-Syifa POV-
***
Sinar matahari menyilaukanku. Aikkk kenapa aku tidur di kamarku sekarang? Yang kuingat aku sholat subuh disini, terus aku ... eh ngapain lagi ya setelah itu. Aku tak ingat.
Aku bangun melihat jam. Sudah jam 8 pagi. Uhh untung tak ada kelas hari ini. Tak biasanya aku tidur selepas subuh.
Sebenarnya aku masih keliru. Aku bisa tidur disini bagaimana ceritanya?
Aku turun ke dapur. Sepertinya semua orang sudah sarapan.
Uhh aku malas sarapan sendirian. Kenapa tak ada yang bangunin aku ish.
Aku mengambil sekeping roti lalu kusumbatkan ke mulutku. Gak nafsu makan.
Setelah itu aku ambil sebotol air dingin di kulkas. Kepalaku panas belakangan ini, kali aja kalau minum air dingin begini kepalaku bisa langsung sejuk.Suara ramai di halaman belakang membuatku penasaran. Aku berjalan ke halaman dengan menenteng sekeping roti dan sebotol air. Aishhh seperti anak kecil saja.
Kulihat Arsy dan Dafa sedang bermain basket. Sepertinya mereka libur.
Di pinggir lapang, ada Arsyad yang sedang bersorak memberi semangat pada Arsy dan Dafa. Sekejap dia sebut nama Arsy, tak lama kemudian dia sebut nama Dafa. Entah siapa yang dia dukung sebenarnya. Labil sekali."Fa, sini!" Intan yang sedang duduk bersama Arsyad memanggilku.
Mau tak mau aku mendekatinya juga. Arsy sempat menoleh ke arahku saat Intan menyebut namaku tadi. Tapi hanya sebentar saja, setelah itu dia langsung kembali bermain."Ichad gak sekolah?" tanyaku.
"Gurunya rapat. Jadi hari ini dia libur. Dari pagi tadi dia sudah main disini. Emaknya lagi pergi ke pasar sama Bunda." Terang Intan.
"Oh gitu. Kenapa tadi kau tak bangunin aku, Tan? Aku jadi bangun siang." Marahku.
"Suamimu kan ada." Jawabnya sambil menjuihkan bibir ke arah Arsy.
Ish kayak tak tahu saja kalau aku sedang dalam mode bertengkar dengan Arsy.Aku duduk di samping Arsyad sambil menghabiskan sekeping roti yang tak habishabis. Dari tadi ini roti 'sekeping' mulu perasaan.
Aku ikut menonton Arsy dan Dafa. Arsy seksi sekali kalau sedang berkeringat begitu.
Eh aku mikir apaan sih. Tak patut tak patut.Tibatiba Dafa datang mengambil air minumku. Ish apaapaan dia.
Lalu dia menyerahkannya pada Arsy. Giliran Arsy pula yang meminumnya, sampai habis!!!
Benarbenar tak menyisakan setetes pun untukku."Indirect kiss!" celetuk Intan.
Karena Arsy minum bekas Dafa jadi secara tak langsung Arsy nyium Dafa gitu? EwrrrkkkArsy dan Dafa langsung mengesat bibirnya.
"Jijik!" ucap mereka barengan.
"Yang direct jauh lebih manis." Gumam Arsy tapi masih bisa jelas kudengar. Sepertinya pipiku sudah merah sekarang.
Entah Dafa dan Intan mendengar juga atau tidak."Hey Adek Abang, matamu kenapa bengkak gitu?" tanya Dafa tibatiba.
Aku memegang mataku. Kelihatan banget ya bengkaknya? Kemarin seharian aku menangis, tentu saja akan memberi kesan pada mataku ini.
"Dikencingin kecoa!" Balasku pendek.
Aku mengambil bola yang tadi mereka mainkan. Mencoba memainkannya sendiri.
Aku tak ingin membahas apapun tentang hal kemarin. Jadi mendingan aku menjauh saja dari mereka.Aku mencoba memasukkan bola, tapi tak masukmasuk.
Ish kesal sekali aku. Memasukkan bola saja aku tak bisa."Dasar pendek!" ledek Arsy.
Intan dan Dafa sudah mengekek menertawakanku.