Di sinilah Mingyu dan Juga Seokmin berada, di Istana Renava. Padahal Mingyu sudah bersumpah tidak akan menginjakan kaki di sini lagi. Tapi kesialan sedang menimpa dirinya. Ah tidak, dirinya dan juga ayahnya maksudnya.
Setelah sarapan di Istana Allans selesai. Pintu besar di ruang makan kemudian langsung terbuka lebar dan munculah sosok Jun yang tampak terengah-rengah. Wajahnya tampak babak belur, dan pakaiannya sangat berantakan seperti habis berkelahi.
"Pangeran....Raja...." Ucap Jun sambil berusaha mengatur napasnya. Entah kenapa kehadiran Jun kali ini langsung membuat suasana di ruangan ini menjadi lebih mencekam.
"Ada apa, Pak Jun?" Tanya Seungcheol yang merasakan bahwa sahabatnya mengalami masalah.
Setelah Jun selesai mengatur napasnya, ia segera mengeluarkan sebuah surat dan memberikannya ke Seungcheol. Seungcheol langsung merobek amplop tersebut dan langsung membuka kertas di dalamnya. Matanya langsung melebar dan tangannya bergetar. Bukan karena takut, namun karena kemarahannya yang sudah mencapai puncak.
Di sana tertulis bahwa Seokjin akan di tebas kepalanya jika Mingyu tidak kembali ke sana hari ini. Dan ia lupa bahwa ayahnya masih di sana.
"Menunduk, Mingyu." Ucap Seokmin sambil menekan bahu Mingyu mengisyaratkan untuk menunduk. Benar,sekarang mereka sedang mengintip gerbang istana Renava. Mereka berencana untuk masuk ke sana secara diam-diam.
"Tidak sebelum kau memberitahu siapa orang ini." Ucap Mingyu singkat sambil menatap Jaehyun dengan sinis. Jaehyun hanya memasang senyum tipis tanpa melihat Mingyu.
"Sudah kubilang dia itu yang juga mempunyai Nuklir, sayang. Menunduklah sekarang atau kita akan ketahuan." Ucap Seokmin. Mendengar kata 'sayang' dari mulut Seokmin, Mingyu pun akhirnya menurut. Ia sengaja berdiri diantara Seokmin dan juga Jaehyun. Pokoknya ia tidak akan membuat Jaehyun mencari kesempatan terhadap Seokmin.
"Menurut pengamatanmu kemarin, jam berapa gerbang utama sedang kosong?" Tanya Seokmin tanpa menatap Mingyu.
"Pukul 3 pagi. Aku yakin sekali ketika aku lari keluar kemarin." Balas Mingyu yang ikut memperhatikan gerbang utama itu.
"Baiklah kalau begitu kita kesini lagi jam 3 pagi. Sekarang ayo pulang, aku lapar." Ucap Jaehyun yang bangkit berdiri dan membalikan badannya berjalan ke arah kereta kuda. Seokmin pun ikut berdiri dari tempat persembunyian tersebut dan ingin membalikan badannya. Namun sepasang tangan Mingyu memegang bahunya.
"Kenapa?"
"Apanya kenapa?" Tanya Seokmin kembali. Ia mengerutkan alisnya karena sedari tadi pertanyaan Mingyu sangat-sangat aneh.
"Kenapa kau menurut padanya?" Tanya Mingyu lagi.
"Karena dia berjanji akan memberikan kita Senjata nuklir pada kita." Balas Seokmin lagi.
"Dan kau percaya padanya?"
"Maksudmu?"
"Apakah kau sudah melihat bagaimana nuklir itu?" Tanya Mingyu yang di balas gelengan oleh Seokmin, ia pun menundukan kepalanya.
"Dia tidak terlihat seperti mempunyai nuklir,sayang. Nuklir itu besar dan seperti raksasa. Dia bahkan tidak memberitahumu asalnya. Aku curiga, sayang..." Jelas Mingyu yang menyentuh pipi Seokmin dengan lembut.
"Lalu aku harus bagaimana,Mingyu? Aku sangat takut kehilanganmu lagi. Aku tidak mau itu..." Ucap Seokmin sambil memegang tangan Mingyu yang berada di pipinya.
"Sayang, aku di sini sekarang. Aku tidak akan pergi darimu lagi. Kamu percaya padaku kan?" Ucap Mingyu yang dibalas anggukan oleh Seokmin. Mingyu pun memberikan ciuman singkat di bibir Seokmin sebelum kemudian bangkit berdiri dan mengulurkan tangannya. Seokmin pun menerima uluran tangan itu dan bangkit berdiri.
"Semua berjalan sesuai perkiraanku." Ucap Jaehyun pelan sambil menutup jendela didalam kereta. Ia sudah selesai mengintip kedua sejoli itu bermesraan. Karena ia tahu kebahagiaan mereka itu hanya sementara saja.
.
.
.
Tepat seperti perkataan Mingyu, gerbang utama memang kosong ketika jam 3. Mingyu, Seokmin,dan Jaehyun pun memasangkan kain hitam di wajah mereka sehingga yang terlihat hanya mata mereka saja.Mingyu menatap Sinis kepada Jaehyun. Harusnya hanya dirinya dan juga Seokmin yang pergi, tapi dengan alasan menyebalkan dari Jaehyun, mereka jadi pergi bertiga. Alasan bodohnya yaitu dia ingin membandingkan senjata nuklir mana yang paling kuat.
"Apa?" Tanya Jaehyun sambil menatap Mingyu, namun Mingyu hanya membalasnya dengan helaan napas kasar.
"Kita harus bergerak cepat. Kalian sudah tahukan tugas kalian masing-masing? Mingyu, kau yakin kan tahu keberadaan penjara bawah tanah tersebut?" Tanya Seokmin. Mereka berdua pun mengangguk. Benar, dengan sadisnya, ayahnya disekap di penjara bawah tanah. Penjara yang digunakan untuk budak-budak yang melawan atau memberontak.
Setelah selesai berdiskusi, mereka pun berpencar, Jaehyun berjalan lurus dengan tujuan ke ruang persenjataan, sedangkan Seokmin dan Mingyu pergi ke bawah untuk ke penjara. Mereka melakukannya sampai saat ini dengan lancar.
Sampai di bawah, bau busuk langsung memasuki lubang hidung mereka. Bau busuk dari badan para budak yang tidak pernah mandi ataupun yang sudah mati disana. Seokmin hampir saja ingin muntah jika dirinya tidak diingatkan bahwa sekarang ia sedang menjalankan misi gelap. Mingyu menatap memegang tangan Seokmin dan menatap istrinya itu.
"Kamu baik-baik saja?" Tanya Mingyu di dalam pikirannya, ia bersyukur bisa bertelepati dengan Seokmin sehingga bisa digunakan disaat-saat seperti ini. Seokmin membalas tatapan Mingyu dengan anggukan pelan. Benar, ia tidak boleh selemah ini sekarang.
Saat Seokmin berniat untuk masuk lebih dalam, Mingyu menahan tangannya. Ia menggelengkan kepalanya.
"Sudah biar aku saja yang masuk, kamu tunggu di sini saja."
"Tapi, Mingyu..."
"Tenang saja, sayang. Aku akan kembali dengan cepat." Ucap Mingyu sambil memeluk Seokmin singkat.
Ia pun segera masuk kedalam.Penjara tersebut sangat luas mengingat istana ini terkenal dengan peraturannya yang ketat, membuat rakyat-rakyat biasa yang hanya melanggar sedikit aturan saja bisa masuk ke dalam sini.
Matanya melihat kesekelilingnya dan akhirnya terjatuh pada sebuah kain berwarna biru tua. Itu jubah kerajaannya, yang artinya ayahnya pasti berada di sana.
Dengan segera Mingyu berlari kearah sel penjara itu. Namun kemudian berakhir kecewa ketika hanya melihat jubah ayahnya itu.
Sebuah pukulan dikepala berhasil membuat pandangannya gelap seketika.
Dilain sisi, Seokmin sedang menunggu Mingyu sambil melihat ke sekelilingnya dengan khawatir. Sebenarnya ia tidak setuju dengan ide Mingyu tadi, dan sekarang ia merasakan bahwa sesuatu terjadi pada Mingyu.
"Kau sedang apa masih di sini?" Tanya Jaehyun yang membuat Seokmin menoleh dan melihat Jaehyun menghampirinya.
"Aku sedang menunggu Mingyu." Jawab Seokmin singkat.
"Loh, bukankah Mingyu sudah naik dan pulang bersama ayahmu?" Tanya Jaehyun yang membuat Seokmin bingung. Apakah Mingyu meninggalkannya?
"Tidak mungkin, aku dengan jelas melihat Mingyu masuk ke dalam sini dan belum keluar sampai sekarang." seokmin menggeleng tidak percaya.
"Yasudah kalau kau tidak percaya. Aku melihatnya pergi tanpamu, jadi aku bermaksud mengecek keberadaanmu. Lebih baik kita pergi sekarang karena sebentar lagi akan fajar. " Ucap Jaehyun yang meninggalkan Seokmin.
Seokmin ragu apakah ia harus percaya pada Jaehyun bahwa Mingyu meninggalkannya atau tetap menunggu di sini.
Ia pun memutuskan untuk mengikuti Jaehyun karena ia sudah mendengar para pelayan berbicara dari kejauhan.
.
.
.
Gaes maaf ya, sepertinya bulan ini aku akan hiatus dulu sampai bulan juni nanti. Karena sebentar lagi aku akan Uas dan tugas-tugasku semakin banyak. Mohon di mengerti ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untouchable (Seokgyu/gyuseok) Completed
Fiction HistoriqueSi Putra Mahkota, Lee Seokmin diwajibkan oleh ayahnya untuk menikahi Putra Mahkota dari kerajaan lain yang bernama Kim Mingyu. Meski dengan waktu yang berlalu, rasa penasaran mereka pun telah menjadi rasa cinta. Tetapi, Seokmin selalu membangun te...