-Syifa POV-
***
"Anakku!!!"
Kami menoleh ke arah Mama dan Papa yang baru datang. Mereka menghampiri Intan. Mama memegang tangan Intan lama. Lalu mengelus pipinya.
"Yaa Allah! Kamu beneran bangun sayang." Ucap Mama sambil menekup mulut. "Mama masih tak percaya. Akhirnya kamu membuka matamu. Mama bahagia sekali, sayang.
Ada yang sakit dimanamana gak? Kalau ada yang sakit atau perlu apapun kamu bilang ke Mama ya." Tambah Mama.Intan tersenyum melihat Mama yang senang tapi risau itu.
"Aku okay, Ma." Ucap Intan pelan. Dia masih payah untuk bicara.
"Jangan banyak bicara dulu sayang." Kata Mama khawatir. Lah bukannya Mama yang menyuruhnya bicara tadi. Aiisshhh dasar!
"Maafkan Papa, sayang! Papa gak bisa jaga kamu. Apa yang akan Papa katakan pada orangtuamu nanti, Nak." Ucap Papa pula.
Intan menggeleng sedih. Dia menatapku, mungkin meminta bantuan untuk membuat Papa tak merasa bersalah lagi.
Aku memegang tangan Papa.
"Bukan salah Papa. Jangan menyalahakan diri seperti itu." Ucapku mewakili Intan.Intan mengangguk setuju dengan yang kukatakan.
Tak lama kemudian pintu terbuka lagi. Ayah, Kak Arisya dan Arsyad datang.
"Intan!!! Alhamdulillah kamu sadar sayang." Kata Ayah senang.
"Ateu Intan!!!"
Intan mengelus kepala Arsyad yang berdiri di samping ranjangnya.
"Tan!" Kak Arisya mencium dahi Intan lama. "Kau membuatku takut." Sambung Kak Arisya sambil menyeka air matanya.
Intan memegang tangan Kak Arisya sambil tersenyum.
Setelah itu matanya meliar seperti mencari seseorang."Bunda mana, Yah?" tanyaku yang paham banget maksud Intan. Dia pasti mencari Bunda.
"Hmm ... di luar." Jawab Ayah sepatah."Bunda masih marah padaku." Ucap Intan tibatiba.
"Biar aku panggil Bunda masuk dulu." Kataku.
Ayah mengangguk mengiyakan.
Aku pun pergi mencari Bunda di luar.
"Bund!" panggilku pada Bunda yang sedang duduk di kursi tunggu.
Dia menoleh. Aku mendekat lalu menyalami tangannya.
"Kenapa tak masuk, Bund?" tanyaku.Bunda menggeleng. Lalu mengalihkan pandangan dariku.
"Bunda benci Intan?" tanyaku lagi.
Bunda langsung menoleh ke arahku.
"Sama sekali tidak. Bunda tak membencinya." Jawab Bunda.
"Intan pikir Bunda masih marah padanya." Beritahuku.
"Bunda tak marah. Justru Bunda malu bertemu dengannya. Dia pasti membenci Bunda setelah apa yang Bunda lakukan padanya. Dia pasti tak mau melihat Bunda."
"Intan sedang nunggu Bunda. Masuklah!" Aku menggenggam tangan Bunda.
Setelah kubujuk akhirnya Bunda mau masuk menemui Intan.
Bunda terlihat takut. Perlahan dia berjalan mendekat pada Intan.
"Bunda jahat!" ucap Intan saat Bunda sudah di depannya.
"Bunda tak sayang aku karena aku bukan anak Bunda." Ucapnya lagi."Enggak sayang. Kamu anak Bunda. Bunda sangat menyayangimu. Maafkan Bunda sayang. Maafkan bunda."
"Lalu kenapa Bunda seperti enggan bertemu denganku?"