"Wonwoo, kaki kirimu salah. Ulangi lagi." Ucap Seokjin yang menunjuk kaki kiri Wonwoo dengan tongkat kayu.
Sebagai putra mahkota, Wonwoo sudah harus mempelajari seluruh ilmu tentang kerajaannya,juga harus menguasai ilmu perang dan juga bertarung dengan pedang.
Di umurnya yang ke-17, tepatnya hari ini. Setelah pesta perayaan ulang tahunnya, Ia diwajibkan lagi mengikuti kelas berpedang. Dan yang mengajarinya langsung tak lain adalah ayahnya, Raja Seokjin.Wonwoo benar-benar sangat lemah ketika di kelas pedang ini. Dirinya yang sangat kurus, dan pedang ayahnya yang sangat berat, itu yang membuatnya kesusahan untuk bergerak apalagi berkonsentrasi mengingat gerakan. Ia lebih memilih untuk memanah ketimbang bermain pedang. Menurutnya, memanah itu sangat mudah untuk dilakukan, mata tajamnya adalah penambah yang semakin memudahkan dirinya dalam memanah. Selain itu, busur dan anak panah lebih ringan dari pada pedang. Tapi ayahnya tidak mau mengerti. Katanya, memanah itu hanya bisa untuk melawan jarak jauh.
"Aku lelah,ayah." Ucap Wonwoo yang sudah terengah-rengah. Sudah satu jam ia berlatih tanpa istirahat. Apalagi panas matahari yang langsung mengenai wajahnya.
"Kenapa kau lemah sekali,Wonwoo? Ini baru satu jam kita berlatih dan kau sudah lelah? Bagaimana jika kau sedang didalam sebuah perang. Apakah kau akan meminta musuhmu untuk mengambil istirahat sebentar?" tanya Seokjin sambil menggelengkan kepalanya. Anaknya yang satu ini benar-benar mengkhawatirkan. Sebagaimanapun ia melatih badan Wonwoo, tetap saja anak itu berbadan kurus dan tidak berisi. Apalagi dia adalah seorang putra mahkota, apa yang akan dilihat kerajaan lain jika melihat putra mahkotanya tampak lemah? Pasti mereka akan merencanakan sesuatu yang buruk untuk menyerang kerajaannya.
"Ayo ulangi lagi. Jika kau benar dan tidak salah sama sekali, maka kita akan selesai hari ini." Ucap Seokjin yang sebenarnya kasihan melihat Wonwoo. Pedangnya yang berat sengaja ia berikan kepada Wonwoo agar otot Wonwoo juga bisa membesar. Namun sepertinya percuma saja.
.
.
.
Wonwoo keluar dari ruangan. Setelah berlatih pedang, Ia langsung diseret oleh para pengawal untuk mengikuti kelas sejarah. Sejarah tentang kerajaannya yang sangat banyak dan membosankan.Wonwoo melirik kebawah. Kearah taman, disana ada tiga orang. Yaitu ayahnya,ibunya dan juga Mingyu.
Ya,dirinya mempunyai seorang adik. Namanya Kim Mingyu, Ia hanya pernah melihaynya dari dekat ketika ia baru lahir. Selain itu, Ia bahkan tidak pernah bertemu apalagi berbicara dengan adiknya itu.
Mingyu tampak memegang pedang kayu mainan ditangan kirinya. Ia mengayunkan pedangnya kesembarang arah sampai akhirnya ia tersandung oleh kakinya sendiri.
Mingyu jatuh dan menangis, dengan segera Seokjin menggendong Mingyu dan ibunya,Yoongi memeriksa kaki Mingyu apakah ada luka atau tidak."Cup cup, anak ayah jangan menangis. Kau pintar sekali bermain pedangnya,sayang. Ayah bangga padamu." Ucap Seokjin yang menggesekan hidungnya dengan hidung Mingyu. Mingyu pun ikut tertawa karena geli.
"Cih, padahal gerakannya salah pun. Kenapa malah dipuji?" omel Wonwoo yang pasti tidak didengar oleh mereka. Meski ia tampak tidak peduli, tapi ia tidak bisa tidak mengepal tangannya.
.
.
.
"Ayah, aku sudah selesai menggambar strategi perang,jika ada kerajaan yang menyerang dari timur." Ucap Wonwoo yang menyodorkan gambarannya. Setiap minggu, ayahnya akan mengetes hasil pembelajarannya dengan cara menyuruhnya menggambar strategi perang. Untunglah dirinya cukup kuat di bidang strategi, jadi menurutnya itu tidak terlalu membuatnya tertekan. Tapi yang menjadi masalah, ayahnya sangat teliti dan selalu menunjukan kesalahan yang ia buat dari pada memujinya."Hmmm, apa kau cuma merencanakan perlindungan dan perlawanan jika lawanmu bersenjata pedang saja? Lalu bagaimana jika lawanmu mempunyai senjata pelempar Batu? Apakah kau yakin dengan benteng setinggi ini bisa melindungi rakyatmu?" tanya Seokjin yang membuat Wonwoo tidak bisa menjawabnya. Ayahnya kembali menemukan kesalahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untouchable (Seokgyu/gyuseok) Completed
Historical FictionSi Putra Mahkota, Lee Seokmin diwajibkan oleh ayahnya untuk menikahi Putra Mahkota dari kerajaan lain yang bernama Kim Mingyu. Meski dengan waktu yang berlalu, rasa penasaran mereka pun telah menjadi rasa cinta. Tetapi, Seokmin selalu membangun te...