"Mingyu..." panggil Soonyoung. Ia melirik ke arah Seokmin yang masih berdiri di depan pintu. Kenapa dia tidak segera masuk dan malah berdiam di sana?
"Ada apa pagi-pagi datang ke sini?" tanya Soonyoung yang berusaha berbasa-basi. Ia berharap Seokmin segera masuk sekarang. Meski sebagian dirinya ingin agar Seokmin ketahuan dan langsung di bawa kembali ke istana.
"Aku butuh teman bicara, itu siapa?" tanya Mingyu sambil menunjuk Seokmin. Seokmin yang merasa sedang di perhatikan oleh Mingyu,memaksakan kakinya untuk masuk kedalam dan langsung bersembunyi di balik pintu. Air matanya sedari tadi ingin keluar setelah mendengar Suara Mingyu. Ia rindu suara itu.
"Itu adikku." Balas Soonyoung dengan cepat. Namun di tanggapi Mingyu yang sekarang menyipitkan matanya.
"Jangan berbohong padaku, kau sendiri yang bilang kau tidak mempunyai saudara sama sekali." Jawab Mingyu yang memaksa Soonyoung untuk mencari alasan lain.
"Emm, itu kekasihku. Iya kekasihku." Ucap Soonyoung yang meyakinkan perkataannya.
"Kekasihmu? Hmm lalu apakah dia tahu kalau aku Pangeran? Dia masuk tanpa menyapaku." Ucap Mingyu yang melipat kedua tangannya didepan dadanya.
"Dia tidak tahu. Dia itu tuli dan bisu. Jadi tadi dia tidak memperdulikanmu." Ucap Soonyoung yang berharap Seokmin tidak mendengarnya. Bisa habis dirinya karena mengatai seorang Pangeran.
"Lalu sejak kapan kalian berkenc-"
"Sudahlah, ada apa kau datang pagi-pagi hari ini? Katanya ingin berbicara denganku, kenapa malah bertanya tentang hubunganku?" Soonyoung segera memutuskan perkataan Mingyu. Karena dia tidak tahu lagi akan menjawab apa jika Mingyu bertanya lebih lanjut.
Mingyu berdeham sejenak sebelum duduk di sebelah Soonyoung.
"Aku tidak tidur sama sekali kemarin." Mingyu memulai ceritanya. Meski suaranya pelan, namun Seokmin bisa mendengarnya dengan jelas karena mereka hanya dibatasi dinding kayu yang tipis. Ia merindukan suara Mingyu. Sangat merindukannya. Padahal baru kemarin mereka masih tidur saling memeluk satu Sama lain.
"Aku juga tidak tidur sama sekali, Mingyu." Ucap Seokmin dengan sangat pelan. Malah lebih tepatnya hanya mulutnya yang bergerak tanpa mengeluarkan suara sama sekali.
"Aku merindukannya seperti orang Gila, Soonyoung. Seokmin sudah segalanya bagiku."
"Aku juga merindukanmu,Mingyu."
"Jika cinta sebegitu besar akibatnya hingga membuat seseorang seperti mayat hidup jika pasangannya pergi, aku lebih memilih tidak jatuh cinta ditempat pertama. Karena aku merasa seperti mayat hidup sekarang."
Suara Mingyu terdengar sangat menyedihkan ditelinga Seokmin. Sekarang ia hanya menangis sambil menutup mulutnya. Benar, dirinya juga seperti mayat hidup sekarang. Apakah ini Artinya Mingyu juga sudah menjadi segalanya untuknya?
Soonyoung yang sedari tadi mendengar perkataan Mingyu ingin sekali menarik keluar Seokmin yang ia yakin pasti sedang mendengar ini juga, dan mendorongnya kedalam pelukan temannya ini. Temannya yang biasanya bodoh sekali karena sangat tidak peduli terhadap sekitarnya sekarang Makin terlihat bodoh karena Mingyu sangat peduli terhadap orang lain, terhadap istrinya.
"Menurutmu, haruskah aku ikut kabur dari istana dan mengembara untuk mencarinya?lalu jika aku masih tidak menemukannya, aku akan langsung pergi ke tempat ibuku. Itu rencana yang sangat bagus bukan?" tanya Mingyu yang entah kenapa sudah menangis sedari tadi. Ini adalah tangisan kedua Mingyu yang Seokmin dengar.
"Kau...pemikiranmu sangat sangat....bodoh, Mingyu." Ucap Soonyoung dengan tajam. Dia tidak mengira temannya ini Akan sebodoh ini. Beruntunglah dia terlahir menjadi Pangeran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untouchable (Seokgyu/gyuseok) Completed
Ficção HistóricaSi Putra Mahkota, Lee Seokmin diwajibkan oleh ayahnya untuk menikahi Putra Mahkota dari kerajaan lain yang bernama Kim Mingyu. Meski dengan waktu yang berlalu, rasa penasaran mereka pun telah menjadi rasa cinta. Tetapi, Seokmin selalu membangun te...