19. Bersamamu

838 72 19
                                    

Suasana Senayan City Mall malam ini sangat ramai. Mengingat hari ini perdana film Dylan. Konon, sedari tadi pagi Mall ini sudah ramai pengunjung yang berdatangan kebanyakan untuk membeli tiket film Dylan.

Keadaan yang sangat padat manusia itu membuat Angga harus extra hati-hati menjaga Syifa. Takut gadis ini hilang dari genggamannya. Ditambah locker pembelian tiket pun tidak ada lagi tempat untuk bisa bergerak. Karena saking banyaknya orang-orang yang juga membeli tiket.

"Eh. Mending kalian keluar aja dulu. Ntar kalo udah beli tiketnya, kita kabarin kalian kok." Tutur Justin pada Syifa juga Elina.

"Ya udah deh. Kalo gitu kita beli minuman dulu ya? Yuk, Syif." Elina menggandeng tangan Syifa keluar dari tempat pembelian tiket.

---

"Kamu jangan nglepasin pegangan aku ya? Aku rakut kehilangan kamu.."

Ucapan lembut Angga membuat Syifa trenyuh seketika. Merasa jika dirinya special di hati Angga.
Mereka ber empat segera menuju ruang bioskop.

Masing-masing saling mencari kursinya. Syifa memilih duduk disamping Angga. Sedangkan Elina memilih duduk di dekat Justin.

Sepanjang film di putar, Angga tak bisa fokus pada layar lebar yang ada di depan. Ia malah fokus memperhatikan Syifa yang serius melihat film Dylan itu. Hingga sebuah senyuman terukir dari kedua sudut bibir Angga.

"Gue harap, gue bisa jadi Dylan yang slalu ada untuk Milea."

Ucapan Angga yang sebenarnya pelan itu masih bisa di dengar Syifa. Gadis itu refleks menoleh ke arah Angga dan mengernyit.

"M-maksudnya?"

Angga tersentak. "Nggak. Gue nggak ngomong apa-apa kok."

"Oh ya?"

Angga bernafas lega setelah tau gadis itu kembali fokus menatap layar.

---

Elina memekik girang setelah melihat film Dylan tadi. Film yang berhasil membuatnya baper itu sampai tak bisa hilang dari otaknya. Andaikan saja ada lelaki yang sama seperti dylan.

"Eh guys, makan dulu yuk, laper gue .." ujar Justin memegangi perutnya.

"M-ya udah, gue juga laper nih .." sahut Angga yang disusul anggukan persetujuan dari Syifa juga Elina.

☀☀☀

Malam itu Angga hanya berdiam diri di kamar. Tak ada kegiatan lain setelah makan malam yang harus ia lakukan. Angga terduduk di kasurnya sambil memainkan ponselnnya. Namun, tak lama kemudian, ponsel itu di letakkan do sampingnya.

Lalu, tangannya bergerak ke nakas. Mengambil sebuah foto yang sengaja ia letakkan di nakasnya. Foto seorang gadis cantik. Senyumnya terukir seraya mengusap lembut foto itu.

.
.
Hingga sampai sekarang, ia tak bisa mengungkapkan rasa cintanya itu pada gadis bernama Syifa. Sakit sebenarnya. Memendam perasaan ini lama. Tapi, dia tidak mempunyai keberanian untuk mengatakannya. Takut. Takut jika di tolak.

"Syif. Aku bisa apa? Aku hanya mampu memandangmu lewat foto ini. Aku hanya bisa membelai lembut pipimu lewat foto ini. Padahal aku ingin membelai pipimu di kenyataan."

"Udah lama Syif. Aku mendem perasaan ini. Aku berharap, aku bisa memelikimu suatu saat nanti."

Lamunan Angga buyar tatkala mendengar suara ketuka pintu dari luar. "Iya masuk!" Seru Angga seraya memasukkan foto itu di balik bantalnya.

Surat Untukmu [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang