25. Terluka(?)

22.4K 724 16
                                    

-Syifa POV-

***

"Iya Pak Indra mampir kesini setelah pulang ngawas kelompoknya." Jawabku pada Arsy.

"Dia benarbenar menyukaimu." Katanya sambil tersenyum.

"Tentu saja, siapa yang mampu nolak keluchuanku kan." Balasku percaya diri.

Arsy mencubit pipiku geram.
"Mau buka cabang?" tawar Arsy.

"Kalau boleh sih."

"Mau Abang modalin?" tanyanya.

"Mau banget."

Tibatiba Arsy mencium pipiku.
"Cantik itu salah satu modal utama. Kamu terlihat sangat cantik kalau sedang malumalu. Dan untuk membuat kamu malumalu cukup dengan menciummu saja." Ucapnya.

"Sepertinya aku masih kurang cantik, Bang. Mau lagiii boleh?" Balasku. Hahah genit sama suami sendiri boleh lah yaa.

Dia malah mencubit pipiku lagi. "Sekarang kamu dah berani gatal ya."

"Sama Abang doang." Kataku nyengir.

Arsy mengelus kepalaku lembut.

"Pakai kerudungmu! Kita harus keluar sekarang." Arahnya.

Keluar? Baru juga sebentar. Uhh aku masih kangen Arsy.

"Gak enak sama temanmu yang lain. Lagipula tadi Abang langsung keluar gitu aja nyusul kamu."

Ish sebal. Aku memuncungkan mulut.

"Hey ... kenapa lagi?"

"Gak mau keluar!"

"Lakilaki dan perempuan berduaan di dalam mobil seperti ini kamu gak takut terjadi sesuatu?" tanyanya.

"Kalau Abang sedang berusaha menakutiku, maka Abang gagal. Aku sama sekali gak takut." Balasku.

Arsy tertawa mendengar jawabanku, entah bagian mana yang luchu aku tak mengerti.

"Sayang!" katanya dengan suara meleret. Aisshhh melting aku.

"Abang, jangan bikin suara menggoda seperti itu. Baiklah, ayo keluar!"
Bukan aku takut dia mengapaapakanku, tapi aku takut aku lah yang mengapaapakannya. Membuat malu kaum wanita saja.

Aku memakai kerudungku.
Lalu keluar dari mobil. Aku sempat mendengar Arsy tertawa lagi sebelum kututup pintu mobil.

Dia merangkul pundakku saat kami mau masuk lagi ke rumah.

"Seperti biasa, kamu gampang sekali menyerah." Bisiknya.
Ish!!!

.
.
.

"Jadi Abang bisa kan bantu kami?" tanya Helmi saat kami sudah di rumah lagi.
Ish Helmi masih saja bahas program kerja.

"Kalian nanti kirim proposal saja dulu." Jawab Arsy.

"Proposal sudah siap Bang. Bagaimana kalau kami titip ke Abang aja?"

"Boleh. Nanti saya akan langsung kabari setelah proposalnya diproses."

Mereka terus saja membicarakan program sampai maghrib tiba. Setelah sholat maghrib obrolan masih berlanjut sampai isya.

Aku dan temanteman wanita yang lain sedang membuat cake singkong, kami akan mendemontrasikannya besok pada ibuibu di desa ini. Tugasku sebenarnya cuma ngasih toping saja dan icipicip.

"Intan, Asyifa ... Abang kalian mau pulang. Kalian gak mau pamitan dulu?" kata Dani yang tibatiba masuk dapur.

Arsy mau pulang? Malammalam begini?
Setelah cuci tangan, aku dan Intan menemui Arsy yang sedang ngobrol di ruang tamu.

Nikah Muda (?) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang