72. Anemone

21.7K 744 48
                                    

-Syifa POV-

***

Aku berdiri di bawah pancuran air di kamar mandi. Mendinginkan kepalaku.
Ucapan Arsy terasa melukai hati.
Mungkin kalau orang lain yang mengatakannya aku tak akan sesakit ini.

Menjadi seperti ini bukan keinginanku. Sungguh.

"Sayang, buka pintunya! Kamu sudah satu jam lebih di dalam." Dari tadi Arsy terus saja berteriak. Aku tak ingin bicara padanya.

"Kalau kamu tak buka, Abang dobrak pintunya!" Ancam Arsy.

Aku pun membuka pintu kamar mandi. Bukan karena takut dengan ancaman Arsy. Aku malas nyari masalah.

Saat aku membuka pintu Arsy berada tepat di muka pintu.

Dia langsung memelukku yang basah kuyup. Aku mengeraskan diri.

"Sorry sayang! Abang tak bermaksud bicara sekasar tadi padamu." Ucap Arsy. "Abang tak sengaja."

"Keluarlah, aku mau mandi!"

Aku melepaskan diri dari pelukan Arsy dan keluar dari kamar mandi untuk mengambil handuk.
Setelah itu aku balik lagi ke kamar mandi.

"Mau keluar atau mau diam disini melihatku mandi?" tanyaku.

"Okeh Abang keluar!" jawabnya seraya keluar dan menutup pintu.

***

Dosa, tidur membelakangi suami. Tapi aku masih sakit hati. Sakit hatiku membuat aku tak ingat dosa pahala. Ampuni aku Yaa Allah!

Aku berbalik.
Kulihat Arsy tidur menghadap ke arahku.

Kenapa kau membuatku sakit hati Abang? Atau aku yang terlalu perasa?

Huft!!!
Abang, apa benar tak apaapa jika kita tak punya anak? Sangat terlihat jelas kalau Abang menginginkan seorang anak.
Jika mengijinkan Abang menikah lagi bisa membuat Abang memiliki anak, aku akan melakukannya.

Mungkin sekarang tidak, tapi nanti pasti orangorang akan mulai membicarakan kita. Keluarga Abang pasti akan meminta Abang melepaskan aku.

Kau sangat berarti bagiku, Abang. Membayangkan Intan tak ada di hidupku saja sudah membuatku seperti hilang akal. Apalagi sampai kehilanganmu. Aku pasti mati Abang.

Aku mengelus pipi Arsy yang sedang tertidur pulas itu.
Setelah puas memandangi wajah Arsy, aku pun memejamkan mata. Air hangat dari mataku menjelajahi ruang wajah, tak kupedulikan.

***

Keesokan paginya aku bangun seperti biasa. Hanya saja aku tak berbicara pada Arsy.

Aku, Intan dan Mama sudah selesai menyiapkan sarapan. Waktunya makan.

Arsy dan Dafa turun barengan, Papa sudah dari tadi duduk manis di meja makan.

"Given sayang. Sini sama Mummy!" aku mengambil Given dari Dafa. "Kalian sarapan duluan saja. Aku yang jaga Given." Ucapku lalu pergi menuju halaman belakang bersama Given.

Aku menghindari Arsy? Yes, benar.

.

"Fa!"

Aku menoleh.
Intan datang membawa sepiring makanan.

"Kau belum makan?" tanyaku.

"Ini untukmu. Aku ambilkan." Jawab Intan. "Kau makan dulu, Given biar aku yang gendong." Tambahnya.

Aku menggeleng, "aku tak nafsu makan."

"Kau masih marah pada Abang Arsy?" tanya Intan.

'Aku tak marah, aku terluka.'
Jawabku dalam hati.

Nikah Muda (?) √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang