#13

1.8K 227 11
                                    

Seokmin membuka matanya. Ia masih membiasakan matanya terhadap cahaya yang masuk ke kamarnya. Semuanya tampak biasa. Langit-langit tinggi yang sering Ia lihat. Serta empat pilar tinggi di setiap ujung tempat tidurnya. Semuanya tampak biasa sampai ketika ia menoleh kearah samping.

Mingyu tertidur di samping. Wajahnya sangat damai. Berbeda sekali Mingyu yang menciumnya kemarin. Mengingatnya saja sudah membuat wajahnya panas. Dan sekarang, Ia masih melihat tangannya di pegang oleh Mingyu. Tepatnya kedua tangan Mingyu.

Seokmin mengubah posisinya menjadi ke arah samping untuk Melihat Mingyu dengan jelas. Bibirnya ia tarik sedikit membentuk lengkungan senyum. Untunglah Mingyu masih tertidur, Ia akan malu sekali jika Mingyu menangkap basah dirinya sedang menatap Mingyu dengan senyum seperti orang gila.

Kenapa tampan sekali orang ini? Waktu kecil ibunya memberi makan apa ya hingga jadi setampan ini? Pertanyaan-pertanyaan itu yang hanya ada di pikiran Seokmin sedari tadi. Dan sialnya mungkin ia lupa bahwa Mingyu bisa membaca pikirannya.

Mingyu yang awalnya tertidur tenang, tiba-tiba menarik senyum miring. Seokmin kaget melihat Mingyu yang seperti itu. Dan malah sekarang tangan yang dipegang Mingyu semakin dipegang erat.

Dengan satu tarikan, Mingyu sudah menempelkan bibirnya ke bibir Seokmin. Seokmin sendiri kaget setengah mati dengan perlakuan Mingyu. Ciuman itu berlangsung cukup singkat sebelum Mingyu menatap Seokmin. Jangan lupakan senyum yang sudah mendapat julukan oleh Seokmin yaitu senyum mesum,yang masih terpasang di wajah Mingyu.

"Kau ingin kubilang disini atau di pikiranku,hm?" tanya Mingyu yang sukses membuat Seokmin menunduk malu. Ia berusaha menyembunyikan wajahnya dengan selimut yang masih menyelimuti tubuhnya. Mingyu tertawa melihatnya.

"Selamat pagi, Seokmin-ah. Jangan melihatku terlalu lama dipagi hari, atau kau akan membahayakan dirimu sendiri." bisik Mingyu yang semakin membuat Seokmin malu. Ia menyembulkan wajahnya dari balik selimut sambil menatap Mingyu tajam.

"Da-dasar mesum!" Balas Seokmin dengan kaku. Mingyu kembali tertawa karena melihat rona merah diwajah Seokmin.

"Mesum? Memangnya aku melakukan apa?" pertanyaan yang membuat Seokmin malu kembali. Ia sekarang bingung siapa yang sekarang mesum dari antara mereka ini.

"Su-sudahlah, aku mau bangun. Lepaskan tanganku." Seokmin menunjuk tangannya yang masih dipegang Mingyu.

"Mau kemana,hm?"

"Mau membersihkan diri. Makanya sekarang Lepaskan aku." Ucap Seokmin lagi. Namun Mingyu malah mengeratkan pegangannya.

"Kalau begitu,aku ikut!!" ucap Mingyu dengan girang sebelum mendapat tempelengan oleh Seokmin.

"Dasar kau benar-benar, kotor sekali pikiranmu Itu." Seokmin segara menarik tangannya sebelum kemudian berlari ke arah kamar mandinya.
.
.
.
Sebuah ketukan pintu yang keras membuat Mingyu dan Seokmin menoleh ke arah pintu. Seokmin sekarang baru saja memakai mahkotanya sedangkan Mingyu baru saja selesai mandi dan tengah memakai pakaiannya.

Seokmin berinisiatif membukakan pintu. Ia mendapati penasehat Jisoo yang tersenyum lebar, menunjukan ekspresi lega di wajahnya.

"Pangeran Seokmin, Pangeran Jihoon sudah ditemukan." Ucap Jisoo yang membuat Seokmin tersenyum lega. Ia segera mengguncang bahu Jisoo dengan keras.

"Katakan padaku dimana adikku sekarang?aku ingin melihatnya sekarang." cecar Seokmin. Rasa senang dan lega bercampur menjadi satu sekarang.

"Dia ada di kamarny-" Seokmin segera berlari kearah kamar Jihoon sebelum Jisoo selesai bicara. Mingyu berniat menyusul Seokmin sebelum Jisoo menahannya.

"Pangeran Mingyu, ini ada surat untuk anda. Saya menemukannya di meja kerja anda." Ucap Jisoo sambil memberi sebuah amplop. Mingyu menerimanya dan mengangguk sebentar sebelum menyusul Seokmin meninggalkan Jisoo.
.
.
.
Mingyu membuka pintu kamar Jihoon yang sudah terbuka setengah. Ia mendapati Seokmin sedang menangis sambil memeluk Jihoon. Jihoon sendiri masih tertidur di dalan pelukan Seokmin.

Mingyu berjalan di sisi Seokmin dan menepuk bahu Seokmin. Seokmin melihat kearah Mingyu sebentar sebelum menangis lagi.

"Mingyu-ah... Lihatlah, Jihoon lebih parah dariku keadaannya. Aku benar-benar payah menjaganya. Lihatlah Tubuhnya kurus sekali. Dia pasti tidak makan. Dan kantung matanya ini. Maafkan aku,Jihoon-ah." isak Seokmin yang kembali memeluk adiknya itu.

Jihoon benar-benar sangat kurus dan banyak luka lebam di wajahnya. Tangannya juga penuh memar-memar. Wajahnya juga sangat pucat ketika Seokmin melihatnya. Ia bersumpah benar-benar akan membunuh orang yang sudah membuat adiknya seperti ini. Mingyu mengelus pundak Seokmin untuk menenangkan.

"Biarkan Jihoon tidur dulu,Seokmin-ah. Dia terlihat lelah sekali." Ucap Mingyu yang meminta Seokmin kembali membaringkan Jihoon ke tempat tidur. Seokmin pun menurut dan membaringkan Jihoon perlahan.

"Perlu kubawakan sarapan ke sini?" tanya Mingyu yang di jawab anggukan oleh Seokmin.

"Aku tidak akan meninggalkannya lagi,Mingyu-ah." Ucap Seokmin yang mengelus pipi Jihoon. Mingyu pun berjalan keluar dan berniat menuju ruang makan.

Ketika sampai di depan pintu, Ia teringat surat yang diberikan oleh Jisoo. Mingyu pun membuka surat itu dan membacanya.

My deer, I'm coming for you
We will be happy forever
And no one can disturb us
No one...

Mingyu membuat surat itu menjadi bongkahan kecil dan menggenggamnya dengan erat. Suasana sedang tidak mendukung seperti ini, surat-surat tak berguna masih saja di kirimkan kepadanya. Haruskah ia berteriak bahwa ia sudah menikah supaya orang ini bisa berhenti mengirim surat padanya? Siapapun itu, orang itu sangat mengganggu Sekarang.
.
.
.
Jauh dari tempat Seokmin dan juga Mingyu, ada seseorang yang hampir kehabisan napas. Lehernya masih di cekal oleh tangan seseorang yang menunjukkan ekspresi dingin, namun bisa dilihat bahwa tidak ada rasa kasihan di kedua bola matanya.

"Aku ingin my deer ku, sayang. Jadi kali ini lakukanlah dengan benar." Orang itu membisikan kalimat itu sebelum melepas cengkramannya. Orang yang tercekik itu terjatuh dan berusaha menghirup napas sebanyak mungkin.

"Kenapa kau masih saja mengharapkannya?! Dia sudah menikah, jadi menyerahlah... Aku disini masih menunggumu, mencintaimu dan tidak akan meninggalkanmu seperti pria itu!" Setelah selesai berbicara seperti itu, Balasan yang ia dapatkan bukanlah pelukan hangat dan belaian kasih sayang, namun sebuat tamparan keras yang sukses membuatnya tersungkur.

Orang itu berjongkok dan membisik lagi, Ia berbicara dengan pelan dan setiap katanya selalu terkesan dingin.

"Aku ingin my deerku, Lee Seokmin."
.
.
.

Untouchable (Seokgyu/gyuseok) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang