***
-Syifa POV-
Aku menyambut eskrim yang dihulurkan sahabatku.
Cokelat kacang, kesukaanku. Aku membuka penutupnya lalu mulai menjilati eskrim favoritku ini.
"Heaven!!! Panas-panas gini emang pas makan eskrim." Kataku sambil terus melumat eskrimku.
"Woy antibiotik. Aku tau kau lagi galau sekarang. Tapi gak usah jadi sengklek juga kali. Lagi hujan gini kau bilang panas." Intan di sebelahku mulai membebel.
"Eh manikmanik jam. Sukasuka aku lah." Jawabku.
Seenaknya dia manggil aku antibiotik hanya karena namaku Syifa yang artinya obat. Yaudah biar adil aku panggil dia manikmanik jam aja karena namanya intan.
"Asal kau tau, manikmanik juga yang bikin jamnya jadi mahal. Secara diamond gitu. Intaaan hahaha." Kata Intan membela diri. Perasan sekali dia.
"Iyuwh. Kau manikmanik Kawe. Di depan SD juga banyak yang jualin." Aku masih tak mau kalah.
"Dengki. Mentangmentang aku lebih mahal dari kau."
"Eh ntar kalau kau jatuh, tanpa antibiotik lukamu bisa infeksi. Dan bisabisa kau mati."
"Lah aku paling jatuhnya juga ke hatinya aja. haha Luka jatuh hati gak pernah berdarah, gak mungkin infeksi sih."
"Aiisssh kau pikir luka yang gak berdarah gak bisa infeksi? Masuk TK lagi sana. Denger ya lebihlebih jika luka karena jatuh hati, infeksinya parah tau. Bisa bikin otakmu makin sengklek." Kataku mencebik.
Intan sudah memuncungkan mulutnya. Cihhh dia pikir dia luchu apa buat mulut bebek kayak gitu.
Tapi kelakuan Intan ini membuatku sedikit terhibur.
Uhh sebenarnya aku sedang sakit hati. Aku baru batal nikah.
Keluargaku penganut tradisi nikah muda kayaknya. Kakekku mengharuskan anak dan cucunya menikah sebelum lulus kuliah. Biar terhindar dari zina. Zina mata, Zina hati katanya. Selain itu nikah muda membuat kami jadi lebih bertanggung jawab katanya (lagi).
Gak ngerti deh aku.
Sepupuku ratarata menikah di usia 20 tahun. Sekarang aku sudah 21 tahun dan sudah tiga kali batal menikah. TIGA KALI oyy. Pernikahan yang diatur keluarga membuatku tak pernah mengambil tahu tentang calon suamiku.
Abang sepupuku menikah dengan calon pilihan mereka sendiri. Tapi karena aku cucu perempuan satusatunya, jodohku pun keluarga besarku yang pilihkan.
.
Lelaki pertama. Ustadz muda. Seminggu sebelum akad nikah dia membatalkan pernikahan kami. Rupanya dia sudah beristri, dan tak tega menambah madu di rumah tangganya yg sudah manis itu. ( Ciihhh aku juga tak mau jadi madu) Dia berdalih dipaksa keluarganya untuk menikahiku, dia menurut karena tak mau durhaka. Tapi ujungnya dia juga yang tersiksa. Akhirnya kami batal menikah.
Lelaki kedua. Pengusaha muda. Tajir gila dia, tampan pula. Saat akan akad nikah ada yang melabrakku, masuk ke kamar pengantinku. Seorang pria lembut yang sepertinya spesies tak bertulang belakang yang mengaku sebagai kekasih calon suamiku. Oemjiii Whatttt!
Setelah diinterogasi akhirnya calon suamiku mengaku dia gay. Menikah denganku hanya kamuflase, menutupi kelakuannya yang songsang itu. Duhhh paitpaitpait. Naudzubillah. BATAL LAGI.
Lelaki ketiga. Seorang pilot. Baru tiga hari yang lalu kami batal menikah. Alasannya, klasik sih. Karena dia banyak skandal dengan para pramugari cantik. Padahal aku sudah berharap pernikahanku yang ketiga ini berjalan mulus. Tapi siapa sangka calon suamiku yang keliatan baik di depan keluargaku itu (pake peci setiap datang ke rumahku) diamdiam sudah menaruh benihnya di rahim beberapa wanita. u_u
"Fa, sudahlah jangan meratapi playboy itu lagi." Intan membuyarkan lamunanku.
" Aku gak meratapi dia lah. Aku cuma sedih melihat betapa lemahnya diriku saat berhadapan dengan takdir." Kataku sayu, "lagian gak ada gunanya ngeratapin cowok naruto itu. Buangbuang waktu. Kumbang bukan seekor say." Sambungku. Aku menyebut si pilot itu naruto karena rambutnya diwarnain, udah kayak naruto aja rambutnya. wkwk otak kartun.
Pantes setiap ke rumah dia selalu pakai peci. ckckckck
Oh iya satu hal yang bikin aku geli sama si pilot ini, dia suka mengirimiku gombalan recehan. Ayatayat kasanova banget. Geli aku.
'Syifa bidadariku. Sungguh aku ikhlas menerimamu menjadi permaisuri di hatiku, sayang. Aku akan membuat hidupmu dipenuhi warna. Aku harap kita akan selalu bersama selamanya., karena aku tak bisa hidup tanpamu. Janjiku, bersama kita mengukir bahagia. Bersama kita akan bahagia hidup abadi bahkan sampai dunia ini hancur.'
Gila kan dia? Hidup abadi sampai dunia hancur??? ogah aku. Dia mau jadi panitia hari kiamat kali yak. Ish Naudzubillah. Untung kami batal nikah.
"Fa, kau gak trauma menikah kan?" tanya Intan.
"Gak trauma. Tapi perasaan takut batal lagi selalu ada. Sudahlah lupakan. Aku fokus kuliah aja sekarang."
"Tapi kan kakekkmu mau kau nikah sebelum lulus kuliah. Kalau mereka menjodohkanmu lagi gimana?"
"Gak gimanagimana. Terima aja lah. Kalau jodohku datang awal ya Alhamdulillah. Kalau pun datangnya lambat ya tetap Alhamdulillah juga."
"Eh tapi Fa. Kalau seandainya kamu nikah saat kuliah gini, terus bagaimana kalau kamu hamil nanti?" Intan gak pernah bisa berhenti bertanya ish.
"Kalau aku hamil ya buncit lah sludud., pake nanya."
Intan melongo, "dasar sengklek." gumamnya
.
***
Bersambung.
Malas ngetik masih banyak. u_u