#22

421 22 0
                                    

Bayangan itu nyata.
Buktinya aku ada

Thania berlari dengan air mata yang masih menggenang. Dia tidak memperpedulikan semua tatapan mata orang yang dilaluinya. Bolehkan dia hanya peduli pada dirinya sekali saja? Bolehkan dia hanya mementingkan dirinya saja sekali saja? Hey ingat manusia punya rasa lelahnya sendiri. Manusia bukan Tuhan yang senantiasa berjuang untuk kebaikan umatnya. Dan yah- Thania lelah saat ini.

Gadis itu berlari menuju halaman belakang sekolah. Disana memang terdapat bangunan tua yang menjulang tinggi. Dulu bangunan itu digunakan sebagai ruang kelas tapi sekarang bangunan itu terasingkan, layaknya tak pernah dianggap ada.

Thania terus berlari. Dia menaiki tangga demi tangga menuju lantai teratas. Membiarkan kakinya terus bekerja. Yang dia butuh sekarang hanya ruang hampa yang siap membantunya menampung beberapa bagian yang menyesakkan di rongga dadanya.

Sampai di atas Thania berdiri di tepi bangunan itu yang menghadap luasnya sekolah dengan siswa yang berlalu lalang. Thania mengatur nafasnya yang tersenggal-senggal. Dia menutup kedua matanya yang masih mengeluarkan air.

Untuk waktu yang lama gadis itu masih tetap dalam keadaan yang sama. Dia menarik napas dalam-dalam kemudian membuka matanya. Dia tersenyum melihat langit yang berwarna biru cerah itu.

"Langit aja ga ndukung gue. Gimana semesta?"

" Ga usah sok puitis deh lo" tanpa mebalikan tubuhnya Thania tahu siapa orang yang lagi dan lagi mengganggu waktu sendirinya. Namun Thania tidak pernah merasakan terganggu dalam arti sebenarnya.

Orang itu melempar dua tas disamping kaki Thania. Yang dia tahu itu tasnya dan tas orang itu.

"Ngapain lo disini?" masih tetap membelakangi lawan bicaranya Thania beranjak duduk dengan kaki yang menjulang ke bawah kedung itu..

"Agak munduran dikit nyet. Lo tahu gue takut ketinggian. Kamvret emang lo"

Orang itu Vella. Siapa lagi yang akan mengatai Thania monyet dan kamvret selain gadis itu. Vella memang lebih baik dari siapapun yang bisa menyembuhkan moodnya. Jangan lupakan Abyan. Ya dia tetap yang pertama.

"Makanya ga usah sok berani lo" Thania masih enggan beranjak

"Gue tuh mau dibilang sahabat sejati sama lo jadi gue samperin. Hargai inces yang sedang mencoba setia bersamamu bang"

"Hahaha njay. Bahasa lo bikin jijik tau ga?" sedikit kata atau kalimat dari Vella memang bisa membuat Thania tertawa. Jangan lupakan satu fakta lagi bahwa mood Thania gampang sekali berubah.

"Engga tahu. Inces tuh imut bang bukan menjijikan. Itu yang menjijikan tuh anjing bang" masih dalam mode alay ala Vella

"Anjing yang lo maksud apaan neng? Hewan atau dalam tanda petik?" obrolan seperti ini yang memang Thania butuhkan sekarang. Ga jelas tapi bisa buat dia lupa sejenak masalahnya.

"Anjing hewan lah bang. Inces masih suci abang" Thania tidak bisa berpura-pura serius lagi seperti Vella. Kini gadis itu tertawa.

"Ambigu tau ga sih Vell" Thania mengatakan itu disela tawanya.

"Lo ambigu apaan?" Vella sekarang memasang wajah benar-bemar serius. You know lah. Bukan serius yang kaya ngedrama tadi. Tapi serius yang kaya mau ketemu besan.

I Lost You [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang