-Syifa POV
Terlalu khawatir dengan keadaanku setelah batal menikah, akhirnya keluargaku memutuskan untuk membeli rumah di dekat kampusku. Katanya biar aku tak perlu tinggal di asrama lagi dan bisa tinggal bersama mereka. Sejak kuliah aku memang tinggal terpisah dengan mereka. Lokasi kampus yang jauh dari rumah membuatku terpaksa tinggal di asrama dan hanya pulang seminggu sekali.
Kepindahan ini pun bertujuan agar aku tak tertekan dengan keharusan menikah muda yang harus kulakukan. Keluarga besarku tinggal di lingkungan pesantren milik kakek.
Mama dan Papa sengaja mau menjauhkan aku dari tekanan keluarga besarku.
Sebenarnya aku tak masalah sih jika harus menikah muda, aku sama sekali tak tertekan. Tapi batal menikah tiga kali membuatku sedikit takut. Bohong kalau aku bilang aku tak terpengaruh dengan semua itu. Aku sedih dan sempat tak fokus belajar. Jadi karena itu tinggal di lingkungan baru mungkin akan baik untukku.Hari ini tepat seminggu kepindahan keluargaku ke rumah baru. Aku sendiri masih tinggal di asrama seminggu ini, dan hari ini aku akan packing untuk pindah.
"Semuanya dah siap kan?" tanya Intan yang ikut pindah bersamaku. Intan anak yatim piatu, ayahnya baru meninggal dua bulan yang lalu. Aku tak tega meninggalkannya sendirian di asrama. Setelah dibujuk akhirnya dia mau pindah dan tinggal di rumahku. Lagi pun orangtuaku sudah menganggap Intan sebagai puterinya sendiri, jadi mereka tak masalah Intan ikut tinggal dengan kami.
"Udah. Tinggal turunin aja barang kita ke bawah. Papa dah nunggu di bawah tuh. Ini asrama cewek sih jadi Papa gak bisa bantu angkatangkat barang kita." Jawabku.
"Suruh Papa pake kerudung aja, Fa. Biar bisa masuk kesini." Usul Intan.
"Sengklek. Kumisnya mau dikemanain? Suruh Papa pake cadar gitu? gila." Kataku sambil mengetuk kepala Intan pakai buku.
"Ish sakit." Kata Intan sambil mengelus kepalanya.
"Bodo! Yuk ah, keburu siang. Panas. Entar kulitku terpapar sinar UV."
"Sok cantik kau. Matahari juga ogah kali nyentuh kau, kulitmu gak menggoda gitu. Beda lagi kalau aku yang udah dikutuk memiliki kulit yang akan berkilau di bawah sinar matahari." Balas Intan sambil memamerkan kulitnya yang sama sekali tak sedap dipandang mata.
"Vampire kali berkilauan. Yuk ah cepet kita ke bawah. Ngomong mulu gak bakal kelar pindahan kita." Ajakku.
Kami pun mulai menurunkan barang. Papa sudah menunggu kami di depan mobil. Dia langsung membantu mengangkat barang dan memasukkannya ke mobil. Untung barang kami tak banyak, jadi muat di mobil. Hanya pakaian, buku, dan boneka saja yang kami bawa.
***
Setelah selesai beresberes barang, aku dan Intan beristirahat sebentar.
Sore harinya kami membantu Mama masak untuk makan malam."Bentar lagi maghrib. Kalian mandi dulu. Setelah itu kita berjamaah maghrib." Perintah Mama.
"Siap, Ma!" kata aku dan Intan serempak
...
"Fa, buka pintu!" teriak Intan sambil gedorgedor pintu kamarku.
"Huaaaaaaaaa"
Tibatiba Intan berteriak saat kubuka pintu."Oyy kenapa?" tanyaku bingung.
"Kupikir kau hantu. Kaget aku tadi. Habis kau pakai mukena gini sih. Untung aku gak jantungan kayak pisang yang depan rumah kakekmu itu." Ucap Intan, tangannya masih mengelus dada. Sepertinya dia benarbenar kaget.
Tapi wait deh, kenapa dia bawabawa pisang yang di rumah kakek segala. Dasar aneh."Orang mau sholat ya pakai mukena lah. Oh iya ... kau kenapa teriak tadi?" tanyaku.
"Fa, tadi aku liat pangeran lewat depan kamarku. Dia ganteng banget."