#11

1.9K 230 11
                                    

"My deer..."

Seokmin langsung mengarahkan pedangnya ke arah belakang. Ia sudah menunggu hari ini. Dimana ia bertemu lagi di hadapan oranh itu. Dimana ia sudah berlatih berpedang dengan susah payah agar bisa menjadi kuat dan bisa melawan orang itu. Ya,dia sangat menanti hari ini.

Namun harapannya musnah ketika tidak melihat siapapun di sana. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan. Tidak ada. Seokmin menegukan salivanya dan mulai berkeringat dingin. Ia heran, sudah sampai itukah traumanya hingga sekarang ia berhalusinasi?

Seokmin menggelengkan kepalanya dan memukulnya. Berharap untuk melupakannya. Setelah itu ia melirik sekitarnya sekali lagi sebelum berjalan pergi.

Seokmin tidak menyadari jika sedari tadi memang ada seseorang yang sedang memperhatikannya. Senyuman terpasang di wajahnya karena tadi Seokmin menyadari panggilannya. Ia juga terkekeh kecil ketika melihat Seokmin menoleh ke sekitar sambil mengarahkan pedang yang dia pegang.

"My deer ku yang ceroboh, tidakkah ia lupa untuk mengecek ke atas? Karena aku ada di atasmu tadi. Sudahlah, lain kali pasti kita akan bertemu dan kupastikan kita akan bersatu kembali".
.
.
.
Mingyu berjalan bolak balik di dalam kamar. Jun sudah sedari tadi menunggunya dengan kuda-kuda yang sudah dikeluarkan dari kandang. Yang membuat ia tidak segera menyusul Jun adalah menunggu kembalinya Seokmin. Entah kenapa ia mempunyai firasat buruk kalau Seokmin sedang dalam bahaya.

Suara pintu terbuka dan munculah Seokmin yang sedang mengelap keringat di dahinya. Sepertinya ia habis berlatih pedang.

"Kau mau pergi kemana,Mingyu-ah?"  tanya Seokmin ketika melihat Mingyu sudah berpakaian seperti ia akan pergi jauh.

"Aku harus kembali ke istanaku sekarang." Jawab Mingyu yang cukup lega melihat Seokmin yang baik-baik saja.

Seokmin mengerutkan dahinya melihat wajah tegang Mingyu, "Ada apa? Apa yang terjadi?"

"Istanaku diserang kemarin malam. 20 orang pengawalku mati karena dipanah. Dan sekarang aku ingin memeriksanya." Ucap Mingyu pelan. Jujur, dia takut. Namun apa yang bisa ia lakukan? Ayahnya saja bahkan sudah tidak peduli lagi dengan kerajaannya. Dan sudah tidak ada siapapun selain dirinya yang harus melindungi kerajaan itu. Ia juga merasa belum yakin dengan kemampuan pedangnya, akankah ia bisa mengalahkan pemanah hebat yang sudah membunuh banyak pengawalnya itu?

"Apa ada yang bisa kubantu? Akan ku kirimkan beberapa pasukanku untuk melindungimu selama perjalanan." tawar Seokmin.

Mingyu menggeleng pelan dan berkata,"akan sangat menonjol jika aku pergi dengan rombongan. Lebih baik aku dan pak Hui yang kesana secara diam-diam."

Mereka terdiam cukup lama sambil. Mingyu yang sibuk memikirkan rencana penangkapan penjahat sedangkan Seokmin memperhatikan ekspresi tegang bercampur takut dari wajah Mingyu.

"Hei, jangan Takut." Ucap Seokmin sambil memegang kedua pipi Mingyu. Mata Mingyu akhirnya terkunci dengan mata Seokmin. Ia tidak percaya apa yang Seokmin lakukan kepadanya. Otaknya seakan berhenti ketika kedua tangan Ssokmin memegang pipinya. Rasa hangat segera menjalar keseluruh tubuhnya sehingga rasa kalut dan takutnya seakan menguap.

"Jangan Takut, tunjukanlah bahwa kau bisa melindungi rakyat dan kerajaanmu. Aku percaya padamu." Ucap Seokmin dengan senyum yang langsung menenangkan Mingyu. Jantungnya berpompa sangat cepat sekarang. Entah mengapa ia juga mendengar detak jantung Seokmin yang berdetak seirama dengan miliknya.

"I-iya, terima kasih." Jawab Mingyu dengan gugup. Seokmin membalas dengan senyum lagi sebelum dia sadar apa yang telah dia lakukan. Tangannya masih berada di pipi Mingyu. Ia pun langsung segera menariknya dan mengalihkan pandangan untuk menyembunyikan semburat merah diwajahnya.

Untouchable (Seokgyu/gyuseok) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang