47. Marah(?)

24.1K 800 147
                                    

-Syifa POV-

***

Aku menunggu dengan gelisah.
Intan masih ditangani dokter.

"Minum dulu dek." Abang Fatih mengulurkan air minum padaku.

Aku menggeleng.

Intan segalanya untukku. Aku sayang dia.
Yaa Tuhan, tolong selamatkan saudariku. Dia sahabatku, dia kakakku. Jangan kejam padaku dengan mengambilnya dariku.

"Syifa!!!"

"Mama?"

Mama berlari memelukku.

"Kamu tak apa kan sayang?" Mama menciumi wajahku.
Kemudian dia memeriksaku dari atas ke bawah.
Setelah itu Mama memelukku lagi sambil menangis.

"Maafkan Mama sayang. Mama tak bisa jaga kamu! Maafkan Mama."

"Intan. Intan, Ma. Intan sekarat Mama." Raungku lagi.
Aku menangis dipelukan Mama.
"Intaannnn! Aku sayang Intan Mama. Dia akan baikbaik saja kan, Ma? Intan pasti akan sembuh kan, Ma. Intan tak akan pergi ninggalin aku kan, Ma."

Mama semakin mengeratkan pelukan.

"Mana Intan?" tanya Mama. Mungkin pada Zahra atau Abang Fatih.

"Disana!" jawab Abang Fatih. Mama melepaskan pelukanku lalu berdiri melihat Intan dari balik pintu kaca.

Tangan kirinya memegang dada, dan satunya lagi menekup mulutnya.

"Anakku!" pekik Mama. "Apa yang terjadi padamu, Nak?"
Tangan yang tadi menekup mulut dilekatkan pada pintu kaca. Seolah dia sedang membelai Intan.

Zahra memeluk bahu Mama dan mengusapnya.

"Kakak!"
Papa datang langsung memelukku.
"Anak Papa. Apa yang terjadi sayang?"

Kulihat Dafa, Arsy, Ayah, dan Bunda.

"Untuk apa kalian kemari? Pergi!!!" teriakku.

"Kakak! Tenang sayang."

"Suruh mereka pergi Papa. Kakak mohon. Suruh mereka pergi." Rayuku.

"Mana Intan?" tanya Dafa.

"Intan? Kau tanya mana Intan?" teriakku.
Aku mencoba bangun dari kursi roda.
Zahra memegangiku tapi aku memberinya isyarat untuk diam.
Dengan sakit yang amat di perutku aku menghampiri Dafa.
"Jangan bicara seolaholah Abang peduli pada Intan! Jangan datang seolaholah kalian peduli!!! Aku benci kalian semua. AKU BENCI! Jangan tunjukkan kasih sayang palsu kalian disini. Pergilah! Aku mohon pergi. Intan tak akan jadi lebih baik meskipun kalian datang."

Dafa tibatiba memelukku. Aku meronta.
"Lepaskan aku Abang!!! Lepaskan aku! Aku adik dari si wanita munafik itu. Jangan sentuh aku!!!"

"Sorry!!! Maafkan Abang, sayang. Abang minta maaf." ucap Dafa tanpa melepaskan pelukan.

"Maafmu tak bisa membuat Intan bangun Abang. Lepaskan aku!" aku terus meronta.

"Sayang, tenang!" tibatiba Arsy bicara dan memegangi pundakku.

"Jangan sentuh aku!!!" Teriakku pada Arsy. "Kau menyesal menikah denganku kan? Kenapa kau datang kesini hah? Ceraikan aku! Ceraikan aku!"

"Kakak! Istighfar sayang! Dafa, Arsy biarkan dulu dia. Dia masih belum stabil. Dia masih terkejut dengan yang terjadi pada Intan. Beri dia waktu." Kata Papa lalu mendekat dan menarikku ke dalam pelukannya.

Tibatiba dokter yang menangani Intan keluar.

"Bagaimana keadaan anak saya dokter?" tanya Mama.

"Pendarahan di kepalanya cukup parah. Itu yang menyebabkan dia kejang. Dia harus segera dioperasi."

Nikah Muda (?) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang