#40 (end)

2.1K 34 1
                                    

Akan ada waktu dimana waktu kita habis

:v

Pagi kembali datang. Dan aktivitas Thania masih terus berjalan seperti biasanya. Saat pagi hingga siang dia akan disekolah lalu sore hari dia akan menemani Nathan di rumah sakit. Dan malam harinya dia baru akan pulang ke rumah setelah memastikan Nathan tidur dengan benar.

Sore ini Thania hanya ke rumah sakit sendirian. Vella tidak menemani. Sahabatnya itu seperti masih kesal pada dirinya akibat kejadian kemarin. Tapi Thania juga masih sedikit kesal dengan tingkah Nathan yang menggoda suster didepannya.

Mengesampingkan egonya Thania berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Matanya menangkap banyak objek. Lalu tiba-tiba suatu banyangan berkelebat dihadapan gadis itu. Thania menggelengkan kepalanya lalu memejamkan matanya. Setelah merasa tenang Thania kembali berjalan hingga ruang inap Nathan.

Menarik nafas lalu mencoba melenturkan bibirnya agar terlihat biasa tersenyum. Thania mendorong pintu itu pelan. Pandangannya menyapu sekeliling ruangan. Kosong. Nathan tidak ada diruangan. Lalu gadis itu mencari kekamar mandi. Nihil. Nathan juga tidak ada disana.

Thania berhenti mencari lalu menutup mataya.

"Jangan dong. Iya gue disini. Tapi besok boleh ya? Gue bosen"

Kalimat Nathan kemarin hadir dikepalanya. Membuat gadis itu cepat-cepat berlari ketaman. Alasan gadis itu berlari karena dia sempat melihat selang infus yang menggantung.

Thania bernafas lega ketik melihat punggung cowo yang sedang duduk sendirian dibangku taman. Melihat interaksi beberap pasien lain dengan orang tuanya. Perlahan Thania mendekati Nathan. Lalu mendudukan diri disamping cowo itu. Dari samping Thania melihat senyum dibibir Nathan.

Yang Thania tidak tahu senyum itu hanya ada saat Nathan tahu ada Thania didekatnya. Hanya saat-saat seperti itu.

"Udah dibilangin jangan keluar. Bandel banget sih" kini Thania tidak lagi menjitak kepala Nathan jika cowo itu tidak menuruti perkataannya.

"Cuma sebentar" jawab Nathan sambil menoleh kearah Thania.

"Kenapa kringetan?" lanjut cowo itu lagi saat melihat dahi Thania yang dibanjiri keringat.

"Gue lari cari lo. Dari lantai berapa tuh ruang inap lo? 4. Lantai 4. Gimana gue ga gini" tunjuk Thania pada keringat yang masih keluar.

"Kenapa lari-lari?" tanya Nathan lagi sambil mengelap keringat didahi gadis itu dengan tissu yang diberikan oleh Thania.

"Gue panik tau ga sih. Liat infus lo udah ga dipake. Pikiran gue buntu" Thania menggembungkan pipinya.

Tiba-tiba Nathan tertawa melihat ekspresi Thania yang sekarang. Muka merah dengan keringat yang masih membajir ditambah pipi yang digembungkan. Sangat mirip dengan badut.

"Ga usah ketawa!" jari telunjuk Thania mengacung kearah Nathan.

"Iya iya. Gimana tadi sekolahnya? Gue kangen suasana kelas" Nathan memandang lurus karah manik mata Thania.

Thania bisa melihat ada kilatan sedih di bola mata cowo itu.

"Biasa aja. Ga ada yang perlu dikangenin. Masih sama tenang aja" jawab Thania dengan senyuman.

"Tetep aja gue pengen balik sekolah. Bentar lagi ujian juga. Masa gue ga belajar. Dan malah disini"

"Ujian yah? Gimana kalo setiap pulang sekolah gue ajarin lo ilmu yang gue dapet gimana?" tawar Thania.

I Lost You [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang