-Syifa POV-
***
Arsy membanting pintu mobil lalu masuk ke rumah.
Dia sangat marah padaku."Kakak, apa yang terjadi?" tanya Papa yang sepertinya menungguku. Mama, Dafa dan Intan pun ada.
Aku memandang Arsy yang menaiki tangga tanpa bicara apapun pada keluargaku.
"Abang Arsy kenapa?" tanya Intan.
"Apa terjadi sesuatu?" tanya Dafa pula.
"Aku ke kamar dulu." Ucapku seraya berlari ke kamar dan tak menjawab pertanyaanpertanyaan mereka.
"Abang!" panggilku pada Arsy.
Arsy hanya diam.
"Aku minta maaf!" ucapku.
Tapi Arsy tetap diam.
Aku tak bermaksud membuatnya marah. Tapi Kak Shara memang membutuhkan Arsy."Kamu memang tak sayang Abang kan?" tanya Arsy tibatiba.
"Apa maksud Abang? Tentu saja aku sayang Abang."
"Kalau begitu kenapa kamu meminta Abang melakukan hal yang tak mau Abang lakukan?"
"Kak Shara butuh Abang!"
"Abang capek. Mau istirahat." Ucap Arsy seraya berbaring lalu menutup matanya dengan lengan.
Aku mendekatinya. Ikut berbaring di sampingnya dan memeluknya erat.
"Aku sayang Abang. Maafkan aku! Maafkan aku kalau permintaanku menyakiti hati Abang."
Tibatiba kurasakan sentuhan di kepalaku.
Aku mendongak memandang Arsy yang sedang memandangku. Satu tangannya mengelus kepalaku."Cowry!"
Kata terakhir yang kuucapkan sebelum aku terlelap sambil memeluknya.***
Keesokan harinya Arsy berangkat ke rumah sakit pagipagi sekali. Padahal semalam kami pulang lewat tengah malam. Apa dia tak lelah? Apa dia lelah dengan sikapku? Bahkan dia tak sarapan di rumah.
"Syifa, kau serius?" tanya Intan tak percaya.
"Aku harus bagaimana lagi Tan? Aku kasian liat Ummi Kak Shara. Aku dah berjanji akan membujuk Arsy untuk menikahi Kak Shara. Aku tak bisa menghampakannya."
"Apa kau tak peduli pada perasaan Abang Arsy? Perasaanmu?"
"Hanya sampai Kak Shara sembuh saja. Setelah itu Arsy bisa menceraikannya."
"Yaa Tuhan, Asyifa! Kenapa kau polos sekali? Mau kubilang bego kau berpendidikan. Mau anggap kau gila tapi kau waras. Uhh kenapa sih denganmu? Kakekmu punya pesantren, didikan agamamu pasti bagus. Kenapa kau mempermainkan perkawinan seperti itu? Lagipula apa kau bisa jamin Abang Arsy akan menceraikannya saat dia sembuh? Bagaimana kalau Abang Arsy jatuh cinta pada dokter Shara? Saat itu terjadi mau menyesal pun dah terlambat."
"Intan!!!"
"What?"
"Jangan ngomong gitu ish."
Tibatiba Bunda datang membawa makanan.
Untuk Intan kayaknya."Pagi anakanak Bunda." Ucap Bunda seraya menaruh makanan yang dia bawa di meja samping kasur Intan.
"Pagi!" balas kami serentak.
"Eh Fa, katanya kemarin Shara mencoba bunuh diri. Apa itu benar?" tanya Bunda tibatiba.
Aku mengangguk.
"Bagaimana keadaannya?"
"Dia tak baik Bund."
"Hmm kasian sekali anak itu."