#23

2K 209 6
                                    

"Karena aku tahu kamu akan meninggalkanku."  Ucapan Mingyu sedari tadi terulang-ulang di otak Seokmin. Ia sekarang sedang makan di kamarnya. Begitu juga dengan Mingyu. Mereka menyantap makanan dalam diam.

Beberapa kali Mingyu mencuri pandang ke arah Seokmin yang sedang bengong sambil mengunyah makanannya. Ia merasa apa perkataanya tadi terlalu memaksa? Kenapa dirinya tidak bisa memahami kalau Seokmin bosan di kamar terus? Lalu kenapa pemikiran Gila itu bisa ia ucapkan padahal itu hanya mimpi buruk?

Mingyu tidak sadar kalau Seokmin sudah menyelesaikan makanannya. Ia menaruh piringnya di samping meja Mingyu dan mengambil segelas air yang sudah disiapkan pelayan. Setelah itu ia berdiri dan berjalan ke kamar mandi. Tanpa melihat Mingyu.

Setelah pintu tertutup, Mingyu yang memang tidak berselera makan,akhirnya memutuskan untuk meletakan semangkuk buburnya dan meminum segelas air. Ia kemudian menatap luka yang di perban Seokmin tadi. Kemudian meraba luka itu dengan pelan. Ada rasa nyeri ketika jarinya mengelus luka itu meski sudah di perban.

"Ada apa Mingyu?  Apa lukamu terbuka lagi?" tanya Seokmin yang baru keluar dari kamar mandi. Ia yang melihat Mingyu meringis sambil memegang lukanya,langsung berlari mendekati Mingyu.

Mingyu menggeleng pelan sambil tersenyum tipis, "Tidak kok, aku hanya merabanya saja."

Setelah itu mereka kembali terdiam. Seokmin sudah beranjak ke tempat tidur di sebelah Mingyu. Ia sudah hampir menutup matanya untuk tidur sebelum kemudian ia ingat kalau ia lupa mengecek suhu tubuh Mingyu. Ia kembali terduduk sambil meletakan satu tangannya ke dahi Mingyu. Mingyu hanya menatapnya dalam diam, Ia menatap mata Seokmin yang tampak khawatir sekarang sebelum kemudian menghela napas lega.

"Syukurlah panasnya sudah turun. Kamu jadi tidak perlu minum obat lagi. Sekarang ayo tidur." Ucap Seokmin sambil kembali merebahkan badannya di tempat tidur. Mingyu pun hanya menurut dan kembali berbaring.

Seokmin tidur berlawanan arah dengan Mingyu. Namun sepasang tangan Mingyu dilingkarkan ke pinggangnya. Ia menoleh dan mendapati Mingyu sedang memeluknya dari belakang.

"Mingyu-ah,  kalau kamu tidur miring seperti itu, lukamu bisa terbuka." Ucap Seokmin yang membuat Mingyu melonggarkan pelukannya. Ia menatap Seokmin dengan sedih.

"Tapi kalau tidak dengan begini, aku tidak bisa melihat wajahmu." Ucap Mingyu yang memajukan mulutnya. Kembali lagi sifat manjanya. Seokmin pun hanya berdeham untuk menenangkan jantungnya.

"Ba-baiklah, sekarang kamu harus tidur dengan benar dan aku akan tidur menghadap sini. Tapi kamu harus tidur dan jangan malah menatapi wajahku." Ucap Seokmin yang sambil menyipitkan matanya. Mingyu mengangguk dengan keras sambil tersenyum lebar. Sekarang Seokmin berpikir bahwa ia sedang mengurusi Jihoon kedua.
.
.
.
Sekarang sudah tepat satu bulan sejak kejadian itu. Semua kembali menjadi normal. Raja Seungcheol kembali mendapat penghormatan dari rakyat karena telah berhasil mengembalikan anak-anak yang menghilang itu. Meski dua anak tidak selamat. Raja Seokjin pun ikut berbahagia karena sahabatnya mendapat pujian dari rakyat. Sebenarnya ia ingin menahan diri agar tidak bunuh diri ketika mengetahui bahwa anaknya yang menjadi dalang dari semua ini, tetapi ia sadar bahwa Mingyu hanya mempunyai dirinya sekarang. Satu-satunya keluarga yang Mingyu punya hanya lah dirinya.

Selain karena memikirkan itu, Ia juga mengurungkan niatnya karena Seungcheol menghentikannya saat itu. Saat ketika ia ingin menancapkan pedang ke jantungnya seperti anaknya dulu. Namun Seungcheol langsung menghentikannya dan berkata,

"Tolong jangan tinggalkan aku. Setelah Jeonghan,  kaulah satu-satunya yang bisa mendengar dukaku. Kumohon jangan membuatku lebih menderita lagi lebih dari ini. Aku memaafkanmu, aku memaafkan Anakmu. Sungguh, tolong jangan tinggalkan aku di dunia ini sendirian." Ucap Seungcheol yang untuk pertama kalinya ia menangis di hadapannya. Seungcheol yang kuat dan tegas  menangis dan memohon padanya. Mau tidak mau ia mengurungkan niatnya. Sekarang ia menemukan satu tujuan baru,  yaitu menemani Seungcheol di dunia ini.
.
.
.
Luka di perut Mingyu pun juga sudah pulih total. Entahlah bagaimana bisa ia pulih dengan luka tusuk yang cukup dalam itu. Yang jelas ketika Seokmin hendak mengganti perban Mingyu, lukanya sudah sembuh total.  Mingyu bahkan bisa berjalan dan mandi. Serta kembali bermain dengan Jihoon. Sepertinya Jihoon sendiri juga sudah melupakan masalah yang menimpanya.

Untouchable (Seokgyu/gyuseok) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang