-Syifa POV-
***
Katakata sejuta umat, hidup itu tak bisa lepas dari masalah. Memang benar, masalah datang silih berganti. Ah tidak ... sebenarnya itu bukan masalah. Itu bentuk kasih sayang Tuhan pada makhluknya.
Semua kesulitan, liku, duka, mudahmudahan jadi kifarat atas dosa.
Yaa Allah, berilah aku kekuatan untuk berhadapan dengan semua takdirMu."Sayang, ngelamunin apa?" Arsy memelukku dari belakang.
"Nothing!"
Aku dan Arsy sedang berlibur di rumah nenek sekarang. Arsy membawaku kesini untuk menenangkan pikiran. Bermingguminggu telah berlalu.
Meskipun case Fatima telah selesai tapi aku tetap merasa cemas.
Aku merasa ada yang selalu memperhatikanku. Kadang mimpi buruk tentang penculikan datang kembali.
Aku tak tahu apa yang terjadi padaku.
Itu sebabnya Arsy membawaku ke sini, ke rumah nenek, agar aku berhenti khawatir dan takut."Mau jalanjalan gak? Dari tadi kamu menatap keluar jendela terus. Daripada memandangi dari dalam kamar begini, mending kita pandang langsung kan. Aya kita keluar!" ajak Arsy.
"Malaslah Abang. Di luar dingin ish."
"Huh yasudahlah. Di kamar pun kamar lah!" ucap Arsy sambil mengeratkan pelukan. Aku tersenyum kecil.
"Di kamar pun okay juga kan sayang." Tambahnya lalu menciumi leherku. Aiiisssshhhhh leluhur ulat bulunya sudah datang dah."Geli lah Abang!" aku menggeliat kecil.
"Diamlah sayang oyy!"
Toktoktok
Suara ketukan pintu menghentikan kegatalan Arsy. Syukurlah, thanks to siapa saja yang berdiri di balik pintu. Arsy ini bukan boleh dijangka sangat, ini masih pagi dan dia sudah buat hal. Aiiissshhhh
"Syifa, Arsy! Kalian sudah bangun?" terdengar suara teriakan Nenek dari luar.
Aku melepaskan diri dari Arsy dan segera membuka pintu.
"Sudah Nek!" jawabku setelah melihat Nenek di depan kamar kami.
"Kalau begitu ayo kita sarapan. Ajak Arsy juga!" arah Nenek.
"Baik Nek!"
"Nenek tunggu di ruang makan ya sayang!"
Aku mengangguk.
"Abang, ayo kita makan!" ucapku pada Arsy setelah Nenek pergi.
"Tunggu dulu!" Arsy menarik tanganku. Hadeuh apalagi ini.
"Pake kerudung dulu!" arahnya.
"Ish bukannya ada pria lain pun di rumah ini. Tak usah pake kerudung lah Abang."
Arsy mendekatkan wajahnya padaku.
"Terserah saja jika kamu ingin Nenek lihat itu." Ucapnya sambil melirik leherku, setelah itu dia pergi.
Spontan aku menghadap cermin.
Yaa Tuhan, Arsy gila!!! Aku langsung mengambil kerudung dan memakainya. Kemudian aku menyusul Arsy ke luar..
"Syifa kenapa manyun? Makanan Nenek gak enak ya?" tanya Nenek.
"Gpp Nek. Enak kok." Jawabku.
Aku menjeling Arsy yang sedang menahan tawa. Dari aku datang ke meja makan sampai nasiku sudah mau habis, dia tak berhenti mengusikku. Sengaja banget dia usapusap lehernya sambil tersenyum tak jelas.
***
Aku ikut Nenek ke kebun. Mau bantubantu, lebih tepatnya mau ngerecokin saja sih.
Banyak pohon manggis disini. Kebetulan lagi musimnya jadi
buahnya banyak. Nenek sedang panen dibantu tetangganya.