38. Luahan(?)

23.6K 783 64
                                    

-Syifa POV-

***

"Sayang, kamu kenapa?" tanya Arsy yang sepertinya khawatir.
Entah dia benarbenar peduli atau itu hanya bentuk rasa bersalahnya saja.

"Apa kita harus membawanya ke klinik?" tanya Intan.

"Rawat di rumah saja." jawab Dafa. "Rasanya lukanya tak terlalu dalam juga."

"Intan, kau menangis meraung menakutiku saja." ucapku lemah.

"Habis aku liat banyak darah di kakimu." Adu Intan.

Aishhh kupikir kakiku hilang tadi, makanya Intan meraung. Eh tapi kalau hilang tak mungkin aku merasa sakit kan.
Apasih Syifa.

"Pindahkan ke kamar kami saja dulu. Biar aku rawat lukanya disana." Sela Arsy.

Aku menggeleng lalu menggenggam erat tangan Dafa. Aku mau di kamar Intan saja.
Dafa mencoba melepaskan pegangan tanganku, tapi aku semakin kuat menggenggamnya.

"Okeh disini saja!" putus Arsy. "Intan tolong ambil kotak first aid!" arah Arsy pada Intan.

Intan pergi lalu datang kembali dengan membawa kotak first aid.

Arsy mulai mengobati kakiku.

"Awww sakit! Pelanpelan Abang!" marahku.

"Berhenti bergerakgerak, Syi! Biar bisa cepat selesai ngobatinnya."

"Kalau aku gak bergerak berarti aku mati lah Abang ish. Aku ini masih hidup wajar kalau bergerakgerak. Apalagi aku lagi kesakitan begini." Bebelku lagi.
Entah dapat kekuatan darimana aku bicara ngawur seperti itu. Padahal tadi aku merasa lemah sekali. Melihat Arsy tibatiba jadi langsung ingin marahmarah saja.

"Sakiiiitttt!" erangku saat Arsy seperti menyucuknyucuk lukaku dengan apalah entah. "Pelanpelan Abang! Beneran sakit sekali."

Arsy masih tekun mengobatiku. Intan sudah duduk di atas kasur di sampingku. Mengelap peluh di wajahku.

"Selesai!" kata Arsy akhirnya. "Lukanya harusnya tak terlalu parah sebenarnya, mungkin karena seharian kamu berjalan kesana kemari dengan memakai sepatu makanya lukanya jadi seperti ini." Terang Arsy.
Sayu sekali wajahnya saat mengatakan itu. Mungkin dia merasa bersalah padaku.

"Abang ambil obat dulu ya." Ucap Dafa sambil melepaskan peganganku. Setelah itu dia pergi.
Arsy beralih ke sisiku, aku tak mau memandangnya.
Apa yang dilakukannya hari ini masih terasa sakitnya.

Kurasakan tangannya mengelap lembut air mataku.

"Sorry!" ucapnya sambil mencium kepalaku.

***

Suara adzan subuh membangunkanku. Tapi tanganku terasa sakit. Kebas sekali rasanya. Yang kuingat semalam kakiku yang sakit, kenapa sekarang malah tangan. Apa sakit seperti itu menular ke seluruh tubuh atau apa.
Perlahan aku membuka mata.
Arsy tidur di sebelahku. Kepalanya menindih lenganku.
Aku sudah ada di kamarku sekarang. Pasti diamdiam dia memindahkanku.

"Abang, sakit!" kataku sambil menggoncangkan tubuhnya.

"Mana yang sakit sayang!" katanya panik lalu buruburu bangun.

"Abang menindih lenganku!"

"Sorry!"

Aku bangun untuk wudhlu. Arsy mencoba membantuku tapi aku menghalangnya.

"Sakit hati yang Abang berikan saja bisa kutahan, apalagi kalau hanya luka kecil begini. Aku terlebih mampu untuk menahannya." Kataku sinis.

Arsy sudah mengeluh kecil.

Nikah Muda (?) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang