Mata Seokmin dan juga Mingyu masih terkunci. Napas yang keluar dari mulut mereka juga terdengar sangat keras di ruangan yang sunyi seperti ini.
Tangan Mingyu yang mengusap wajah Seokmin dengan lembut. Disentuhnya tulang pipi Seokmin yang tegas dan tinggi. Serta rahang dan dagu seseorang yang berada dibawahnya saat ini.
"Kamu cantik,Seokmin." Ucap Mingyu yang kembali mengusap pipi Seokmin dengan lembut. Seokmin yang mendengarnya tidak tahu harus breaksi seperti apa. Ia harusnya marah karena dirinya itu pria dan malah dipuji cantik, bukan tampan. Tapi tetap saja entah kenapa ia cukup senang dengan pujian itu.
Seokmin berakhir tidak menjawab dan menutup dadanya tepatnya dimana jantungnya berada dengan kedua tangannya. Ia tidak ingin Mingyu mendengar detak jantungnya yang sudah berdetak tidak normal sedari tadi.
Mingyu yang melihat Seokmin yang salah tingkah akhirnya terkekeh kecil. Jemarinya kemudian turun mengusap bibir Seokmin. Bibir yang tadi sempat memberinya makan.
Perlahan, Ia mendekatkan wajahnya dan menempelkan bibirnya ke bibir Seokmin. Seokmin hanya menutup matanya karena Malu. Bukan malu karena sekarang ia tengah berciuman dengan Mingyu, tetapi malu karena ia membalas ciuman Mingyu sekarang. Bahkan lidahnya terlebih dahulu yang masuk kedalam mulut Mingyu.Mingyu yang melihat Seokmin yang membalas ciumannya bahkan lidahnya duluan yang memasuki mulutnya pun hanya ikut menikmatinya. Namun dia tidak akan membiarkan Seokmin memimpinnya terlalu jauh. Ia segera menggigit bibir Seokmin dengan cukup keras. Seokmin berteriak kesakitan karena merasa bibirnya berdarah. Namun itu tidak membuat Mingyu melepaskan tautannya. Dijilatnya darah dibibir Seokmin dengan lidahnya, kemudian lidahnya memasuki mulut Seokmin.
Tangan yang sedari tadi memegang dagu Seokmin, perlahan-lahan turun meraba leher jenjang Seokmin. Tangannya masih bergerak turun dan sekarang hendak membuka baju Seokmin. Seokmin tahu apa yang akan terjadi jika ia tidak segera sadar dari buaian bibir Mingyu. Ia segera memegang tangan Mingyu untuk menghentikan aksinya. Bibirnya juga berhenti membalas bibir Mingyu.
"Ber...henti." Ucap Seokmin di sela-sela ia mengambil napas. Mingyu kemudian menatap Seokmin dengan tajam. Seokmin langsung bergidik setelah melihat mata Mingyu. Mata yang sama dengan mata Wonwoo. Mata yang sudah mencuri sesuatu yang berharga di dalam dirinya sejak 13 tahun yang lalu. Mata yang sangat menyeramkan. Mata hitam dan dalam. Ia takut melihat mata itu. Dan sekarang Mingyu memilikinya.
Mingyu yang berniat kembali menempelkan bibirnya, langsung ditahan kedua bahunya oleh Seokmin. Mingyu kaget dengan tingkah Seokmin. Ia melihat raut ketakutan di wajah Seokmin. Mimpi buruk yang sedari kemarin ia alami yaitu Seokmin takut padanya sekarang sudah menjadi kenyataan.
"Sa-saatnya minum obat."Ucap Seokmin yang berusaha keluar dari tangan Mingyu. Ia kemudian mengambil semangkuk obat yang sudah di racik Soonyoung tadi dan memberikannya kepada Mingyu.
Mingyu masih terdiam setelah kembali keposisi semula. Matanya menatap mangkuk itu dan kemudian menatap Seokmin. Seokmin tahu kalau Mingyu akan menyerangnya dengan wajah anak anjing lagi,segera menggelengkan kepalanya.
"Tidak, aku tidak ingin menggunakan bibirku saat ini. Aku tidak menyukai obat." Ucap Seokmin yang membuat Mingyu terkekeh kecil.
"Memangnya siapa yang memintamu menggunakan bibirmu?" Balas Mingyu yang membuat wajah Seokmin memanas.
"Ya..mungkin saja. Sudahlah cepatlah minum obatnya. Setelah itu aku akan menggantikan perban yang ada dilukamu itu." Seokmin berjalan kearah jendela. Ia merenggangkan badannya yang pegal secara tiba-tiba.
"Seokmin-ah, temani aku di sini." panggil Mingyu yang menepuk kasur disebelahnya. Seokmin melihat wajah Mingyu seperti memohon dan ada apa dengan nada bicaranya yang seperti anak kecil? Apa ia sudah berguru dengan Jihoon?
"Aku pegal sedari tadi duduk. Aku tetap berada di ruangan ini kok. Tenang saja dan cepat minum obatnya."
Mingyu yang mendengarnya kemudian memajukan bibirnya dan meletakan kembali mangkuk obat itu. Dan tangannya disilangkan kedadanya.
"Kalau begitu aku tidak ingin minum obatnya." Ucap Mingyu yang mengalihkan pandangannya kearah lain. Seokmin yang melihat tingkah Mingyu pun hanya terngaga. Bagaimana tidak, Mingyu bertingkah seperti Jihoon yang sedang ngambek.
Mingyu melirik sedikit kearah Seokmin sebelum kemudian melihat kearah lain dengan kesal. Seokmin akhirnya menghela napas dengan kasar dan kemudian beranjak ke arah kasur sebelah Mingyu. Ia duduk sambil menyandarkan punggungnya
"Aku sudah di sini. Sekarang cepat minum obatnya." Ucap Seokmin singkat. Mingyu pun kembali mengambil mangkuk itu dan meminumnya. Obat itu Tentu tidak pahit, karena Soonyoung tahu Mingyu benci pahit. Ia bahkan pernah hampir melemparkan mangkuk obat yang Soonyoung berikan kepadanya ketika ia sakit karena rasanya pahit.
Setelah Mingyu selesai meminum obat itu, Ia segera membaringkan Tubuhnya dan kedua tangannya memeluk pinggang Seokmin. Kepalanya ia eluskan ke perut Seokmin. Seokmin pun kembali kaget dengan tingkah Mingyu sebelum kemudian mendecak keras.
"Astaga aku seperti memiliki dua Jihoon sekarang. Apa kamu tidak malu dengan otot-otot besarmu itu dengan tingkah lakumu sekarang?" tanya Seokmin yang mendapat tatapan manja dari Mingyu.
"Kamu memujiku ya sekarang? Terima kasih" setelag mengucapkan itu, Mingyu segera menutup matanya untuk kembali tidur lagi. Ia semakin mengeratkan pelukan dipinggang Seokmin. Ia tidak akan membuat Seokmin pergi.
"Kamu ingin tidur lagi? Tunggu dulu, aku belum mengganti perbanmu,Mingyu." Ucap Seokmin yang menepuk pelan pipi Mingyu.
"Nanti malam saja, sayang." Ucap Mingyu yang masih menutup matanya. Kepalanya masih ia letakannya ke perut Seokmin.
"Sa-sayang?" Seokmin kaget dengan panggilan yang diberikan Mingyu. Wajahnya memanas. Untunglah Mingyu tidak melihatnya. Sepertinya Mingyu sudah tertidur, karena ia mendengar dengkuran kecil sekarang.
"Aduh, kenapa kau masih mengikutiku? Aku ingin tidur bersama hyung-" Jihoon yang mengomel pada Soonyoung sambil membuka pintu kamar Seokmin.
Seokmin mengisyaratkan Jihoon untuk memelankan suaranya karena Mingyu sedang tertidur. Sebenarnya ia malu dengan dirinya sekarang, berada di pelukan Mingyu dengan kepala Mingyu yang berada di perutnya kemudian dilihat oleh Soonyoung dan juga Jihoon. Ia ingin berpindah tempat, tapi takut membangunkan Mingyu.
Soonyoung membungkuk hormat ketika melihat Seokmin. Dan melihat temannya sedang bermanja dengan istrinya membuatnya iri. Ia bersumpah ia juga akan mencari pasangan dalam waktu dekat ini.
Seokmin membalas Soonyoung dengan senyum sambil berkomat kamit terima-kasih-sudah-menjaga-Jihoon kepada Soonyoung. Soonyoung mengerti maksud Seokmin dan kembali membungkuk lagi. Namun pintu segera ditutup oleh Jihoon.
Soonyoung hanya mendecak kesal sebelum kemudian berbalik pergi.Jihoon berjalan perlahan dan naik ke tempat tidur juga. Ia ikut menidurkan badannya kesamping Seokmin. Kedua tangannya juga dilingkarkan ke dada Seokmin. Seokmin yang dipeluk dari dua sisi kemudian hanya menggeleng pelan. Ia seperti memiliki dua anak sekarang.
Lama kelamaan, mata Seokmin juga ikut lelah dan mulai menutup matanya. Sepertinya tidur di siang hari ada baiknya juga.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untouchable (Seokgyu/gyuseok) Completed
Historical FictionSi Putra Mahkota, Lee Seokmin diwajibkan oleh ayahnya untuk menikahi Putra Mahkota dari kerajaan lain yang bernama Kim Mingyu. Meski dengan waktu yang berlalu, rasa penasaran mereka pun telah menjadi rasa cinta. Tetapi, Seokmin selalu membangun te...