14. Pergi??

725 67 5
                                    

"Syif, gue minta maaf, gue ga bermaksud bikin lo kecewa, ini bener-bener di luar dugaan gue syif, di satu sisi gue sebenernya ga mau bikin lo kecewa, tapi disisi lain gue juga nggak mau bikin papah sakit gara-gara gue, gue ga tau syif, harus gimana lagi, papah sama mamah udah ga ngrestuin hubungan kita lagi, maafin gue syif," jelas jefri pada syifa setelah sekian lamanya menceritakan apa alasannya memutuskan syifa mendadak.

Syifa sendiri juga tau bagaimana keadaan jefri saat ini. Mungkin cowok itu pernah terpukul karena di landa dilema yang benar-benar sulit untuk di pilih. Antara memilih syifa atau papahnya. Jika syifa di posisi nya dia juga akan lebih memilih papah daripada pacar. Toh, pacar itu siapa sih, bukan sedarah daging kita kan? Sedangkan ayah, adalah darah daging kita yang sudah membesarkan, merawat hingga mendidik kita selama ini.

Gadis itu menarik nafas dan membuangnya.

"Gue tau ko jef, jika ini memang keputusan lo, gue bakal dukung lo, gue ga mungkin juga kan nyegah lo, gue juga siapa sih beraninya nyegah lo." jawab syifa tersenyum.

"Tapi syif, sebenernya gue ga cinta dama shalma..gue gak pernah cinta sama dia.." ujar jefri menatap syifa sendu.

Syifa terkejut dengan apa yang dikatakan jefri baru saja. Apa yang dikatakan nya barusan tidak sama dengan apa yang pernah syifa lihat. Gadis itu teringat kembali saat tidak sengaja melihat jefri duduk berdua dengan shalma. Jika jefri terlihat bahagia sudah memutuskan syifa. Dia juga tidak salah melihat, jika jefri membalas pelukan dari shalma. Mereka terlihat mesra saat itu, dan yang paling mengejutkan adalah saat jefri mengatakan sayang pada shalma. Apa maksudnya sekarang mengatakan jika dia tidak cinta pada shalma? Apa maksudnya?

"L-loe ga cinta sama dia??" tanya syifa setengah percaya setengah tidak. "T-terus, apa maksud lo waktu itu.."

"Waktu itu? Emang gue bilang apa sama lo?" tanya jefri balik. Keningnya bertaut tanda tidak tau apa-apa yang di tanya kan syifa.

"Masa lo ngga inget sih? Orang elo yang bilang sendiri.." ketus syifa membuat jefri semakin kebingungan. "Waktu elo bilang s-"

"SAyang ke shalma?" syifa keduluan menjawab akhirnya di penggal jefri. "Jadi soal itu yang lo maksud? Syif, sebenernya waktu itu gue tau lo ada dibelakang gue ngintip gue sama shalma duduk berdua, sebenernya saat itu juga gue bisa ngliatin ke elo kalo gue emang ga suka sama dia, tapi.." jefri terdiam sesaat.

Syifa menautkan alisnya. "Tapi apa jef..?"

"Gue terpaksa syif, kalo gue gak kaya gitu sama dia, dia bakal laporin gue ke papah, gue nggak tau syif harus nglakuin apa saat itu.."

Jefri merubah posisi yang awalnya menghadap depan sekarang menghadap kepada syifa. Mengambil tangan syifa yang berada di antara paha gadis itu kemudian menggenggamnya erat.

"Syif, padahal yang gue pengen, kita akan bersama selamanya, nggak kayak gini, gue pernah berharap, hubungan kita nggal hanya di SMA aja tapi sampai kita tua sampai mati syif, gue pengen hidup bahagia sama lo, biar! Biar orang bilang apa tentang lo, gue ataupun kita. Gue ga perduli. Yang penting satu, kita sama-sama. Lo itu cewek pertama yang bikin gue berubah, ya gue tau lo sedikit tomboy, tapi masih ada sifat nurani perempuan dari hati lo yang bikin sifat gue bad boy jadi seperti sekarang. Cuman elo yang bisa sabar ngadepin orang kayak gue hingga...hingga gue bisa jatuh cinta ke elo."

"Syif, maafin gue karna gue ga pernah panggil lo dengan sebutan say, sayang, bebeb, yank, atau apalah itu, karna, menurut gue ga semua harus memanggil dengan sebutan itu. Gue bukannya malu sama temen kalo punya pacar kaya lo, tapi gue ga mau hubungan kita ancur gara-gara mereka. Dan sekarang..kita bener-bener ancur gara-gara mereka, gue ga nyangka kita harus putus disini syif,"

Surat Untukmu [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang