20. Alarm

689 69 11
                                    

"Iya halo. Angga. Bisa kan hari ini?"

"...."

"Kok suara kamu berat gitu sih? Kenapa?"

"...."

"Aduh ya ampun. Kasian banget. Tapi kamu udah minum obat?"

"...."

"Y-yaudah. Aku kesana ya.. kamu jangan kemana-mana. Bay.."

Telfon terputus.

"Ada apa sayang? Kok mukanya gitu," Martha yang sedang mengelap meja makan, membersihkan meja setelah digunakan untuk sarapan tadi, menghentikan sejenak kegiatannya, menoleh pada Syifa sambil mengernyit.

"Ini mah. Tadi awalnya Syifa kan udah janjian sama Angga kalo ada pemotretan di sekolah, tapi pas Syifa telfon, Angga suaranya keliatan berat gitu. Ternyata dia sakit." Tutur Syifa memasukkan ponselnya ke dalam tasnya.

"Terus, dia udah minum obat?"

"Katanya, makan aja belom."

"Ya ampun. Orang tuanya emang gak tau ya kalo Angga sakit?"

Syifa menggembungkan mulut seraya menaikkan kedua bahu. "Angga orang nya emang gitu, mah. Bandel dia."

"Ya udah, kalo gitu kamu bawa ini ke Angga ya. Kamu pasti juga mau jengukin Angga kan?" Martha mengambil tempat makan dari almari.

"Iya, mah."

Syifa menunggu Martha menyiapkan makanan untuk di bawanya ke rumah Angga sambil memainkan hapenya.

"Nih. Mamah juga bawain kue kesukaan dia." Martha memasukkan makanan yang sudah siap tadi kedalam kantong plastik hitam.

"Iya, mah. Kalo gitu, Syifa berangkat dulu ya, mah. Assalamualaikum."

"Iya, hati-hati. Waalaikummussalam."

☀☀☀

"BANG ROYYY!!" Angga berteriak dari dalam kamarnya.

Roy yang sedang asik bermain game di hapenya, spontan berhenti sejenak. Mendengarkan sekali lagi suara teriakan seperti singa yang ngamuk di kandangnya. Kemudian bergegas menuju ke asal suara.

"Kenapa sih ngga', pagi-pagi udah bikin ribut. Gue kira suara singa ngamuk." Dumel Roy yang diakhiri mengkekeh.

"Lo yang kenapa! Maksud lo apa, ngubah alaram gue jadi jam delapan?" Oceh Angga yang terdengar ngegas.

"Yang penting kan, lo udah subuhan tadi."

"Iya gue tau. Masalahnya, acara gue hari ini jam delapan udah di mulai!" Angga makin ngegas dan ganas.

"Ya mana gue tau." Balas Roy menaikkan kedua bahu dengan gaya songongnya.

"Lo ngeselin banget sih. Maksud lo apa cobak? Mau bikin gue--"

Ocehan Angga terpotong tatkala bik Asih datang ke kamarnya. Spontan, mereka menoleh.

"Bi Asih. Ada apa bi?" Tanya Angga.

"Itu, den. Ada non Syifa di luar." Jawab bi Asih sopan.

"Tunggu bi. Syifa kesini bawa apa gitu?" Sahut Roy.

Angga menoleh pada Roy seraya mengernyit. "Lo nanya nya aneh banget sih. Syifa ke sini, tapi yang lo tanyain dia bawa apa."

Surat Untukmu [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang