#20

1.9K 229 13
                                    

"Pangeran, ini saya sudah meracik obat demamnya. Tolong berikan ke Pangeran Mingyu setelah dia bangun nanti. Dia demam karena tidak beristirahat yang cukup dan banyak pikiran. Jadi biarkan dia beristirahat yang banyak." Jelas Soonyoung yang memberikan racikan obat ke tangan Seokmin. Ia yang tadi sedang menyirami sayuran-sayuran di kebun, langsung di tarik oleh pengawal Seokmin. Ia berpikir bahwa ini saatnya ia menerima hukuman karena sudah menerobos agar bisa menemui Mingyu. Tetapi ia sekarang disuruh mengobati temannya yang demam oleh Seokmin.

"Baiklah terima kasih. Oh iya Ngomong-ngomong, bisa tolong kau menjaga Jihoon untukku? Aku ingin sekali bersama dia sekarang, tetapi keadaan Mingyu lebih penting sekarang." Ucap Seokmin yang sebenarnya ingin menambahkan bahwa ia juga merasa bersalah karena dirinya lah yang membuat Mingyu seperti ini.

"Baik, Pangeran Seokmin. Saya undur diri dulu." Ucap Soonyoung yang meninggalkan ruangan.

Seokmin berjalan dan duduk di kursi didekat Mingyu. Mingyu saat ini lebih tenang dari sebelumnya karena ia sudah dicekoki obat oleh Soonyoung. Ia menarik satu tangan Mingyu dan menggenggamnya. Sebagian hatinya berharap agar Mingyu segera bangun dan kembali dengan senyum dan tatapan hangatnya. Namun, sebagian hatinya ingin agar Mingyu tetap tertidur agar ia mendapat istirahat yang cukup.

Seokmin menggelus tangan Mingyu dengan lembut. Matanya tidak berhenti menatap Wajah tenang Mingyu yang masih tertidur. Tanpa sadar, air mata sudah mengalir dari kedua matanya. Ia merasa semakin melihat Mingyu, maka perasaan bersalahnya semakin besar.

"Maafkan aku, Mingyu-ah." isak Seokmin pelan. Ia takut Mingyu mendengarnya dan malah terbangun.

"Seharusnya kamu tidak usah menolongku, Mingyu. Maafkan aku yang telah membuatmu membunuh kakakmu sendiri. Maafkan aku..." Lanjut Seokmin yang entah kenapa air matanya semakin deras keluar.

Tangan yang digenggam Seokmin bergerak. Seokmin segera menghentikan tangisannya dan kembali memperhatikan tangan Mingyu. Tangan Mingyu menggenggam tangannya dengan erat.

"Jangan pergi... Seokmin.." gumam Mingyu dengan pelan. Sepertinya ia mengigau. Seokmin menggelengkan kepalanya dan membalas genggaman Mingyu dengan erat.

"Tidak,aku tidak akan meninggalkanmu."
.
.
.
Waktu sudah berjalan cukup panjang. Badan Seokmin sudah cukup pegal untuk duduk terus di kursi. Ia masih menatap Mingyu yang masih tertidur dengan tenang. Tetapi tangan Mingyu masih menggenggam tangannya dengan erat.

Seokmin mendengar Suara ketukan pintu. Ia kemudian melepas tangan Mingyu dengan pelan sebelum kemudian beranjak membuka pintu. Ternyata seorang pelayan yang membawakan semangkuk bubur. Setelah menerima mangkuk itu, Ia segera menutup pintu dan kembali ke kursi.

Seokmin mengaduk bubur itu agar cepat dingin. Kemudian ia mengambil sesendok bubur dan meniupnya sebelum ia suapkan pelan-pelan ke mulut Mingyu. Namun bubur itu tidak masuk sepenuhnya karena bibir Mingyu tertutup dengan rapat. Bubur-bubur itu pun terjatuh ke dagu dan ke leher Mingyu. Ia segera mengelap Bubur-bubur yang terjatuh itu.

Sejenak Seokmin menatap bibir Mingyu yang masih sedikit pucat. Dia berpikir apakah dia harus melakukannya atau tidak. Kalau tidak mau,berarti Mingyu akan kelaparan dan tidak bisa meminum obatnya.

Seokmin masih berpikir-pikir sebelum mencapai keputusan final. Ia mengambil sesendok bubur dan memasukkannya kemulutnya. Kemudian membuka sedikit mulut Mingyu dengan jarinya sebelum menempelkan bibirnya ke bibir Mingyu. Ia membuka mulutnya sedikit agar bubur didalam mulutnya bisa masuk ke dalam mulut Mingyu. Setelah itu ia segera melepaskan bibirnya dan kembali terduduk. Beruntunglah Mingyu masih tidur, sehingga ia tidak akan menunjukan senyum mesumnya yang membuat dirinya malu.

Mingyu yang merasa ada sesuatu didalam mulutnya akhirnya hanya memilih untuk menelannya. Seokmin yang melihat itu tersenyum lega, setidaknya Mingyu menelan bubur itu.

Untouchable (Seokgyu/gyuseok) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang