#37

1.1K 116 13
                                    

Yang pertama kali Seokmin lakukan saat ini adalah membuka mulutnya. Ah, dan juga melebarkan matanya. Karena semua hal yang terjadi di sini, dan saat ini sangat membuatnya kaget.

Ia juga mencubit dirinya sendiri agar merasakan sakit. Karena semuanya ini seperti mimpi. Ada perasaan senang,kaget ,dan juga sedih menjadi satu.

Perlahan ia berjalan ke depan, dan segera memeluk gadis yang berada di hadapannya ini. Ia keluarkan seluruh kerinduannya yang selama ini ia pendam karena orang tersayangnya ini meninggalkannya.

"Ibu huhu, aku merindukanmu huhuhu...." Ucap Seokmin yang masih memeluk gadis ini dengan erat. Mingyu yang berdiri dibelakangnya hanya membuka mulutnya dengan lebar. Ibu? Gadis ini ibu Seokmin?

Gadis itu meronta di dalam pelukan Seokmin. Ia langsung mendorong dada Seokmin dengan kasar. Wajahnya sangat memerah sekarang. Entahlah apa itu karena malu atau karena marah.

Seokmin terkaget karena gadis itu mendorongnya. Apakah ibunya ini melupakannya.

"Ibu? Kau tidak ingat padaku?" Tanya Seokmin dengan pelan.

Gadis itu berdeham pelan untuk meredam kekesalannya. Lalu menatap Seokmin dengan tajam.

"Ibu? Maksudmu kakakku?" Tanya Ren kembali.

"Ha? Maksudmu? Kau bukan Jeonghan?" Tanya Seokmin yang kaget. Lalu kenapa gadis ini memiliki wajah yang mirip dengan ibunya?

"Tentu saja bukan. Aku ini adiknya. Ah, dan jangan kau menyebutkan namanya lagi." Ucap Ren dengan dingin. Ia kembali mengingat sebagaimana susahnya dirinya ketika kakaknya itu hidup.

"Adik? Ayahku tidak pernah menyebutkan kalau ibuku ada saudara." Ucap Seokmin yang masih bingung. Hal itu membuat Ren menjadi kesal.

"Tentu saja tidak tahu, aku selalu sakit ketika kakakku hidup. Tentu saja orang-orang tidak mengenaliku." Ren mendecak sambil menatap Mingyu.

"Ayo kita pergi, Mingyu." Ucap Ren sambil membalikan badannya. Namun ia kembali berdiri di tempat dan menoleh kebelakang karena Mingyu tidak beranjak dari tempatnya sama sekali.

"Berikan aku sedikit waktu bersamanya." Ucap Mingyu dengan datar. Ia tidak rela berpisah dengan Seokmin sekarang. Karena ia tidak tahu sampai kapan akhirnya ia bertemu lagi dengan Seokmin.

"Dengannya? Ah, jadi sekarang kau berani melawan perkataanku Kim Mingyu dari kerajaan kecil?" Ucap Ren yang menatap Mingyu seperti menghinanya.

Ia tidak sadar tangan Mingyu sudah terkepal dengan sangat keras dan bersiap untuk meninju orang ini jika dilahirkan sebagai pria.

"Ayo pergi,Mingyu." Ucap Ren yang berjalan meninggalkan mereka. Sebelum ia membalikan badan, ia menatap Seokmin dengan sinis.

Mingyu menghela napas dengan kasar. Mereka berdua kemudian hanya saling bertatapan dalam diam. Mereka saling mengerti keadaan masing-masing.

"Temui aku malam ini di sini,sayang." Ucap Mingyu yang berbisik sebelum kemudian meninggalkan Seokmin.
.
.
.
"Ayah,kita perlu bicara." Ucap Seokmin ketika mendapati ayahnya yang sedang ingin menaiki kereta kudanya. Sepertinya ayahnya ini akan pergi kembali ke Allans terlebih dahulu.

Seungcheol menoleh dan menatap Seokmin dalam diam. Dalam hatinya, ia masih tidak siap menghadapi anaknya ini.

"Baiklah, ayo ikut masuk." Ucapnya akhirnya. Mereka pun duduk di dalam kereta itu. Keduanya saling berdiam. Keduanya sama-sama ingin mengutarakan pertanyaan namun sebagian hati mereka juga sama-sama tidak siap dengan jawaban yang akan di berikan oleh lawan bicaranya.

"Bisa jelaskan padaku apa yang telah ayah perbuat pada Mingyu?" Tanya Seokmin akhirnya.

Seungcheol terdiam sebentar sebelum kemudian berkata, "aku tidak ingin berperang melawan kerajaan ini. Jadi aku membuat suatu perjanjian."

Untouchable (Seokgyu/gyuseok) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang