Berusaha untuk menjadi yang terbaik
Bukan sebuah kesalahan
Tapi berubah untuk menghilangkan diri kita adalah yang salah.Thania tetap dalam posisinya. Menunduk. Ada yang salah dari dirinya saat ini. Sebuah kesalahan yang tak ingin dia ulang kembali.
Jantung Thania bekerja lebih cepat dari sebelumnya. Nafasnya tercekat di kerongkongannya.
Hatinya kembali melanggar apa yang dirinya inginkan.
Disisi lain Nathan berusaha mati-matian untuk mengendalikan sebuah perasaan. Jaraknya dengan Thania. Wangi rambut Thania menghilangkan segala konsentrasinya saat ini.
Dua langkah kebelakang dia ambil. Menjaga jarak dari Thania yang masih membeku ditempatnya.
"Gue anter pulang" tiga kata yang keluar dari Nathan setelah berhasil menguasai diri.
Thania menggelengkan kepalanya. Dia belum berani menatap mata Nathan saat ini.
"Ga terima penolakan" Nathan mengucapkan dengan penekanan diseluruh kalimatnya.
Melihat Thania yang hanya terdiam Nathan menarik lengan Thania.
"Gue juga ga nerima paksaan" kini Thania menghempaskan tangannya yang digenggam Thania.
Nathan membalikkan badan melihat kesungguhan di mata Thania yang menolaknya untuk mengantar pulang.
"Satu." Thania maju selangkah menghampiri Nathan.
"Lo bukan siapa-siapa gue"
"Dua" satu langkah lagi Thania ambil.
"Gue ga suka lo"
"Tiga" dan Thania menghapus jarak kakinya dengan Nathan. Hingga ujung sepatu keduanya bersentuhan. Thania mendongak ke arah Nathan.
"Lo. Ga berhak ngatur hidup gue. Sentuh hidup gue. Ataupun hadir terlalu jauh dihidup gue. Ga berhak" tatapan tajam Thania mengarah fokus kedalam manik Nathan.
Nathan hanya tersenyum membalas tatapan Thania.
"Yang pertama dan terakhir" Nathan mundur satu langkah. Menciptakan kambali jarak.
"Jangan terlalu dekat sama gue, jantung gue ga normal dideket lo. Dan lo, gue yakin kalo lo bisa gue taklukin" Nathan tersenyum melihat Thania hanya terdiam.
Nathan barbalik meninggalkan Thania yang masih berdiam dengan perasaan campur aduk.
Vella yang dari tadi hanya menyaksikan itu sekarang mendekat ke arah Thania.
"Em.. Than? Jadi pulang?" Vella bertanya ragu melihat wajah sahabatnya yang memerah.
"GUE BENCI SAMA LO" hampir saja Vella benar-benar kehilangan fungsi pendengarannya aibat teriakan Thania. Mata Thania masih lurus mengarah ke punggung Nathan yang semakin menjauh. Pria itu tau Thania mengatakan itu untuknya tapi dia tidak peduli.
"Than?" cicit Vella yang masih was-was takut Thania kembali berteriak dan berhasil mengambil alih fungsi pendengaran Vella.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Lost You [COMPLETE]
Teen FictionWARNING!! CERITA INI TIDAK PERNAH MENGALAMI MASA REVISI. JADI... SAYA MINTA MAAF JIKA BANYAK KESALAHAN PENULISAN DAN SEBAGAINYA. CERITA AMAN UNTUK SEMUA KALANGAN. "kenapa untuk sebuah hubungan harus ada hati yang terluka?" "karena itu tahapan sebu...