#18

1.9K 222 25
                                    

"Hy-hyung.." Mingyu sendiri tidak yakin apakah benar orang yang dihadapannya ini adalah kakaknya atau hanya psikopat Gila yang menculik istrinya. Yang jelas wajahnya mirip sekali dengan kertas yang tadi dia lihat. Dan apa itu tadi? Adiknya? Dirinya adik orang Gila ini?

Wonwoo menghapus darah yang masih keluar dari pipinya itu. Sialnya bagi Mingyu adalah, Ia tidak menggoresnya dengan dalam.

Wonwoo menjilat darahnya sendiri dan menatap Mingyu dengan dingin. Matanya yang hitam dan tajam semakin gelap ketika melihat Mingyu. Terakhir kali yang Mingyu benci dari orang itu adalah mata mereka mirip. Mata tajam dan gelap.

"Bagaimana Perasaanmu menjadi Putra Mahkota,hm?" tanya Wonwoo yang tersenyum miring. Namun matanya masih menatap Mingyu dingin.

"Bukankah aku yang harus bertanya padamu, di mana rasa tanggung jawabmu setelah meninggalkan istana?" Balas Mingyu yang tak kalah dinginnya. Ia menggenggam erat pedangnya.

"Kenapa kau bertanya balik kepadaku? Apakah itu salah satu manner seorang Pangeran?"

"Lalu,dengan menampar seorang Pangeran dan menculik istri adiknya, apakah itu termasuk manner seorang Pangeran?" Balas Mingyu lagi. Kali ini ia melihat perubahan ekspresi Wonwoo yang menundukan kepalanya sedikit. Andaikan Mingyu kenal dengan orang ini, Ia akan segera menjauh ketika Wonwoo sudah seperti itu. Karena itu Artinya tanda kematian akan segera dimulai.

Dengan cepat,Wonwoo menendang kaki Mingyu hingga terjatuh. Pedang yang di pegang oleh Mingyu terlepas dan langsung diambil oleh Wonwoo. Mingyu memeluk pinggang Wonwoo agar ia ikut terjatuh juga. Mingyu menonjok wajah Wonwoo yang membuat pegangannya pada pedang juga terlepas. Dengan kaki panjangnya,Mingyu segera melempar pedangnya agar menjauh.

Mingyu memberikan beberapa pukulan di wajah Wonwoo. Ia mengeluarkan segala emosinya lewat pukulannya. Wonwoo pun hanya tertawa setiap pukulan mengenai wajahnya. Lagipula ia tidak peduli dengan tampangnya.

Mingyu yang melihat Wonwoo tertawa kemudian beralih mencengkram leher Wonwoo.

"Apa yang lucu, huh? Perlukah kuselesaikan sekarang?" tanya Mingyu dengan senyum miringnya. Ia benar-benar ingin membunuh Wonwoo sekarang. Beruntunglah dia tidak mengenal kakaknya dari dulu. Dengan begitu ia tidak perlu merasa kasihan dengan Kakaknya itu.

"Ya, kau lucu, Mingyu. Tidak lebih tepatnya kita berdua lucu." Mingyu tidak mengerti apa yang diucapkan Wonwoo. Namun itu tidak membuatnya melepaskan cengkraman di leher kurusnya.

"Kita sama, Mingyu. Kau mirip sekali denganku. Kau sangat gembira ketika menyiksaku seperti sekarang ini. Aku pun senang menyiksa My deer ku. Bagaimana rasanya? Kalau aku sih seperti merasa ada yang mengalir dari dalam tubuhku setiap kali aku memasukkan kepunyaanku ke dalam lubangnya." Mingyu kembali menonjok wajah Wonwoo lagi. Kali ini dengan sangat-sangat keras. Ia tidak menyangka bahwa Wonwoo terlebih dahulu sudah memiliki keseluruhan badan Seokmin. Bahkan ia sendiri berusaha sebisa mungkin menahannya agar Ingatan Seokmin tidak kembali lagi.

"Kau bajingan, Wonwoo. Aku bahkan tidak sudi menganggapmu sebagai kakakku. Dan terakhir, aku tidak sama sepertimu." Ucap Mingyu yang kembali mencengkram leher Wonwoo. Lebih tepatnya mencekiknya.

"Kau yang merebut my deer ku! Aku sudah memperingatkanmu untuk menjauh dari my deerku. Dan sekarang tolong jangan mengganggu kami!" teriak Wonwoo yang mulai kehabisan napas.

"DIAM!!" teriak Mingyu dengan keras. Seokmin yang mendengarnya pun ikut terlonjak kaget. Belum pernah ia melihat Mingyu berteriak sekeras dan semenyeramkan seperti itu. Seokmin mengangkat kepalanya dan melihat wajah Mingyu sudah sangat merah dan matanya, mata yang biasa menatapnya hangat sekarang berubah menjadi dingin dan gelap. Mata yang mirip dengan kepunyaan Wonwoo. Entah kenapa Seokmin mulai takut dengan Mingyu sekarang.

"KAU JANGAN BERANI BERKATA SEPERTI ITU LAGI! SEOKMIN ADALAH MILIKU. ASAL KAU TAHU SAJA KAMI BERDUA SALING MENCINTAI DAN KAULAH YANG MENGHANCURKAN SEMUANYA!"  teriak Mingyu lagi sebelum mengeluarkan pedang kecil dan menancapkannya ke dada Wonwoo.

Mingyu melepas cengkramannya dan menatap Wonwoo yang sedang tersiksa karena kesakitan. Namun itu adalah waktu yang berharga bagi Wonwoo. Dengan sisa tenaganya, dengan segera ia mengeluarkan pedang kecil dan juga menancapkannya keperut Mingyu.

"Mingyu!!" teriak Seokmin.

"Mingyu!!" teriak seseorang dari pintu yang sudah terbuka. Seokmin melihat orang-orang kekar itu sudah tergeletak dan bersimbah darah. Ia melihat ayahnya Seungcheol berlari memisahkan Mingyu dan juga Wonwoo. Seokjin datang membantu melepaskan Seokmin. Ia juga melepaskan jubahnya untuk menutupi badan Seokmin.

Baik Wonwoo dan Mingyu,mereka sama-sama menahan sakit. Namun sama-sama berusaha untuk bertahan. Namun bedanya, Mingyu sekarang sedang di tolong oleh Seungcheol sedangkan Wonwoo, Ia menahan sakitnya tanpa diperhatikan siapapun.

"Aku membencimu,Mingyu." Ucap Wonwoo pelan. Ia menatap Seokmin yang berlari kearah mereka dan membantu Seungcheol menahan pendarahan Mingyu.

"Kau tahu kenapa aku membencimu? Karena semua yang aku inginkan secara ajaibnya langsung diterima olehmu yang tidak dengan usaha yang keras. Aku benar-benar membencimu, Mingyu." Mereka menatap Wonwoo yang dengan kagetnya melihat Wonwoo sedang menangis. Mingyu menatap Wonwoo sedikit iba, bukan karena tangisannya, tetapi karena kata-katanya yang sangat mendalam dan menyedihkan.

"Dunia sungguh sempit sekali ya, padahal kuharap dengan menghilangnya aku, kita tidak akan pernah bertemu lagi. Tapi ternyata kita bertemu, dengan kau sudah memiliki apa yang kumau lagi dengan mudahnya. Aku sungguh membencimu." Ucap Wonwoo yang mulai kehabisan darahnya. Ia berusaha berbicara, setidaknya ia bisa mengatakan apa yang ia rasakan sebelum mati.

"Kau, my deer, kenapa kau meninggalkanku? Kau adalah satu-satunya matahariku di dunia ini... Kehangatan dalam senyumanmu, tawamu. Aku merindukannya. Selamat tinggal, my deer." Ucap Wonwoo untuk terakhir kalinya sebelum menghembuskan napas terakhirnya.

Semua yang berada di situ menangis, kecuali Seungcheol.  Ia memeluk Seokmin yang menangis dengan badan bergetar. Sedangkan Mingyu, Ia berusaha mendekat kearah jasad Wonwoo. Ia kemudian menarik tubuh Wonwoo untuk dipeluknya untuk terakhir kali. Mingyu juga menangis. Bagaimana tidak, Ia baru saja bisa mengenal kakaknya, wajah kakaknya, dan langsung ia bunuh saat itu juga, dengan tangannya sendiri. Sosok yang dia diam-diam kagumi meski tidak mengenal wajahnya, sosok itu adalah kakaknya.

"Hyung... Maafkan aku.." isak Mingyu yang mengeratkan pelukannya. Sakit tusukan dari Wonwoo bahkan tidak seberapa dengan sakit hatinya yang telah membunuh kakaknya ini.

Sebuah tangan diletakkan di bahu Mingyu, Mingyu menoleh dan menatap ayahnya juga menangis. Ayahnya ikut berjongkok dan memeluk kedua anaknya itu.

Ruangan itu sekarang hanya diisi oleh suara tangisan mereka saja.
.
.
.
Mau di panjangin atau mau cepet" di tamatin nih? Trs pada mau tau kisahnya Wonwoo engga? Jawab ya all 😘😘

Untouchable (Seokgyu/gyuseok) CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang