45

1K 100 5
                                    

"Anakku, Ren akhirnya hamil, Seungcheol." Ucap Luhan dengan senyum lebar. Tanpa sadar, setitik demi setitik air mata jatuh dari mata Seokmin.

Entahlah, persaannya sangat kacau. Haruskah ia marah, sedih, kecewa yang tak berarti? Mingyu memang ingin mempunyai anak dan apa ada yang salah dengan itu?

Salahkan dirinya yang pria. Salahkan dirinya yang tidak mempunyai rahim. Benar, semua ini tidak akan terjadi jika ia bisa mempunyai seorang anak. Kau yang bodoh, Seokmin.

Sebuah tangan di bahunya membuat Seokmin menoleh dan menatap Seokjin. Ia yakin ayahnya ini juga kaget dengan ketegaan Mingyu. Bagaimana mungkin Mingyu bisa melakukan seperti itu. Jelas-jelas rencana mereka adalah menyuruh Mingyu menjadi mata-mata, bukan malah memberi anak.

"Tenangkan dirimu, Seokmin. Aku tahu ini pasti tidak benar. Mingyu tidak mung-"

" Tidak mungkin? Apa ayah tidak mendengar dengan jelas apa yang kakekku katakan? Dia hamil." Balas Seokmin yang membiarkan airmatanya kembali terjatuh.

"Bagaimana kalau itu hanya jebakan, Seokmin ? Seperti surat tadi. Ingat, Seokmin, mereka tidak bisa dipercaya. " Ucap Seokjin lagi dengan sabar.

"Apa yang harus dibuktikan lagi, ayah? Aku gagal sebagai seorang istri. Aku bahkan tidak pantas memanggilmu ayah lagi. Dia lah yang berhasil memberikan keturunan!" Ucap Seokmin dengan histeris. Ditariknya Seokmin kedalam pelukan Seokjin untuk ditenangkan.

"Kumohon tenanglah,Seokmin. Aku ingin bertanya padamu, apakah kau benar-benar mencintai Mingyu sampai kelubuk hatimu?" Tanya Seokjin sambil menatap kedua mata Seokmin yang masih berair.

"Sangat, ayah... Aku sangat mencintainya. Aku tidak ingin berpisah dengannya lagi. Kenapa kita tidak bisa kembali seperti semula lagi? Huhuhu..."

"Bisa, pasti ada jalan Seokmin. Aku akan melakukan sesuatu." Ucap Seokjin yang membuat Seokmin kembali menatap Seokjin.

"Apa yang akan ayah lakukan?" Tanya Seokmin dengan mengerutkan keningnya.

"Aku...," Seokjin mengulaskan senyum tipis dibibirnya,"aku akan berkorban."

"Berkorban?"

"Iya, aku akan meminta mereka untuk meluncurkan nuklir di istanaku. Untuk itu aku minta kau menjaga rakyatku serta pelayan dan prajuritku,Seokmin. Dengan begitu kau bisa kembali pada Mingyu lagi." Ucap Seokjin yang berusaha tidak mengeluarkan airmatanya. Kebahagiaan anaknya adalah yang terpenting.

"Tidak,ayah. Pasti ada jalan lain. Kau tidak bisa mati begitu saja,ayah. Jangan lakukan itu..." Seokmin menggelengkan kepalanya dengan keras. Namun sebuah tangan di pundaknya membuatnya kembali memfokuskan pandangannya ke arah Seokjin.

"Kebahagiaanku dan Yoongi adalah melihat Mingyu bahagia,Seokmin. Dan aku akan melakukan apapun untuk itu. Aku ayah yang bodoh, dan akulah yang harus bertanggung jawab atas ini." Setelah mengucapkan itu, Seokjin pun berjalan mendekati Seungcheol.

Seokmin sempat terdiam sebentar sebelum kemudian ia teringat akan Jaehyun. Ia harus mencari orang itu dan membicarakan hal ini.
.
.
.
Mingyu masih terduduk di tepi tempat tidurnya. Pandangannya kosong, ia bahkan tidak peduli dengan memar di pergelangan tangan dan kakinya.

Yang ia permasalahkan adalah, ketahanan dirinya dalam persetubuhan dengan Ren tadi, tidak tepatnya Ren yang memerkosanya.

Hal terbodoh dan fatal yang ia lakukan adalah, ia akhirnya menyerah dan melepaskan benih-benih anak didalam Ren. Itu adalah kesalahan yang fatal.

"Kenapa kau bersedih seperti itu, sayang? Kau ingin lagi?" Tanya Ren yang sudah kembali berpakaian. Ia menarik dagu Mingyu dan menyamakan pandangannya. Mingyu tidak bereaksi apa-apa. Yang ia takutkan sekarang adalah Seokmin yang salah paham tentang semua ini.

Mingyu pun berjalan dengan tergontai meninggalkan Ren sendiri. Ia tidak menyadari seringai lebar di bibir wajah gadis itu.

Mingyu pun akhirnya berjalan menuju tempat penyimpanan kuda , ia ingin menjelaskan semua ini ke Seokmin karena ia takut hanya dengan kesalahpahaman ini, mereka bisa berpisah.
.
.
.
"Jaehyun!" Panggil Seokmin yang akhirnya menemukan Jaehyun yang baru kembali entah darimana.

"Dari mana kau?" Tanya Seokmin yang akhirnya Jaehyun turun dari kudanya.

"Aku hanya berkeliling saja kok. Memang kenapa?" Tanya Jaehyun dengan nada santai. Namun itu sebelum Seokmin menarik kerah bajunya dan dengan mata merah menatapnya dengan tajam.

" Apa yang kau katakan kemarin?"

"Maksudmu?"

"Jangan berpura-pura bodoh, Jaehyun! Kau sendiri yang mengatakan kalau Mingyu pulang bersama ayahnya. Dan apa yang kudapat? Ayahnya saja bahkan tidak tahu Mingyu dimana sekarang!" Ucap Seokmin dengan nada tinggi.

"Hahaha, jadi kau menyalahkanku atas kehilangan suamimu itu? Bisa saja aku salah lihat kemarin, kau tidak tahu jam 3 pagi itu masih gelap?" Balas Jaehyun yang tertawa dengan omong kosong Seokmin.

"Aku tidak sedang bercanda." Ucap Seokmin yang akhirnya melepaskan cengkraman di baju Jaehyun.

"Cepat tunjukan padaku."

"Tunjukan apa?"

"Nuklirmu. Aku akan menghancurkan kerajaan Renava." Ucap Seokmin tanpa melihat Jaehyun. Ia sudah muak dengan permainan pernikahan yang menganggu kehidupannya. Gila? Memang ia sudah gila apalagi dengan berita yang baru saja ia dengar.

"Aku tidak membawanya." Ucap Jaehyun yang dibalas tatapan tajam oleh Seokmin.

"Antarkan aku ketempatmu, dengan begitu aku yang akan mengambilnya sendiri."

Jaehyun menarik sudut bibirnya dan kemudian naik kembali ke atas kudanya. Ia mengulurkan tangannya kearah Seokmin.

"Mari cepat kita pergi, dengan begitu anda bisa segera kembali petang hari."
.
.
.
Mereka memasuki hutan yang cukup dalam, ia tidak menyangka bahwa Jaehyun bukanlah seorang pangeran. Tidak mungkin seorang pangeran tinggal di dalam hutan. Apalagi di gubuk kayu yang cukup kecil ini. Meskipun tempat tersebut masih lebih besar daripada tempat Soonyoung dulu.

"Ini rumahmu?"

"Iya. Berbeda jauh denganmu kan?" Ucap Jaehyun dengan nada menyindir. Memang apa yang salah dengan perkataannya? Ia bahkan tidak membandingkan rumahnya dengan gubuk ini.

"Aku tidak bermaksud seperti itu. Sudahlah, dimana nuklirnya?" Seokmin menghela napas dan berjalan mendahului Jaehyun.

"Kau masuklah terlebih dahulu aku mau mengikat kuda dulu." Ucap Jaehyun yang sibuk mengikat kudanya di salah satu batang kayu.

Seokmin pun akhirnya menurut saja dan masuk kedalam. Jujur saja ia takut sekarang. Karena rumah didalam hutan mengingatkannya pada kejadian dimana ia disekap oleh Wonwoo. Namun bagaimana lagi, ia harus segera menyelesaikan permasalahan ini.

Ia melihat sekeliling rumah itu. Barang-barang disana tidak cukup banyak, hanya ada tempat tidur, perapian dan satu meja kursi, didalam sana sama sekali tidak ada benda besar bernama nuklir yang seperti diceritakan oleh Mingyu.

Belum sempat ia berbalik badan, kepalanya sudah dipukul oleh seseorang dan membuat pandangannya menghitam. Sisa kesadarannya adalah ia sadar bahwa sekarang tubuhnya sedang diangkat oleh ssseorang.

Untouchable (Seokgyu/gyuseok) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang