39. Selalu ada untukmu

306 25 21
                                    

Angga memberhentikan mobilnya di pinggir jalan. Lebih tepatnya di dekat taman entah taman apa itu ia tak tau. Perasaan nya membuncah. Ia sudah tak kuat lagi menahan air matanya yang ingin jatuh dari tadi. Ia merasa sedih sekaligus kasihan melihat kekasihnya seperti ini sekarang. Ia memang tidak tau betul apa yang dirasakan gadis itu. Melihat gadis itu menangis dan seolah tidak yakin lagi dengan hidupnya membuat cowok ini ingin memeluk gadis itu lebih lama lagi dan melakukan apapun supaya gadis itu sembuh, bisa tersenyum kembali.

Dia tidak bisa menahan ini sendirian. Dia juga butuh dukungan orang lain agar dia lebih kuat untuk menghibur dan memberi dukungan untuk Syifa. Ia tak bisa sendirian. Syifa pasti juga butuh dukungan dari sahabat-sahabat dan keluarganya yang lain. Mungkin ini saatnya. Saatnya untuk memberi tahu semuanya. Tapi dibalik itu semua ia juga harus siap jika sahabat-sahabatnya terkejut dan marah kepadanya.

'Maaf tante. Aku harus lakuin ini. Demi Syifa, tante,' ucap Angga dalam hati. Cowok itu menyeka air matanya lalu menghela nafas berat dan mengambil benda pipih di saku bajunya. Lalu beberapa saat ia mengutik ponselnya. Cowok itu rupanya sedang menelepon seseorang.

"Halo, Man, lo dimana? Bisa nggak kita ketemuan di taman air mancur deket rumah gue sekarang. Ajak Elina, Arnold, sama Bryan juga ya. Ini penting,"

Setelah itu Angga kembali menyalakan mesin mobil dan segera melaju ke taman air mancur.

Sesampainya di taman air mancur itu Angga tak butuh waktu lama untuk menunggu sahabat-sahabat nya. Selang 5 menit mereka datang.

"Angga, ada apaan, sih, sampe ngajakin kita segala kesini?" tanya Arnold begitu sampai dan ikut duduk bersama teman lainnya. Elina, Manda dan Bryan memasang muka bertanya-tanya.

"Tunggu-tunggu, itu muka lo kaya abis nangis. Kenapa woy?" Bryan memperhatikan baik-baik wajah cowok itu. Cowok itu pun menghela nafas lalu memejamkan mata sebentar.

"Kalian harus janji, jangan ikutan sedih jangan ikutan panik," ucap Angga.

"Emang apaan, sihhh??" Manda mulai geregetan.

"Syifa—"

"Syifa kenapa?!" Elina memotong.

"Lo bisa diem dulu kaga, sih?" Bryan membungkam mulut Elina.

"Syifa kena leukimia,"

"HAHHH??!!!"

"KOK BISA?"

"NGGAK MUNGKIN!"

"LO BOHONG KAN?"

"JANGAN CANDA!"

"JAGA MULUT LO,"

"JANGAN SEMBARANGAN NGOMONG YA LO,"

Dan lain-lain. Begitulah respon mereka setelah Angga mengatakan semuanya.

"Ngga', kalo mau bercanda kaya gini jangan ke Syifa dong! Lo tau kan dia baik-baik aja!" Manda emosi.

"Selama ini kalian liat dia baik-baik aja. Tapi kalian sadar nggak, sih? Semenjak Syifa pingsan waktu itu, dia mulai sakit-sakitan. Sering nggak masuk," Angga menjeda kalimatnya. "Gue udah mulai curiga semenjak dia pingsan waktu itu. Dan dari kalian nggak ada yang sadar sesuatu,"

"Guys! Gue nggak butuh omongan kalian yang masih belom percaya itu. Karna gue sendiri juga kaya gitu. Yang Syifa butuhin sekarang adalah support dari kita. Dia butuh sahabat nya buat ngehibur. Dia butuh sahabatnya ada disampingnya. Kalian paham, kan?" Angga memperhatikan wajah sahabat-sahabat nya yang mulai menerima keadaan. "Syifa lagi sedih guys. Dia terus-terusan nangis. Kalian tau? Beberapa hari lalu dia kemoterapi. Efek samping dari kemo itu, rambutnya rontok. Gue dikasih tau sama nyokabnya, setiap bangun tidur dia harus bersihin rambutnya yang rontok. Makanya, Syifa pernah pake kupluk waktu itu ke sekolah, karna dia mau nutupin kepalanya yang botak itu,"

Surat Untukmu [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang