34. Sesuatu yang Disembunyikan

404 31 4
                                    

Pagi ini kelas XII IPS 3 sudah berbaris rapi di pinggir lapangan. Seorang guru olahraga nampak memulai untuk pemanasan. Semua siswa mengikuti gerakan guru olahraga tersebut. Termasuk Syifa yang nampak bersemangat mengawali olahraga pagi hari itu. Disamping kanan Syifa ada Arnold yang lincahnya mengikuti pemanasan sebelum olahraga itu. Juga Amanda yang tak kallah semangatnya. Jika kalian mencari Angga dimana, Angga berada dibelakang Syifa. Lalu Elina berada di samping kanan Angga. Bryan berada di samping kiri Angga.

"Anak-anak," ucap guru tersebut setelah pemanasan selesai, lalu membariskan muridnya dengan setengah lencang kanan lalu istirahat ditempat. "Ingat, hari ini adalah terakhir kalian olahraga. Minggu depan sudah fokus dengan ujian praktek,"

Seketika raut wajah murid-murid itu berbeda-beda. Namhn mayoritas menampakkan wajah gelisah. Antara takut tidak lolos mengikuti snmptn atau sbmptn, atau bahkan deg-deg an dengan UN.

"Gila cepet banget! Perasaan gue baru aja masuk," celetuk Elina yang membuat semua sahabatnya menoleh.

"Yaa udah hampir 5 bulan lalu, sih, El," jawab Syifa.

"Jadi untuk hari ini kalian penilaian lari. Nanti kalian akan saya bariskan lima-lima lalu lari berputar lapangan ini dua kali. Untuk cewek, minimal 8 menit, cowok 5 menit,"

"Huh gila lima menit dua kali putaran! Gue pingsan gimana ntar," ucap Arnold.

"Lembek lo ah! Cowok kok payahh!" Kekeh Syifa meledek.

"Awas aja lo entar kalo sampek nelen ludah sendiri. Gue nggak mau nolongin!" Arnold meledek.

"Dih, nggak akan pingsan gue,"

"Udah-udah! Jadi penilaian nggak nih!" Amanda melerai.

"Baiklah, langsung saja kita mulai," guru tersebut mulai mengabsen dan membariskan 5 cowok pertama untuk lari.
Arnold, Angga, Bryan menjadi tiga diantara 5 cowok urutan ketiga. Sedangkan Amanda dan Elina berada diantara cewek urutan pertama. Syifa menjadi salah satu diantara 5 cewek urutan ketiga.

Semua berlari dengan baik. Namun saat giliran Syifa lari, seperempat putaran gadis itu mendadak terjatuh. Amanda dan Elina awalnya hanya mengerutkan kening dan berfikir biasa saja. Sedangakn tiga cowok itu sedang istirahat sambil menetralkan nafas.

"Tuh anak kenapa, sih," gumam Manda pada Elina.

"AMANDA ELINA!!" Teriak seorang siswi dari seberang lapangan. Angga, Arnold, dan Bryan menoleh kesumber suara. Dari kejauhan nampak sedikit raut wajah siswi itu gelisah, berharap yang dipanggilnya menghampirinya. Karena Manda dan Elina kepo, mereka akhirnya menemui siswi itu sambil berlari, diikuti tiga cowok tadi.

"Syifa! Lo kenapa?!" Manda mendekati tubuh Syifa yang teringkuk dengan wajah tertutup rambutnya.

"Syif, lo nggak apa-apa?" Tanya Elina mulai resah.

"Elah Syif. Gue bilang juga apa, nelen ludah sendiri, kan?" Cengir Arnold.

Manda menoleh pada Arnold dengan menatapnya serius. "Nold, ini beneran!" Seketika Arnold terdiam.

"Syif? Kenapa?" Tanya Angga saat Syifa berusaha bangun dengan mata terpejam. Raut wajahnya seperti sedang merasakan kesakitan di dalam tubuhnya. Seperti pusing mungkin. Teman-temannya silih berganti saling tatap menatap dengan menatap wajah Syifa.

Gadis itu hendak mengatakan sesuatu, namun tiba-tiba ia tak sadarkan diri. Punggungnya jatuh tepat di dada Angga. Semuanya panik.

"Bawa UKS!!" Instruksi Amanda kepada teman-temannya.

.

.

.

.

Surat Untukmu [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang