Seokmin memangku dagunya dan menatap jalanan di luar. Ternyata perjalanan menuju Istana Renava cukup jauh. Bayangkan, pantatnya sudah cukup panas untuk duduk di dalam kereta kuda ini. Ia membayangkan apakah kuda-kuda yang menariknya saat ini tidak kecapaian?
Sialnya yang kedua lagi adalah, ia harus pergi sendiri. Alasannya? Karena Jihoon tidak bisa menemaninya karena ia masih harus belajar untuk ujian dengan Pak Seo, ayahnya? Kata Pak Seo dia sudah pergi ke sana lebih dahulu, dan Mingyu? Entahlah dia pergi tanpa memberitahu dirinya. Jadilah hanya ia sendiri yang pergi sendiri.
Awalnya ia tidak ingin memenuhi undangan tersebut, namun ada 2 alasan yang mengharuskan dirinya untuk mengikutinya. Satu, karena ayahnya sudah berada disana dan sebagai putra mahkota ia harus menemani ayahnya itu. Kedua, karena tentu saja itu adalah kerajaan ibunya.
Suara ketukan di jendela membuat Seokmin menoleh ke jendela sampingnya, ia melihat Pak Jimin,si kusir kuda mengetuk jendela. Ia segera mendekatkan badannya agar bisa mendengar ucapan Pak Jimin.
"Pangeran, sebentar lagi kita sampai di istana Renava." Ucap Jimij dengan lantang. Bukan bermaksud membentak, namun karena suara kaki-kaki kuda tersebut sangat keras. Seokmin pun memakluminya dan membalasnya dengan mengangguk.
Seokmin kembali melihat jendela di sisinya, ia menatap keatas dan melihat hari sangat mendung. Matahari sepertinya disembunyikan oleh selimut awan-awan itu.
Lama kelamaan kereta kuda tersebut berhenti. Pak Jimin turun dan membuka pintu untuk Seokmin. Seokmin turun dan merapikan jubahnya. Ia juga membenarkan mahkotanya yang sempat miring.
Dari kejauhan ia dapat melihat ayahnya serta kedua pengawal ayahnya yang setia berdiri di sampingnya.
Seokmin segera menghampiri ayahnya, semakin ia mendekat, ia dapat melihat raut wajah Seungcheol yang kacau tersembunyi dalam wajah datar tanpa ekspresi. Hanya Seokmin dan ibunya sajalah yang dapat melihat kacaunya Seungcheol itu.
Seungcheol terkejut ketika melihat Seokmin datang. Ia segera meninggalkan pengawalnya dan berjalan cepat menuju anaknya.
"Seokmin, kau sedang apa di sini?" Tanya ayahnya yang memegang bahu Seokmin. Seokmin hanya membalasnya dengan tatapan bingung.
"Ayah bicara apa? Aku diundang ke acara pernikahan di sini bersamamu. Ini undangannya." Seokmin mengeluarkan surat undangan yang kemarin ia terima. Ayahnya segera membuka undangan tersebut dan membelalak matanya. Tangannya bergetar memegang surat itu.
"Ayah baik-baik sa-?" Pertanyaan Seokmin terputus ketika mendengar suara lonceng kerajaan sudah berbunyi. Itu artinya acara pernikahan akan segera dimulai.
"Ayo kita masuk, ayah." Seokmin mengajak ayahnya. Namun ayahnya tetap berdiam di tempat dan malah menarik tangan anaknya itu.
"Seokmin, apapun yang terjadi di dalam, tolong jangan histeris ataupun." Ucap Seungcheol yang dibalas kekehan oleh Seokmin. Apa ayahnya ini tidak pernah melihatnya datang ke pesta pernikahan? Untuk apa ia histeris melihat orang menikah?
Mereka pun akhirnya masuk. Mereka duduk di tempat yang sudah di sediakan, yakni tempat paling depan. Disana sudah ada Seokjin yang wajahnya tak jauh beda dengan Seungcheol. Ia sendiri heran,bukankah tempat paling depan itu untuk keluarga si pengantin? Apakah ini karena mereka keluarga dari ibunya,makanya duduk di paling depan? Entah kenapa perasaan tidak enak tadi kembali bermunculan dalam dirinya.
Orang-orang juga sudah berkumpul, Seokmin melihat sekitarnya dengan jeli. Tunggu, ada yang aneh dengan orang-orang ini. Bukankah orang-orang ini yang membenci ayahnya? Kenapa mereka berada di sini?
Pikiran Seokmin lalu dialihkan dengan kemunculan Mingyu yang masuk melalui pintu utama. Pakaiannya memakai setelah putih persis seperti waktu itu ia menikah. Kenapa Mingyu memakainya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untouchable (Seokgyu/gyuseok) Completed
Ficción históricaSi Putra Mahkota, Lee Seokmin diwajibkan oleh ayahnya untuk menikahi Putra Mahkota dari kerajaan lain yang bernama Kim Mingyu. Meski dengan waktu yang berlalu, rasa penasaran mereka pun telah menjadi rasa cinta. Tetapi, Seokmin selalu membangun te...