#7

2.1K 239 16
                                    

"Hyung kenapa aku harus tidur denganmu?" tanya Jihoon yang tangannya masih dipegang oleh Mingyu. Awalnya ia ingin tidur di kamar Seokmin,tetapi sebelum ia membuka pintu, Mingyu sudah berjalan keluar dari dalam kamar Seokmin. Kemudian sekaranglah yang terjadi, tangannya di tarik oleh Mingyu

"Kau tidak mau tidur denganku?" tanya Mingyu yang sengaja memasang wajah imut. Tentu ia tidak ingin memberi tahu Jihoon tentang keadaan Seokmin tadi. Jadi lebih baik ia meminta Jihoon tidur dengannya dan membiarkan Seokmin menenangkan dirinya.

"Tidak apa-apa sih, tapi kenapa hyungku tidak di ajak tidur bersama juga?" tanya Jihoon lagi.

"Ternyata kau benar-benar tidak ingin tidur berdua denganku ya. Padahal aku sudah menganggapmu adikku. Bahkan kau sudah membuat bahuku pegal karena menggen-"

"Baiklah-baiklah,aku tidur denganmu." Jihoon tidak tahan mendengar nada bicara Mingyu yang sengaja di imutkan. Apa dia tidak sadar bahwa sikap seperti itu tidak cocok badannya yang besar itu.

Mingyu tersenyum lagi. Kemudian menggendong Jihoon dan menaruhnya di bahunya. Jihoon sedikit kaget dengan perlakuan Mingyu yang tiba-tiba jadi ia sedikit memberontak.

" Mumpung perjalanan kita menuju kamarku masih jauh, mau bermain tinggi-tinggian lagi?" tawar Mingyu yang langsung di jawab anggukan oleh Jihoon.
.
.
.
Seokmin,kau akan menikah. Kau akan menikah.  Dengan seorang Kim Mingyu. Kau akan menikah, kau akan menikah.

Kalimat yang sudah berulang kali berputar di otak Seokmin. Ia sama sekali tidak memejamkan matanya untuk tidur. Karena memang ia tidak bisa. Jantungnya semakin lama semakin berdebar keras seiring cahaya matahari yang semakin lama semakin banyaj masuk melalui jendela kamarnya. Ia tahu sebentar lagi ia akan menjadi milik Mingyu. Hari ini. Iya hari ini.

Seokmin beranjak dari tempat tidurnya dan hanya berjalan bolak balik di dalam kamarnya. Haruskah ia kabur? Haruskah ia berpura-pura sakit hari ini? Haruskah ia menghadapinya? Ia benar-benar tidak tahu.

Karena tidak tahu jalan keluar dari pemikirannya itu, Ia memutuskan mandi. Ia berharap bisa mendinginkan kepalanya itu.
Ia menenggelamkan dirinya didalam Bak mandi luas yang berisi air hangat yang selalu disediakan oleh pelayan setiap saat. Ia menenggelamkan badannya sampai mulut dan kemudian menutup mata menikmati kehangatan air tersebut. Ia tidak sadar bahwa ia sudah masuk ke alam mimpi.

"Seokmin?" panggil seseorang.
Seokmin menoleh melihat sekelilingnya. Ia tahu sedang berada di taman tersembunyi miliknya. Dan suara yang memanggilnya tidak lain adalah suara ibunya,Ratu Jeonghan.

"I-ibu?" Seokmin memastikan bahwa itu suara ibunya. Dan yang ia lihat sekarang adalah ibunya yang sedang duduk di ayunan. Bukankah ayunan itu rusak? Sejak kapan sudah diperbaiki?

Jeonghan melihat anaknya itu sambil tersenyum manis. Senyum yang sangat dirindukan oleh Seokmin. Sosok yang sangat sempurna di mata Seokmin. Ia saja ragu apakah ada wanita lain yang lebih cantik dari ibunya ini.

Seokmin langsung berlari dan memeluk ibunya itu, Ia menangis di dekapan ibunya. Ia mengeluarkan semua tangisan yang selama ia sembunyikan dari orang-orang.

"Kenapa menangis,nak?" tanya ibunya lembut. Tangannya mengelus rambut anaknya itu dengan lembut.

"Aku merindukanmu,bu." jawab Seokmin yang masih menangis dibahu ibunya.

"Kenapa kau merindukanku,hm? Aku selalu bersama kalian dan melihat pertumbuhanmu dan juga Jihoon."  Jeonghan juga tanpa sadar juga ikut mulai mengeluarkan air mata. Padahal ia berusaha tegar dan menahan kegembiraannya yang berlebihan karena ia bisa menyentuh Seokmin sekarang, meski didalam mimpi anaknya itu.

Untouchable (Seokgyu/gyuseok) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang