02. Pertemuan Pertama

2.3K 140 7
                                    

"Syiifaaaaa!!! Ini jam berapaa!"

Ibunya meneriakinya karena ia masih belum bangun-bangun juga. Entah apa yang dilakukan gadis itu semalam sampai ia bisa bangun kesiangan seperti ini. Syifa pun membelalak.


Syifa langsung menuju kamar mandi. Martha—ibunya yang dari tadi melihat tingkah anaknya hanya bisa geleng geleng kepala. "Dasar, anak jaman sekarang ya,"  ucap Martha lalu keluar dari kamar gadis itu

Selesai mandi dan beberes, gadis itu segera turun kebawah untuk sarapan bersama. Ia meletakkan tasnya lalu mengambil segelas susu dan meminumnya.

"Mah, Pah aku pamit dulu yaa, takut telat," pamit Syifa pada orang tuanya.

"Iya sayang, hati-hati di jalan," balas Martha.


"Nahh, itu dia anaknya. Bener-bener tuu anak yaa," ucap Manda dari halte bis melihat dari kejauhan ada seorang cewek berlarian.

"Man, sorry ya, gue telatt," ucap Syifa terengah engah .

"Syif, lo liat ni jam berapa haa?! Udah 5 bis lewat, belum dateng-datengg. Dasar cebong kesiangan!!!" balas Manda kesal.

"Ya maaf Man. Namanya juga kesiangan," gadis itu cemberut.

"Lu ngapain aja, sih, semalem? Sampe bisa kesiangan?"

"Yaa ngerjain soal, buat tes beasiswa nanti,"

Amanda memutar bola mata malas. "Tapi inget waktu juga dong, Syif. Nggak seharusnya nyiksa pikiran sendiri,"

Tak ada jawaban dari gadis itu. Ia hanya merutuki dirinya dalam hati kenapa bisa kesiangan. Tak lama setelah itu bis ke 6 pun datang.

  
   Syifa berlali sekencang kencangnya agar tidak terlambat untuk mengikuti test beasiswa. Untung saja tak banyak siswa yang berlalu lalang di sepanjang koridor.

Tiga hari yang lalu

"Syifa!" panggil seorang guru perempuan. Gadis itupun mencari asal suara itu.

"Bu tini?" ucapnya menghampiri.

"Syifa, saya lihat nilai raport kamu dari kelas 10 bagus bagus semua, kebetulan sekolah kita lagi ada program beasiswa,"

"Syif, ibu ingin kamu mengikuti tes beasiswa, jika nilai kamu bagus saat test besok, kamu akan mendapatkan beasiswa itu. Maukah kamu ikut?"

"Boleh Bu. Saya akan coba."

"Kalau begitu, ini formulirnya."

"Makasih, Bu."

"Ya sudah, saya duluan, ya," pamit Bu Tini seraya menepuk bahu Syifa. "Selamat berjuang."

 "Aaaakhirnyaaa," ucap gadis itu seraya berjingkrak.

"Ehh ni anak udah gila ya," ucap salah satu anak pada temannya membuat ia merasa jika ada yang memperhatikannya.

"Woyyy!! Ngapa lo pada liatin gue!!" kesal Syifa. Siswa itupun langsung pergi.

"Yes!!!!!" lanjut syifa meloncat loncat kegirangan. Pasalnya, bisa mendapatkan beasiswa adalah impiannya. Sekolah ini swasta dan harus membayar spp tiap bulan nya. Gadis itu suka merasa tidak enak, selalu membebani orang tuanya dengan membayar spp. Ditambah sekolah adiknya juga berbayar. Sebenarnya ia sekolah disini karena keinginan orang tuanya, dekat dari rumah. Namun gadis itu juga tidak masalah, karena orang sukses tidak melulu berasal dari sekolah yang terkenal bagus.

Surat Untukmu [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang