"Thania sini main sama kakak" seruan anak kecil itu memanggil adiknya yang sekarang hanya duduk di bawah pohon taman.
Namun yang dipanggil hanya menunduk bingung. Bukan itu yang dikatakan kakaknya sebelum pergi ketaman ini. Bukan sebuah ajakan, sama sekali bukan.
Azka terus memanggil adiknya. Merasa adiknya tidak akan melakukan pergerakan Azka memilih mendekati adiknya.
"Ayok dek main sama temen-temen" Azka kecilengulurkan tangannya di hadapan Thania.
Thania terus memperhatikan tangan itu. Lalu beralih pada wajah sang kakak. Azka tersenyum melihat Thania tang mendongkakkan kepalanya yang sekarang meblnghadap kearahnya.
Melihat kakaknya tersenyum membuat Thania bangkit berdiri menerima uluran tangan itu.
***
Potongan masa kecil itu tiba-tuba hadir lagi dipikiran Thania. Gadis itu tertunduk. Bukan itu yang sekarang terjadi. Atau tepatnya bukan itu yang sering terjadi.
Thania tersenyum getir memikirkan betapa kejamnya takdir mempermainkannya dulu bahkan sampai sekarang.
Sekarang gadis itu tengah duduk di kantin mengisi waktu istirahatnya. Du sampingnya Vella masih terus menikmati makanannya.
"Lo ga pesen Than?" Vella menyeruput minuman yang sedang berada dihadapan Thania. Masih utuh seperti pertama dia membelinya.
"Engga. Oy itu minuman gue pinterr" Thania menarik gelas dihadapan Vella.
"Punya gue abis geb. Lagian punya lo ga diminum juga" Vella kembali memakan makanan didepannya
"Oh ya udah nih" Thania menggeserkan gelas minumannya ke depan mangkuk Vella.
"Tumben amat lo baik" dengan mulut yang masih penuh Vella terus mengajak Thania berbicara.
"Itu udah diminum lo. Gue takut kena rabies. Ketularan dari lo" Thania nyengir melihat wajah Vella yang menahan kekesalannya.
"Gue kira lo baik" tangan Vella betgetak puncak kepala Thania mengetuk kepala itu pelan.
Masih dalam percakapan seseorang pelayan kantin mendatangi meja mereka dengan semangkuk bakso didalamnya. Mangkuk itu di taruh tepat didepan Thania.
"Bukannya lo ga pesen Than?" bukannya menjawab pertanyaan Vella, Thania malah berkata kepada orang yang membawakan mangkuk itu.
"Ibu saya ga pesen bu maaf mungkin ibu salah meja" ibu yang membawakan mangkuk itu tersenyum sebelum menjawab Thania.
"Ada orang lain yang mesenin itu buat mba" lalu ibu itu berlalu menunggalkan Thania yang masih bingung. Siapa orang yang dimaksud ibu tadi?
"Udah lah dimakan aja Than" Vella kembali pada makanannya.
"Ga mau ah gue. Takut dari para barisan mantan yang benci gue, trus didalemnya dikasih racun"
"Bego. Amnesia lo Than? Punya gebetan aja ga pernah gimana mau punya mantan lo? Kadang-kadang pinter lo keterlaluan" Vella sadar kali ini mood Thania sedang membaik. Sangat jarang Thania bersikap sepwrti ini.
"Bodo amat. Pokoknya gue ga mau makan" Thania bergeser tempat duduk membelakangi Vella dengan tqngan dilipat didepan dada. Bibirnya dimajikan. Benar-benar bukan Thania yang biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Lost You [COMPLETE]
Teen FictionWARNING!! CERITA INI TIDAK PERNAH MENGALAMI MASA REVISI. JADI... SAYA MINTA MAAF JIKA BANYAK KESALAHAN PENULISAN DAN SEBAGAINYA. CERITA AMAN UNTUK SEMUA KALANGAN. "kenapa untuk sebuah hubungan harus ada hati yang terluka?" "karena itu tahapan sebu...