38. Ke Salon

299 29 3
                                    

Satu hari setelah terapi, Syifa mulai merasakan efek samping nya. Pagi-pagi saat ia bangun dari tidurnya, ia mendapati rambut-rambut rontok menempel pada seluruh permukaan bantal. Ia sedikit terkejut, lalu menarik pelan rambutnya yang belum rontok dari kepalanya, ia terkejut lagi ternyata juga rontok. Seketika ia langsung teringat kata dokter waktu itu bahwa salah satu efek samping terapi itu adalah rambutnya akan rontok. Ia menghela nafas berat, berusaha menguatkan diri agar tidak rapuh lagi dan mempersiapkan diri jika nanti ia terpaksa kehilangan mahkotanya, rambutnya. Gadis itu bangkit dan membersihkan rambut nya yang rontok untuk dibuang. Lalu ia segera membersihkan tempat tidurnya dan bergegas mandi.

Hari ini ia mencoba untuk berangkat sekolah, tapi tidak full. Jika ia mulai merasa lelah ia akan ke UKS atau minta dijemput pulang. Yang pasti ia masih ingin ikut pelajaran hari ini. Apalagi jam pertama adalah mata pelajaran favorit nya.

Selesai mandi dan memakai baju seragam ia menyisir rambutnya pelan-pelan agar rontoknya tidak banyak, seraya menatap kaca didepannya. Ia memperhatikan dari pantulan kaca nya, ada bagian kepalanya yang terlihat sedikit botak. Apa mungkin gara-gara ia garuk semalam. Ia sempat merasa gatal biasa saat tidur lalu tak sadar ia menggaruk nya yang menyebabkan rambutnya rontok. Selesai menyisir ia mengambil sebuah kupluk yang ada di almari bajunya lalu ia pakai untuk menutupi kepala atas nya. Ia juga tidak yakin akan diperbolehkan oleh gurunya atau tidak, tapi tetap ia pakai demi menutupi kepalanya yang terlihat botak itu. Selesai itu ia memoleskan sedikit lip cream agar tidak terlihat pucat. Barulah ia menuju meja makam untuk sarapan.

"Syif, beneran ya, kalo capek langsung istirahat. Seharusnya kamu istirahat dulu dirumah. Nggak boleh capek capek dulu," tutur Martha yang mulai merelakan anaknya pergi sekolah.

"Iya Mah. Lagian kata dokter masih boleh masuk sekolah yang penting kalo mulai capek langsung istirahat,"

"Hati-hati ya, Sayang," ucap Martha tersenyum pasrah.

Gadis itu salim kepada orang tuanya lalu menghampiri Angga yang sudah menunggu di depan. "Tante, kita berangkat dulu, ya," ucap Angga lalu berjalan beriringan dengan Syifa menuju mobilnya. Tak lama, mereka menjauh dari pekarangan rumah Syifa.

"Tumben pake kupluk, Syif," Angga membuka obrolan.

"Biar gaul dikit lah," Syifa terkekeh. "Tampil beda,"

Angga ikut terkekeh. "Iya deh iya,"

🌾🌾🌾

Sekarang hari ketiga. Pagi ini Syifa terkejut lagi saat berkaca setelah membersikan rambutnya yang rontok, kepalanya terlihat botak sekarang. Lebih terlihat daripada kemarin. Ia mulai ragu untuk berangkat sekolah hari ini. Ditambah rambutnya yang terlihat semakin melemah, mudah rontok. Mengingat kemarin sore saat mamanya menyapu lantai kamarnya mendapatkan segumpal rambut nya yang rontok membuatnya takut berangkat sekolah hari ini. Sepertinya kupluk saja tak cukup, pasti nanti bangku nya akan ada banyak rambut yang rontok. Ia turun kebawah menemui Martha dan memutuskan ia tidak sekolah untuk hari ini dan Martha mengangguk senyum akhirnya Syifa mau untuk bertahan dirumah dulu.

-

Malam harinya Syifa menemui Martha yang sedang membaca majalah fashion di ruang tamu. Ia meminta kepada Martha agar besok rambutnya dipotong Habi sekalian. Entah dorongan darimana anaknya meminta hal seperti itu.

"Syif, kamu serius minta di gundul?"

"Daripada Syifa terus-terusan sedih tiap bangun tidur ngeliat rambut Syifa yang terus rontok, Mah,"

"Tapi apa kamu siap kehilangan rambut kamu nak?"

"Mah, rambut itu bisa numbuh lagi kok. Sementara ini aja Syifa minta dipotong habis rambutnya,"

Surat Untukmu [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang