"Lo ga papa kan?" Nathan baru berani mengeluarkan suaranya setelah bahu Thania tidak terguncang dengan keras.
"Menurut lo?" Thania mengangkat salah satu sudut bibirnya. Tersenyum sinis pada Nathan.
Nathan hanya terdiam dengan sifat Thania padanya. Dia menidurkan diri di atas rumput. Pandangannya fokus ke langit.
"Orang bilang, liat orang yang kita sayang bahagia aja kita bakal ikut bahagia. Menurut gue itu bulshit" Nathan berhenti sejenak memperlihatkan reaksi Thania. Tapi gadis itu hanya diam menunggu kelanjutan perkataan Nathan. Dalam hati Thania ingin memprotes pemikiran Nathan.
"Menurut lo?" Nathan bertanya dengan mengangkat alisnya.
Thania meluruskan kakinya dan tangnnya dijadikan tumpuan dirumput.
"Menurut gue? Itu emang ada. Apa yang mereka bilang itu bener. Lo nya aja yang ga pernah ngerasain cinta sejati"
"Cinta sejati? Yang kaya apa? yang jatuh trus cinta? Jadi bener yah.. Kalo jatuh cinta tuh kita harus terjatuh dalam arti tersakiti dulu?" kali ini Naathan tidak tahu dengan dirinya sendiri. Dia marah melihat Thania menangisi laki-laki lain, dia marah kenapa dirinya tidak bisa menjaga Thania. Dia marah tidak bisa membuat hati Thania beralih padanya karena dia berjanji tidak akan menyakiti Thania."Lo bakal ngerasain sesuatu yang lo tanyakan itu suatu saat Nath" percakapan singkat ini entah kenapa lebih membuat Thania merasa sakitnya berkurang.
"Gue suka kalo lo manggil nama gue" Nathan tersenyum kearah Thania. Dan Thania balas tersenyum melupakan kejadian yang beberapa waktu lalu membuatnya menangis.
"Dan gue seneng lo senyum ke gue" lanjutnya.
Sekarang bahkan muka Thania terasa memanas oleh gurauan Nathan. Dia mengalihkan pandangan dari mata Nathan yang entah kenapa bisa membuatnya tidak memalingkan wajah untuk waktu yang lumayan lama.
"Than?" Nathan mengambil posisi duduk lalu memandang Thania yang masih enggan melihat ke arahnya.
"Gue suka sama lo. Gue ga tau gue cuma suka atau udah dalam tahap cinta sama lo. Lo sendiri yang bilang gue ga tau apa-apa karena gue belum ngerasain definisi jatuh cinta menurut lo. Tapi gue nyaman dideket lo"
Thania masih diam. Wajahnya benar-benar datar. Itu yang menyebabkan kalimat Nathan terhenti.
"Gue minta maaf kalo lo ga suka sama persaan gue" Nathan menundukan kepalanya, dia merasa Thania marah dengan pengakuannya. Dalam hati dia meminta pada Tuhan untuk memutar kembali waktu. Tapi sampai jungkir balikpun itu tidak ada di kehidupan nyata.
Melihat Thania yang terdiam Nathan memutuskan untuk bangkit berdiri. Mungkin Thania memang marah kepada Nathan.
"Gue ke kelas. Baik-baik ya kalo liat yang kaya tadi. Gue ga tau kenapa liat lo sedih gue jadi ngikut. Haah alay banget gue." Thania masuh tak bergeming membuat Nathan semakin yakin bahwa gadis itu marah padanya.
Nathan melangkah meninggalkan Thania. Jarak mereka semakin jauh.
"Gue beri lo kesempatan" Thania berteriak berharap Nathan mendengarnya di ujung jalan taman. Dan usaha Thania berhasil. Nathan mendengarnya dia membalikan tubuh menghadap Thania.
Thania yang melihat itu segera berlari menghampiri Nathan yang masih bingung dengan perkataan Thania.
"Gue beri lo kesempatan buat buktiin apa yang lo rasa itu sekedar suka atau cinta. Gue mau bantu lo nemuin arti kata katuh cinta dalam definisi gue. Jadi, Gue mau deket sama lo" Thania menghembuskan nafasnya kasar setelah berhasil menyelesaikan ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Lost You [COMPLETE]
Teen FictionWARNING!! CERITA INI TIDAK PERNAH MENGALAMI MASA REVISI. JADI... SAYA MINTA MAAF JIKA BANYAK KESALAHAN PENULISAN DAN SEBAGAINYA. CERITA AMAN UNTUK SEMUA KALANGAN. "kenapa untuk sebuah hubungan harus ada hati yang terluka?" "karena itu tahapan sebu...