Mungkin senyum bisa membuat suatu beban bisa terangkat. Tapi yang aku rasakan bukan keringanan tapi kelegaan. Karena bisa menutupi sakit yang ada olehmu dan untukmu.
Author POV
Thania tarus diam. Bukan diam yang menenangkan. Bukan pula diam yang menyenangkan. Dia diam untuk diam-diam menyayangi. Diam-diam menyukai. Diam-diam mengagumi hingga diam-diam tersakiti.
Ikhlas. Dia tengah mencoba tapi bukan ikhlas yang benar-benar ikhlas. Tidak segampang itu bukan? Membiarkan diri kita sakit untuk bahagianya orang yang kita sayang itu bukan sesuatu yang mudah. Dan jangan munafik atas hal itu.
Thania merasa ada tangan yang menariknya menjauh untuk benar-benar menjauh. Bukan persaan tapi jarak.
Nathan terus membawa Thania keluar dari toko itu. Membawa raga yang jiwanya masih tertinggal ditempat itu. Tempat dimana ada orang yang juga menyimpan luka.
"Than. Life must go on. Seseorang datang untuk menggantikan yang pergi." kata Nathan setelah diparkiran.
"Maksud lo?" Thania kembali tersadar dari lamunannya.
"Gue tahu untuk sekarang gue bukan siapa-siapa lo. Gue tahu apa yang lo rasain lebih dari yang orang tahu tentang lo. Gue tahu Than. Dan gue juga tahu kalo kehadiran gue ga akan menggantikan sosok dia. Dia yang selalu ada difikiran lo. Tapi hidup ini tetap berotasi Thania. Waktu ini tetap berjalan. Dan orang yang ada di sekitar lo terus berganti dan bertambah. Disini gue akan gantiin apa yang menurut lo ilang. Gue di sini siap buat jadi cadangan kalo sewaktu-waktu apa yang lo miliki hilang." Nathan berhenti sejenak. Mengatur nafasnya yang tak terkendali.
"Gue siap dan mau jadi pemeran pengganti buat lo. Gue bakal ada di saat pemeran utama nyakitin lo. Gue bakal dateng di saat pemeran utama ninggalin lo. Dan gue bakal jadi obat buat lo bangkit lagi ngejar si pemeran utama. Yang gue tahu, Nathania Anggraeni ga pernah terjatuh. Ga pernah ngerasain sakit yang bener-bener sakit. Gue bakal jadi tameng lo sampe waktu terlelah gue." Nathan memandang Thania yang masih terdiam.
"Kenapa sampe waktu terlelah lo?" bilang Thania tidak punya hati. Dia benar-benar berniat menyakiti Nathan
"Karena di saat waktu terlelah gue. Gue bakal berhenti jadi tameng lo. Gue bakal berhenti jadi pemeran pengganti buat lo. Gue bakal berhenti buat jadi obat lo. Kenapa? Karena gue bakal jadi pelindung lo. Orang yang bener-bener lindungin lo. Bukan sekedar tameng. Gue juga bakal jadi pemeran utama yang ga nyakitin lo. Karena itu lo ga lagi perlu obat itu. Gue sendiri yang akan meminimalisir kesakitan yang lo punya."
"Gue ga tahu mau gimana sama lo. Tapi gue makasih karena lo mau berkorban buat gue. Gue harap kedepannya gue ga bakal nyakitin lo lagi. Gue bakal buat lo lepas dari semua yang bikin lo sakit" Thania tahu ini sesuatu yang salah. Tapi dia masih membutuhkan Nathan ditempatnya. Menjadi tamengnya.
"Gue harap lo ga ngelakuin itu. Kayaknya hari ini gue udah kebanyaken ngomong deh. Pulang aja yu?"
Thania mengangguk lalu berjalan mendahului Nathan. Sementara Nathan terus setia berjalan di belakang cewe itu. Menjaga cewe itu dalam zona amannya.
Dan keduanya melupakan tujuan awal datang ke tempat itu. Menjadikan apa yang mereka dapatkan adalah satu kejujuran dan kesakitan yang abadi.
***
Malam itu Thania memikirkan semua yang dikatakan Nathan padanya. Apakah semua yang dikatakan cowo itu hanya kebohongan atau memang tulus mengatakannya. Beberapa kali pun Thania berfikir itu hanya kebohongan tapi ingatannya selalu meluncur pada kejujuran yang di tampilkan lewat mata jernih Nathan. Thania benar-benar tidak ingin mempercayai laki-laki lagi atau bahkan mempercayai cinta laki-laki.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Lost You [COMPLETE]
Ficção AdolescenteWARNING!! CERITA INI TIDAK PERNAH MENGALAMI MASA REVISI. JADI... SAYA MINTA MAAF JIKA BANYAK KESALAHAN PENULISAN DAN SEBAGAINYA. CERITA AMAN UNTUK SEMUA KALANGAN. "kenapa untuk sebuah hubungan harus ada hati yang terluka?" "karena itu tahapan sebu...