-Syifa POV-
***
Perlahan aku turun dari kasur lalu memakai kaos Arsy. Aku pakai sarung Arsy saja biar cepat. Lalu aku mengejarnya keluar.
"Arrrrrgggghhhhhh!!! Aku berteriak lagi setelah keluar dari kamar.
Arsy datang dari arah dapur sambil membawa segelas air.
"Kamu kenapa?" tanya Arsy.
"Ada ributribut apa?" tanya Dafa pula.
"Yaa Allah!" Dafa terlihat terkejut sekali.Aku sudah menekup mukaku lalu duduk di sofa terdekat.
"Abang, apa yang kalian lakukan? Baju sampai berserakan di luar seperti ini. Kalian seperti tak punya kamar saja." Sindir Dafa. "Pas pulang semalam aku gak ngeh kalau baju kalian berserakan seperti ini. Mungkin karena terlalu ngantuk." Ucap Dafa lagi.
"Kau kenapa, Fa?" tanya Intan yang baru datang.
Aku langsung memeluk Intan. Aku malu sekali.
"Fa, kau kenapa malu begitu? Kalian kan sudah menikah. Aku juga paham." Kata Dafa. Ish dia ini tak mengerti banget, masalahnya aku tak ingat apapun.
Arsy duduk di sofa di depanku.
"Ada yang tak beres padaku dan Syifa." Ucap Arsy.
"Maksudmu apa, Bang?" tanya Dafa.
"Semalam aku tak bisa mengendalikan diriku. Syifa juga. Saat bangun kami sudah dalam keadaan yang you know what i mean lah ya." Jelas Arsy.
"Sepertinya ini karena pengaruh minuman yang kami minum semalam. Soalnya kemarin malam kami tak makan apaapa lagi selain itu. Ada yang sengaja menaruh sesuatu di minuman itu." Tambah Arsy lagi."Siapa yang berani mendhzolimi kalian seperti itu?" Ucap Dafa geram.
"Bukan kami, tapi Intan. Ada yang ingin melakukan sesuatu pada Intan. Minuman semalam punya Intan kan?" tanya Arsy.
"Benar itu punyaku." Jawab Intan.
"Kau tak becanda kan, Bang?" tanya Dafa.
Aku dan Intan juga terkejut dengan yang dikatakan Arsy.
"Kurang ajar!"
Dafa sudah mengepalkan tangannya."Janganjangan pria semalam yang melakukannya." Dugaku.
"Pria mana?" tanya Arsy.
"Sebelum Abang datang ada pria yang duduk bersamaku. Dia numpang duduk di mejaku karena tak ada meja kosong. Tapi setelah Abang datang dia malah pergi." Terang Intan.
"Sialan!!! Kita periksa CCTV restoran itu nanti." Kata Dafa yang sudah marah sekali.
Aku langsung teringat pada kertaskertas yang selalu kutemukan di depan rumah.
"Apa ini ada hubungannya dengan kertas itu ya." Gumamku.
"Kau bicara apa?" tanya Intan.
"Aku selalu mendapat kertas ancaman di depan rumah. Sebenarnya tiap aku keluar rumah selalu ada yang melempar kertaskertas aneh. Aku cari siapa yang melempar itu tapi tak pernah ketemu.
Kertas itu bertuliskan ancamanancaman. Aku pikir itu hanya becanda saja makanya aku tak bilang ke kalian. Dan anehnya jika aku keluar bersama Intan atau salah satu dari kalian, aku tak akan mendapat kertas ancaman itu.""Sejak kapan kamu mendapat ancaman seperti itu?" tanya Arsy.
"Aku tak ingat."
"Tapi jika surat ancaman itu ditujukkan pada Intan, kenapa syifa yang selalu mendapat kertas itu? Apa benar kertas itu ada hubungannya dengan kejadian semalam? Kita harus memastikannya dulu." Ucap Dafa.