"Biar takdir yang ngurus, toh cinta ga kemana"
...................................................Seminggu berlalu, Luna sedang menyantap makan siangnya, makanan yang dipersiapkan pihak rumah sakit, namanya juga pasien. Maunya sih sebenarnya makan nasi padang atau sate ayam. Tapi karna Luna pecinta kuliner, apapun enak baginya, ia makan sangat lahap, di atas kasur pasien yang ia duduki
"Enak ya? Sampe belepotan" dokter Rendra menyingkirkan sebutir nasi dari ujung bibir Laluna. Luna nyegir, lalu lanjut makan
"Besok udah bisa pulang.. seneng ga?" Tanya Rendra yg sekarang duduk menyamping, di atas kasur Laluna
"Emmmm... seneng sih, lebih seneng kalo ingetan ku udah balik semua hahaha" jawab Luna
"Yaaa pelan pelan.. nanti juga bakal inget lagi semua, kamu kan bukan pasien hilang ingatan yang permanent, kamu rajin liat liat foto, atau pergi ketempat yang kamu dulu kunjungi, biasanya keinget sesuatu gitu"
Luna mengangguk
"Tapi kadang pusing... soalnya kayak terlalu tiba tiba, aku gatau itu kapan, dimana, bagaimana..." sambungnya
"Iya emang gitu... solusinya, coba kamu tulis atau ketik setiap kamu inget sesuatu, nanti lama lama kalo ingetan kamu udah pulih banyak, bisa nyatu loh ingatan kamu satu dengan yang lainnya" kata Rendra
"Ngomong-ngomong.... sedih juga sih nanti.." Rendra merubah topik
"Hm? Kok?"
"Besok kamu udah bisa pulang, kesini kalo lagi check up doang.."
'maksudnya?' Tanya Luna dalam hati
"Biasanya, liat kamu tiap hari.." sambung Rendra
Luna sebenarnya agak bingung, Rendra dan dirinya memang tidak terpaut umur yang jauh beda, sudah dikatakan bahwa Rendra adalah dokter muda dengan keahlian handal. Selama ini Luna hanya menganggapnya salah seorang dokter yang menanganinya, mendengar apa yang dikatakan Rendra barusan, Luna berfikir keras, apakah itu hal yang biasa, jika ada seorang dokter berkata pada pasiennya seperti itu, atau yang lebih jelasnya, apakah itu hal yang biasa, jika ada seorang lelaki berkata seperti itu pada seorang wanita
"By the way, kita masih bisa ketemu kan? Di luar rumah sakit?" tanya Rendra pada Luna yg masih diam, berfikir
"Emm maksudnya?"
"Ya.. jalan gitu misalnya.."
"Jalan?"
"Hmm.. iya, jalan. Nonton misalnya atau makan"
"Ohhh..." Luna baru mengerti
"Jadi? Iyaaa bisa?"
Luna baru saja ingin menjawab
"Okay deh kalo gitu.." Rendra berdiri
Luna padahal belum tentu mengatakan iya, karna kenapa harus dia yang menemani Rendra jalan? Bukankah, Rendra seseorang yang punya modal untuk mendekati wanita selain Luna, seorang pasien, yang belum lama bangun dari komanya. Ah, sudahlah, pikir Laluna. Toh, mungkin itu hanya basa basi Rendra saja
Pintu ruangan Luna memang tidak tertutup rapat, sehingga dua cowok yang paling dekat dengan Laluna ini, bisa mendengar dan melihat kejadian yang barusan terjadi
"Tuh kan! Panas panas lu!" Samuel langsung menyenggol bahu Daniel
Daniel hanya tersenyum kecut sambil menunduk beberapa saat. Cemburu? Iya, sangat bahkan.
"Nyesel kan lo!! Makanya kasih tau Luna aja sih, kalo lo tuh pacarnya" Samuel jadi gerget sendiri
"Hm, sam, gini deh.. sekarang gw tanya sama lo, Luna sekarang nganggep lo apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Junior X Me [Kang Daniel]
Teen Fiction[Completed] Baca aja pokoknya, autornya ga jago buat sinopsis [cover by @kamubiru] [Don't forget to vote and leave comments if you like this story] [Happy Reading!]