50

1.1K 109 5
                                    

Seokmin dengan segera memacu kudanya untuk berlari lebih cepat lagi. Ia berharap semoga ia datang dengan tepat waktu sebelum Mingyu melakukan hal bodoh itu.

Semua ini adalah kesalahannya yang memutuskan hubungan mereka. Dirinya lah yang harus disalahkan jika Mingyu benar-benar melakukan hal bodoh itu.

Matanya melebar ketika melihat gerbang Renava. Ia segera memasuki gerbang itu. Di sana sudah ada kerumunan banyak orang di salah satu menara. Di puncak menara itu, berdirilah Mingyu.

"Mingyu! Hentikan!" Teriak Ren yang sangat histeris dari bawah menara itu. Entahlah, Mingyu yang mendengar dari atas hanya menganggap Ren ingin mencari perhatian saja dari kerumunan orang itu. Sepertinya dugaannya benar, buktinya Ren tidak menangis sama sekali dan hanya berteriak saja.

"Mingyu!" Teriak Seokmin yang langsung turun dari kuda yang ia tumpangi. Ia segera berlari mendekati kerumunan orang itu. Semua orang di sana menatap Seokmin dengan sinis. Karena seperti yang pernah ia ketahui, semua yang ada di sini adalah musuh ayahnya.

Mendengar namanya dipanggil, Mingyu menoleh kebawah lagi. Dilihatnya Seokmin yang sedang meneriak memanggil namanya.

"Seokmin..." Ucap Mingyu dengan nada bergetar. Untuk apa Seokmin ke sini? Bukankah dia sudah tidak peduli lagi pada dirinya?

"Mingyu! Aku akan ke atas! Kalau kau sampai melakukan hal bodoh itu! Aku benar-benar tidak akan memaafkanmu!" Teriak Seokmin yang langsung berlari memasuki istana, dengan langkah cepat ia langsung berlari ke arah menara. Ia tidak peduli ketika ia menabrak para pelayan yang ia lewati.

Sesampainya di pintu menara, ia langsung menarik Mingyu yang sudah merentangkan tangannya dan siap untuk jatuh, beruntung ia datang di waktu yang tepat.

"Apa mau mu,Seokmin? Bukankah kau sudah tidak peduli lagi padaku?" Tanya Mingyu sambil memperhatikan tangan Seokmin yang memeluknya dengan erat. Ia dapat mendengar tangisan Seokmin di punggungnya.

"Maaf..." Ucap Seokmin. Hanya itu yang bisa ia katakan sekarang. Jujur saja,Ia bisa gila jika kehilangan Mingyu tadi. Tidak ada yang menemani hari-harinya lagi,tidak ada yang membuat dirinya merasa salah tingkah lagi jika Mingyu tidak sempat ia selamatkan.

"...untuk?" Tanya Mingyu karena bukan itu yang ingin ia dengar sekarang.

"Untuk semuanya...." Ucap Seokmin lagi.

"Bukan itu yang ingin kudengar,Seokmin."

"Maaf! Maaf karena telah membuatmu menjadi seperti ini, maaf karena telah membuatmu menjadi mata-mata di sini, maaf karena aku ingin berpisah dengan mu, dan maaf kar-"

Belum sempat Seokmin menyelesaikan ucapannya, bibirnya langsung diraup oleh Mingyu. Benar, mereka berdua sama-sama merindukan ciuman ini. Rasanya seperti sudah bertahun-tahun mereka berpisah.

Menurut Seokmin, ini adalah ciuman terindah dari ciuman-ciuman mereka sebelumnya. Ciuman ini memiliki banyak kenangan dan rasanya sangat hangat.

Pautan mereka pun terlepas, keduanya saling mengambil napas setelah ciuman yang cukup lama tersebut. Keduanya hanya saling menatap mata pasangannya masing-masing.

"Aku mencintaimu." Ucap mereka bersamaan. Seokmin kembali memeluk Mingyu dengan erat untuk melampiaskan kerinduannya.

"Kamu tidak benar-benar akan meninggalkanku kan?" Tanya Mingyu sambil membalas pelukan Seokmin. Seokmin yang ada di pelukannya hanya membalasnya dengan gelengan.

"Ayo pulang, Mingyu-ya..."
.
.
.
"Putri, sedang apa anda di sini?" Panggil Jaehyun yang menemukan Ren sedang menangis di bawah satu pohon besar di taman ini.

"Biarkan aku sendiri,Hyun-ah.." balas Ren sambil memalingkan wajahnya.

Alih-alih untuk meninggalkan sang putri, Jaehyun lebih memilih untuk duduk di hadapannya.

"Apa yang anda sedihkan,Putri?" Tanya Jaehyun setelah sekian lama berdiam.

"Aku menyedihkan nasibku yang sial ini..."

"Bukankah Anda tidak mencintainya,Putri?" Tanya Jaehyun lagi yang membuat Ren mengangkat kepalanya dan menunjukan wajah yang kesal pada Jaehyun.

"Memang, tapi aku juga tidak senang jika Pria itu bersama Seokmin." Ucap Ren sambil mengepalkan tangannya.

"Apa kau bisa bahagia dengan seperti itu,Putri?"

"Maksudmu?"

"anda bisa saja melupakan kenangan lama tunaganmu dan memulai hubungan yang baru, Putri." Ucap Jaehyun yang langsung di balas kekehan oleh Ren.

"Haha, lucu sekali. Bagaimana caranya aku melupakan cinta pertamaku,huh?"

"Dengan menikah denganku?" Ucap Jaehyun yang membuat Ren terdiam. Ia menatap wajah serta mata Jaehyun yang sangat serius sekarang.

"Kau tahu kan itu tidak akan terjadi karena perbedaan derajat ki-"

"Bisa saja."

"Bagaimana caranya?" Tanya Ren dan dibalas dengan senyuman Jaehyun. Tangan Jaehyun menggenggam tangan Ren dan berkata," ayo kabur bersamaku, Putri."
.
.
.
"Seokgyu, kenalkan, ini suamiku, Mingyu." Ucap Seokmin sambil menggendong Seokgyu. Seokgyu yang merasa malu terhadap orang asing hanya mengintip sedikit kearah Mingyu.

"Jadi ini anakmu,Seokmin?" Tanya Mingyu yang cukup kaget dengan Seokgyu. Ia kira Seokgyu akan seperti bayi, namun ternyata sudah cukup besar. Ia yakin sekali bahwa anak itu bukanlah anak Jaehyun.

"Iya, aku menemukannya di dalam hutan." Balas Seokmin sambil mengelus kepala Seokgyu dengan lembut.

Mingyu menghela napas dengan lega sebelum memanggil Seokgyu dengan pelan, "Seokgyu-ya, salam kenal."

Seokgyu menoleh kearah Mingyu, kemudian dengan perlahan sebelum kemudian menatap mata Mingyu. Mingyu membalas tatapan itu dengan senyum manis.

"Kenalkan, aku ayahmu."Mingyu mengelus kepala Seokgyu dengan lembut.

"Ayahku ini." Ucap Seokgyu sambil mengeratkan pelukannya pada Seokmin.

"Dia juga akan menjadi ayahmu, sayang." Ucap Seokmin sambil terkekeh kecil melihat ekspresi Mingyu ketika di tolak Seokgyu.

"Benarkah?" Tanya Seokgyu yang dibalas anggukan oleh Seokmin. Seokgyu menatap Mingyu lagi dengan mata bulatnya, menurut Mingyu itu sangat menggemaskan.

"Emmmm, ayah?" Panggil Seokgyu pelan ke Mingyu. Betapa bahagianya dirinya ketika dipanggil seperti itu. Ia kira ini hanya akan menjadi mimpi saja, tapi sepertinya tidak.

"Iya, sayang?" Sambut Mingyu.

"Ayah sangat tinggi ya..." Ucap Seokgyu dengan kagum. Menurut Mingyu itu adalah sesuatu yang ia banggakan, tingginya maksudnya.

"Terima kas-"

"Seperti pohon." Lanjut Seokgyu yang langsung membuat Seokmin tertawa terbahak-bahak sedangkan Mingyu hanya tersenyum kecut.

"Ahh kau menggemaskan sekali,sayang." Ucap Seokmin sambil mencubit pipi Seokgyu dengan lembut. Yang empunya hanya terkikik pelan.

"Baiklah-baiklah, ayahmu ini memang seperti pohon kok." Ucap Mingyu sambil pura-pura memasang ekspresi sedih. Seokgyu hanya tertawa melihatnya.

"Ayah," panggil Seokgyu lagi.

"Ada apa?" Tanya Seokmin dan juga Mingyu.

Seokgyu hanya tersenyum lebar dan berkata, "aku senang memiliki kalian sekarang. Terima kasih."
.
.
.
Maap ya gaes, chapter ini kubuat benar-benar tanpa mikir, jadi maaf kalo gak baper ato out of story. Lastly, maapkeun :*

Untouchable (Seokgyu/gyuseok) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang