau menangis dan merengek minta dia nikahin kau gitu? Gila kau, Fa. Hahah" Kata Intan yang tak berhenti meledek setelah kuceritakan semuanya. Bahkan dia juga tak berhenti tertawa.
"Aku malu. Bagaimana aku bisa menghadapinya setelah ini." Keluhku.
"Tenanglah! Aku rasa dia juga udah lupain semuanya kok."
"I hope so."
Aku benarbenar panik semalam. Apalagi saat tahu ada orang yang sudah melihat aibku.
Setiap hal yang berhubungan dengan aurat, aku memang agak sensitif. Aku diajarkan untuk tetap menjaga auratku dari pandangan mata yang belum halal untukku. Aku memang sedikit nakal, aku suka fotofoto tanpa kerudung. Tapi aku tahu batasanku. Aku tak memamerkannya ke semua orang. Aku simpan untuk diriku dan keluargaku saja.
Jika semalam Arsy benar melihatnya. Maka meski tanpa restu kakek pun, aku pasti akan memintanya menikahiku.Eh ngomongngomong tentang Kakek. Apakah dia merestui Arsy atau tidak ya.
Aku sama sekali belum dapat kabar dari Mama dan Papa.***
Seharian aku menunggu kepulangan orangtuaku. Sampai tak sadar waktu sudah menunjukkan malam.
Setelah menununggu lama, akhirnya orangtuaku pulang juga. Aku harap kabar yang mereka bawa baik untukku.
"Papa, jadi bagaimana keputusannya?"
Aku sudah tak sabar. Mungkin ini yang mereka rasakan saat menunggu jawabanku kemarin.
"Kakak, Papa capek banget. Kita bicara besok aja yak. Lagipula ini udah malam, Kakak juga harus kuliah besok. Sebaiknya Kakak tidur sekarang." Arah Papa.
Uhh Papa ini sengaja atau apa. Kalau begini caranya bagaimana aku bisa tidur nyenyak. Aku pasti kepikiran terus.
Apalagi malam ini Arsy juga tak ada menghubungiku.
Ehh bagus sih. Aku juga memang masih malu padanya.
Tapi tapi tapi ... kalau dia tak menghubungiku karena kecewa setelah tak direstui Kakek gimana?
Mungkinkah?Arsy.
Orang yang sama sekali aku tak kenal. Entah bagaimana, dia mampu membuatku merasakan perasaan yang tak seharusnya kurasakan sekarang.Papa, anakmu sudah jatuh hati sebelum waktunya.
Papa, apakah anakmu akan langsung patah hati sebelum semuanya terluah.***
Bersambung.
PART INI PENDEK. AKU DAH NGETIK PANJANG TINGGAL PUBLISH TADI, TAPI HP MATI. SEBELUM HP MATI DIATASNYA UDAH ADA TULISAN DAH KE SAVE. TAPI TERNYATA PAS KUBUKA TERNYATA CERITANYA BELUM KE SAVE. SEBAL.